ARSEN (END)

By lcsv17

370K 26.3K 881

Kalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seoran... More

1 - Geng Murid Pindahan
2 - Anak Lainnya?
3 - Arsen Pintar!
4 - Hari Kesialan Arsen!
- CAST -
5 - Usaha
6 - Balas Dendam
7 - Dendam
8 - Ekskul
9 - 12 TKJ 3
10 - Sakit
11 - Malam itu
12 - Keluarga Baru?
13 - Teman Baru
14 - Adek
16 - Elsa Ardavirisca
17 - Basket
18 - Pangeran?
19 - Telephonobia
20 - Arsen Benci Bawang!
21 - Masalah dengan Arsen
22 - Semua Tentang Ratu
23 - Suka
24 - Kecewa?
25 - Lupakan!
26 - Akhirnya!
27 - Kanaya
28 - Sayang Razel!
29 - Coklat untuk Verdo
30 - Sakit
31 - Jatuh, dan sakit
32 - Clubbing lagi
33 - Orang misterius
34 - Kejutan
35 - Kosan Narky
36 - Pembalasan
37 - Verdo Kadilon Bhaskara
38 - Rumah sakit lainnya
39 - Hari terakhir
40 - Mengenang Verdo
41 - Peninggalan
42 - Semua hanya masa lalu
43 - Tragedi tragis
44 - Setidaknya, bertahan
45. Lelah - End

15 - Club Malam

7K 562 4
By lcsv17

Club itu dipenuhi asap-asap rokok yang membuat suasananya sedikit remang-remang. Disana terdapat layar LED yang mengitari ruangan, sofa besar, sound system yang menggelegar, dan liquid oxygen di lantai dansanya.

Ditambah lagi dengan counter bar, dan penampilan permainan musik di meja putar dengan berbagai macam aliran musik.

Ditempat itu, banyak perempuan-perempuan muda dengan pakaian sexy yang tampak minum-minum bersama laki-laki yang sedikit mabuk.

Sebenarnya, club bukan tempat yang tepat untuk remaja usia 17 tahun. Tapi, diclub ini banyak sekali remaja usia 17 tahun. Bahkan, ada yang baru berusia 14 tahun. Entah bagaimana cara anak kecil itu masuk kedalam sini. Tapi tampaknya, anak 14 tahun itu sedang duduk santai, sendirian dibangku-bangku kecil counter bar.

7 laki-laki itu duduk di sofa besar yang ditengahi sebuah meja bundar besar tempat terletaknya beberapa botol minuman keras serta gelas-gelas kecil untuk minum. Tak lupa juga, dilengkapi dengan sebuah ember kecil berisi es batu penuh yang ditengahnya juga terdapat satu buah botol minuman keras

Suara musik yang menggelegar membuat semua orang disana 'harus' bicara dengan nada teriak agar lawan bicaranya dapat mendengar suaranya.

Diclub ini, juga tersedia beberapa kamar yang luas, nyaman, gelap dan kedap suara yang mencegah orang-orang diluar kamar menguping. Mungkin, beberapa orang sudah tau apa fungsi kamar itu, jadi tidak perlu dijelaskan lagi.

Beberapa perempuan diclub ini juga terkenal karena agresif. Mereka tidak segan-segan maju duluan demi mendapatkan perhatian bule atau laki-laki tampan disana.

Arsen bersandar pada kepala sofa itu. Ia menatap langit-langit club itu. Kemudian, ia memejamkan matanya perlahan.

"Reg, lu ke club cuma buat numpang tidur?"

Arsen membuka matanya, mendapati sosok Gazza yang tengah berdiri dihadapannya sambil menatapnya.

Arsen mengerutkan dahinya.

"Gua, Ganang, sama Bagas mau ke counter bar. Lu ikut ga?" tanya laki-laki itu, lagi.

Arsen menggeleng, kemudian menatap ke 3 laki-laki itu yang semakin menjauh. Tempat ini ramai sekali, hampir tak ada sofa kosong. Ditambah lagi dengan Dance Floor yang tampak dipenuhi orang.

Disana, tampak perempuan dengan pakaian sexy sedang menari-nari bersama cowok-cowok nakal yang datang entah darimana.

Arsen hanya diam. Dia kesana memang hanya untuk duduk, mendengar musik, dan minum-minum. Bukan cari cewek.

Ia kembali memejamkan matanya, membiarkan Aldo, Adit dan Micho yang sedang minum-minum sambil merokok.

"Hai, kita boleh duduk disini ga?"

Tak ada jawaban.

Arsen membuka matanya saat ia merasakan seperti ada beberapa orang yang duduk didekatnya. Ia mendapati 4 orang perempuan cantik dengan pakaian minim yang sedang duduk berdempetan memenuhi sofa itu.

Aldo, Adit dan Micho diam saja. Mereka tak berani menjawab pertanyaan salah seorang gadis tadi. Karena, Arsen memang tidak suka diganggu. Apalagi, saat ia sedang tidur.

"Kalian darimana? Indonesia atau luar?" tanya salah satu perempuan itu. Namun lagi-lagi tak ada jawaban.

Aldo, Adit dan Micho hanya diam saja. Menatap Arsen yang tampaknya akan marah tapi ia menahan amarahnya karena ini tempat umum.

"Siapa yang ngebolehin kalian duduk disini?" tanya Arsen, dengan nada dingin.

"Abisnya ga ada yang jawab. Kalau diem aja, tandanya boleh, kan?"

"Ga ada yang bilang boleh. Pindah sana, numpang duduk ketempat lain aja. Disini penuh."

Gadis yang duduk disamping Arsen tampak memeluk lengan laki-laki itu dengan erat. Merekapun tak segan-segan menyentuh daerah sensitif laki-laki itu.

Arsen menepis tangan gadis itu dengan kasar, gadis itu hanya meringis kesal.

"Sok jual mahal banget sih? Masih mending cewek secantik gue bisa tertarik sama lo!" ucap -Visya-, gadis itu menyombongkan dirinya sendiri.

"Oh, haha. Terus, gua harus sujud syukur gitu?" Arsen tersenyum miring.

"Ofcourse lo harus! Ga usah munafik, gue tau lo nafsu. Cowok yang pergi ke club malam, udah pasti bukan cowok baik-baik. Jadi, ga usah sok suci." Visya tersenyum, ia membuka tutup botol bir kemudian menghabiskan setengah dari isi botol itu.

"Bukan cowok baik-baik itu, bukan berarti gua harus bersikap murahan kayak lu, kan?" ia mengangkat sebelah alisnya, sembari menatap gadis sombong itu.

Ke 3 perempuan lainnya hanya diam. Aldo, Adit dan Micho juga diam, menatap Arsen dan Visya yang tengah berdebat.

"Gua emang bukan cowok baik-baik kok. Tapi seenggaknya, gua ga pernah bersikap murahan kayak lu. Okay gua akuin, lu cantik, seksi juga. Terus kenapa? Kalau lu ga bisa ngejaga semua itu buat suami masa depan lu nanti, ya percuma."

Arsen merebut botol bir dari tangan Visya kemudian menuangkan sedikit bir itu kedalam gelas kecil yang kemudian ia minum hingga habis. "Banyak cewek-cewek diluar sana yang suka sama gua, bukan sombong sih. Atas dasar apa gua harus nerima lu yang cantik, seksi tapi murahan?"

Visya terdiam sebentar, "Gue juga muak sama cowok kayak lo." ia tersenyum kecut kemudian ia pergi begitu saja. Meninggalkan Arsen dan ke 3 teman-temannya itu.

"Yahh Visya pergi." bisik salah seorang gadis disebelah Arsen. Arsen menoleh, menatap 3 gadis itu dengan tajam, seolah menyuruh gadis-gadis itu untuk segera pergi.

"Sorry ya, kita ga niat kok. Kita kesini cuma nemenin Visya. Dan kayaknya, dia tertarik banget tuh sama lo." ujar salah seorang gadis itu. 2 gadis lainnya mengangguk, meng-iyakan.

"Dan yang nyentuh lo tadi, bukan kita. Tapi dia..." timpal gadis lainnya.

Arsen menunduk sedikit, menatap daerah yang sebenarnya tidak boleh disentuh, tapi gadis bernama Visya itu menyentuhnya.

"Lu.." Arsen menggantung ucapannya, ia tersenyum tipis. "Mau mati ya?"

Gadis itu langsung bangkit dan berlari pergi entah kemana. Arsen mendengus kesal, ia kembali menghabiskan beberapa gelas bir yang tergeletak diatas meja bundar dihadapannya itu.

"Lo gapapa, Reg?" tanya Aldo, ia menatap Arsen dengan tatapan ragu.

Arsen melirik sekilas kearah temannya itu, "Iya, gapapa kok." sahutnya, cuek.

DDRRRTTTT

Arsen merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya dari dalam sana.

Tante Karin
Rega, rumahmu masih disitu kan? Tante mau mampir

Laki-laki itu mengernyit, tumben sekali wanita beranak satu itu mampir kerumahnya?

Karin adalah tantenya Arsen, ia merupakan adik tiri dari Carmilla. Karin dan Arsen sebenarnya memang sudah dekat karena dulu, Karin sering main kerumah. Sebelum akhirnya, ia pindah ke Singkawang bersama anak dan suaminya.

Waktu itu sepertinya, anak Karin perempuan, dan hanya beda satu tahun dari Arsen. Tapi Arsen, belum pernah bertemu anak itu. Ia hanya tau dari cerita Razel.

Me
Tumben dateng. Rega lagi main dirumah temen, sebentar lagi Rega pulang. Tante sendiri?

Tante Karin
Sama Elsa sih..

"Oh, nama anaknya Elsa.." gumam laki-laki itu.

"Ada apaan? Tadi gua liat kayaknya disini rame, banyak cewek-cewek." ucap Ganang, ia baru saja kembali dari counter bar bersama Gazza dan Bagas.

"Biasa, pesona pangeran kita." sahut Aldo, ia menaik-turunkan kedua alisnya sembari sesekali melirik kearah Arsen yang masih fokus pada ponselnya.

Tiba-tiba, Arsen mengerang kesal. 6 teman-temannya yang terkejut itu sontak menoleh kearahnya.

"Tante gua baru dateng ke rumah. Gua harus balik nih, anjing lah!" kesalnya.

"Yahh, baru jam berapa nih." Adit mendesah kecewa.

"Sorry ya guys. Kalian tetep disini aja, gua balik sendirian."

"Ga bisa gitu dong! 1 balik, semua balik. Solid guys, solid." ucap Aldo, mengingatkan.

"Iya sih. Kalau lo ga ada, kita juga ga bisa tetep disini, Reg." timpal Micho, ia setuju.

Arsen mendesah lelah, "Kali ini aja, have fun sendiri tanpa gua. Ga usah mikirin solidaritas terus. Enjoy malem ini sepuas kalian. Jangan terpaksa pulang saat belom puas cuma demi gua ataupun demi solidaritas. Gua gamau egois."

"Kita udah puas kok." balas Gazza, kemudian ia menatap teman-temannya. "Iya kan, Rascal?"

Mereka mengangguk cepat, sembari menatap Arsen.

Arsen memasukkan tangannya kedalam saku celana, ia menatap ke 6 laki-laki itu dan mengangkat sebelah alisnya, "Yakin?"

Mereka mengangguk lagi. Akhirnya, Arsen menyetujuinya. Mereka pulang bersama-sama ke rumah masing-masing. Arsen penasaran, kenapa Karin ke rumah? Ditambah lagi, dia datang bersama anaknya yang bahkan tak pernah ia lihat.

Continue Reading

You'll Also Like

56.5K 3.3K 28
Cover by @astriiandin Aksa, badboy alim yg bersekolah di salah satu sekolah ternama. Popularitasnya semakin membeludak terlebih dengan wajah tampanny...
2.5K 111 11
"Aku gila dan aku bangga." Itulah kata-kata yang sering diucapkan oleh Davin. Davin itu gila,itulah yang orang lain katakan tentang Davin. Davin mema...
469K 35.4K 43
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
807K 14.5K 5
Limerence, Arti dari kata ini adalah keadaan tergila-gila atau terobsesi dengan orang lain, di mana biasanya terjadi tanpa sadar dan ditandai oleh ke...