Viya telah sampai didepan pintu rumah lalu ia mengetuknya, namun tak ada sahutan dari dalam. Ia pun membuka pintu rumah dan berjalan menaiki tangga untuk menuju kekamarnya.
Saat sudah sampai didepan pintu kamarnya tiba tiba ada seseorang yang memanggilnya, ia pun membalikkan badan ternyata orang itu adalah mama nya, Samara.
"Dari mana aja kamu? Pagi hari baru pulang?!" Tanya Samara seraya membentak.
"Semalam aku nginep dirumah Ana, pas mau pulang udah terlalu malam jadinya yaudah aku nginep aja disana."
"Kebiasaan kamu! Main ga pernah ingat waktu, kerjaannya main terus! Kelayapan!" Ucap Samara dengan membentak.
"Dari pada aku dirumah, ga pernah sekali pun di anggap sama keluarga! Mama, papa, semua perhatian, kasih sayang kalian cuman buat kak Tasya! Sedangkan aku? Ga sekali pun di perduliin sama kalian!" Ucap Viya.
Setelah berkata seperti itu, ia membalikkan tubuh dan masuk kedalam kamarnya, tak menghiraukan makian yang akan terlontar dari bibir Samara selanjutnya.
Viya mengunci kamar lalu ia berjalan menaiki kasurnya. Lagi dan lagi, ia sekuat tenaga berusaha untuk menahan tangisnya. Tidak, ia tidak mau terlihat lemah! Ia berusaha menyinggungkan senyum tipisnya.
Viya mengambil ponsel didalam tas, menyalakannya kemudian melihat beberapa notifikasi yang masuk. Ternyata itu semua notifikasi dari grup yang isinya cuman sahabat sahabanya.
GRUP RECEH.
Rani
"guys guys bagun udah pagi, ehh iya Viya lo semalem kemana??"
Tama
"Apaansi lo pagi pagi berisik banget."
Ana
Tau lo Ran, rese banget
Mahesa
2
Rani
Ah elo semua pada pemalas dasar kebo, itu Viya semalam gimana? Dia udah pulang kan?
Ana
Viya udah balik, semalam dia chatting gue kok
Mahesa
Alhamdullilah, temen gue kagak digodol kucing
Tama
Kayanya lo deh yang bakal digondol hahaha
Mahesa
Mana mungkin anjir, gue ganteng gini😎
Rani
Dihh PD gila lo
Ana
2
Tama
3
Rani
Viya lo dirumah kan? Nanti siang boleh kerumah lo?
Tama
Eh gue ikut dong!
Ana
Viya nya mana nihh? Ijin dulu bego
Mahesa
Viya sider guyss
Hahaha apa si lo pada berisik
bener pagi pagi
Tama
Nahh nonggol kan, semalam lo balik duluan Vi??
Iya tadi malam gue balik duluan,
sorry ya.
Mahesa
Kita nyariin elo anjir, malah balik duluan.
Heheehehe sorry,
Rani
Iyaiya gua maapin kok tenang haha. Btw nanti kita mau kerumah lo Vi
Mau ngapain? Gue nanti
siang kayanya mau pergi
Tama
Mau kemana lo??
Gatau juga gue, tumben tumbenan
Nyokap ngajak gue pergi hari ini.
Setelah membaca dan membalas beberapa pesan dari sahabatnya Viya menaruh ponsel di atas nakas sebelah tempat tidur dan ia membaringkan tubuhnya.
Sebenarnya, nanti siang ia tidak ada acara apapun ia hanya berasalan kepada sahabat sahabat. Ia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun, karna Viya sedang ingin menenangkan pikirannya sejenak setelah banyaknya kejadian yang ia alami hari ini.
Viya bangkit dari tidurnya dan ia mengambil sebuah bingkai berisi foto yang ada di atas meja riasnya dan memandangnya sendu.
Foto itu adalah foto sewaktu kecil ia dengan kakak laki lakinya Devian Adam Darmantara.
"Hai kak, apa kabar? Kak, aku kangen sama kakak," ucapnya pada bingkai tersebut seakan bingkai yang ia peganv dapat merespon dirinya.
"Coba kakak disini, aku mau peluk kakak,aku mau cerita banyak sama kakak tentang semua yang aku alami hari ini."
"Cerita tentang semua keluh kesah aku, cuman kakak yang bisa ngertiin diri aku."
"Cuman kakak yang peduli,sayang sama aku, mereka semua pada jahat sama aku. Papah, mamah, mereka gaada yang peduli sama aku, mereka hanya sayang dan peduli sama kak Tasya. Sedangkan aku? A-aku memang hidup di keluarga ini, tapi mereka semua ga pernah nganggep aku ada kak." Viya menangis sesegukkan sambil mendekap erat bingkai tersebut.
"Mereka selalu berfikiran bahwa aku penyebab kakak meninggal! Mereka semua salah paham, mereka semua gaada yg mau dengar penjelasan aku! Mereka semua selalu menulikan telinga mereka dan akhirnya akulah yang disalahkan! Akulah yang dianggap penyebab meninggalnya kakak."
"Aku butuh kakak disini hiks... hikss cuman kakak yang bisa jelasin semuanya agar mereka percaya sama aku kak. Andai waktu kecelakaan itu, aku yang menggantikkan posisi kakak. Biar aku aja kak yang mati, bukan kakak!"
Viya berbicara keluh kesahnya pada sebuah bingkai yang didekapnya, seperti hanya itulah satu satunya yang dapat mengerti dan mendengarkan dirinya.
"Maaf kak aku nangis lagi, kak Devian jangan marah ya, aku akan selalu ingat kata kata kakak yang bilang kalo aku bukan orang yang lemah, aku harus selalu tersenyum, jangan mudah nangis, aku harus jadi orang yang ceria." Ia menghapus air matanya dan perlahan terseyum dengan pandangan masih tertuju pada bingkai tersebut.
Setelah itu, ia pun menaruh kembali bingkai foto itu diatas meja lalu bangkit berdiri, berjalan kembali ke kasur dan ia membaringkan tubuhnya seraya menatap langit langit kamar.
Pikiran Viya begitu kalut, banyak sekali yang ia pikirkan. Ia takut jika setelah kejadian semalam akan membuat dirinya hamil.
Bagaimana jika itu sampai terjadi? Siapa yang akan bertanggung jawab? Lalu bagaimana dengan masa depannya? Kedua orang tuanya yang akan tahu? Berbagai pertanyaan datang begitu saja dalam pikiran Viya.
Perlahan ngantuk menghampiri dirinya, lalu ia pun terlelap dengan banyaknya pikiran.
🥀
Edo sedari tadi terlihat tidak fokus dengan semua dokumen yang ada diatas mejanya. Pikiran ia begitu kalut karna memikirkan siapa gadis yang bernama Viyanti itu, gadis yang ia perkosa waktu malam tadi.
Sungguh, Edo sama sekali tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, semalam ia benar benar sangat frustasi.
Tok tok tok
"Do sudah jam makan siang, kau ingin pergi makan denganku atau tidak?" Edo melamun, tidak menyadari bila ada orang lain berada didalam ruangannya.
"Do? Kau baik baik saja?" Edo pun tersadar karna sebuah tepukan di pundaknya, saat menoleh ternyata orang itu adalah Alvaro.
"Kenapa Al?"
"Kau melamun? Masih memikirkan Dafina? Btw Aku datang hanya mengajakmu untuk makan siang,"
"Oh, sepertinya kau pergi saja sendiri aku sedang tidak mood untuk makan." Memandang sahabatnya aneh, Alvaro duduk dikursi yang ada didepan meja Edo.
"Memikirkan Dafina?" Edo menggeleng.
"Lalu?" Sebelum bicara Edo membuang napas kasar.
"Semalam aku melakukan kesalahan yang sangat fatal."
"Semalam? Oh iya, semalam kau dimana? Kau tidur di kamar club? " Lagi, Edo membuang napas kasar.
"Ya semalam aku disana dan kau tahu? Aku memperkosa seorang gadis yang tidak ku kenal," Edo menundukkan kepalanya, jika mengingat kejadian semalam, ia merasa sangat amat bodoh dan brengsek kepada seorang wanita.
"WHAT?! seriously?" Kaget Alvaro dan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya dengan masih menunduk.
"Saat itu aku benar benar tidak sadar dengan apa yang kulakukan, pikiranku begitu kalut dengan Dafina! Dafina dan Dafina. Sampai akhirnya aku melakukan hal brengsek sepergi itu pada orang lain!"
Alvaro menghela napas mendengar penuturan sahabatnya. Tak menyangka Edo, sahabatnya melakukan hal brengsek seperti itu.
"Kau akan bertanggung jawab bukan? Tidak akan lari dari hal ini?"
"Tentu saja aku akan bertanggung jawab dengan hal yang kulakukan, aku tidak sebrengsek itu."
"Lalu kau tau dia siapa?"
"Tidak, aku sama sekali tidak tahu siapa dia, saat aku terbangun ia tidak ada didalam kamar. Sepertinya ia sangat takut, makanya ia pergi begitu saja."
"Lantas, bagaimana kau mencari tentang dia?"
"Ketika aku selesai dari kamar mandi, aku tidak sengaja melihat ada sebuah kalung dan kalung itu bertuliskan nama Viyanti, aku sudah meminta orang kepercayaanku untuk mencari siapa dia." Edo mengusap wajahnya dengan kasar.
"Jujur saja perlakuanmu itu sangat sangat brengsek do dan aku sebagai sahabatmu, hanya bisa mendukung apapun yang akan kau lakukan nantinya, pesanku jangan sampai kau lari dari hal seperti ini," Ucap Alvaro sambil berdiri dan menepuk pelan bahu Edo.
Edo hanya mengaggukkan kepalanya.
"Dan maaf jika ajakkanku semalam ke club akan berakibat kejadian fatal untukmu," sesal Alvaro.
"Sudahlah lupakan, pergilah."
"Baiklah, apa kau yakin tidak ingin makan siang?"
"Tidak, terimakasih." Alvaro mengerti, ia segera pergi meninggalkan Edo sendiri didalam ruangannya.
Ketika sedang melamun, Edo disadarkan oleh bunyi dari ponselnya, saat melihat siapa yang menelpon ia segera mengangkat panggilan tersebut.
"Ya? Bagaimana? Apa kau berhasil menemukannya?"
"Saya sudah mendapatkan semua data seseorang yang anda cari tuan."
"Bagaimana? Siapa Viyanti?! Cepat katakan! Jangan terlalu banyak berbasa basi!"
"Viyanti adalah-"
Tbc.
THANK YOU!!!
Instagram : @irviyantii
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
Viyanti Hagata Darmantara
Eduardo Albrata Brawijaya