Marriage (Not) Perfect | END

By irviyantii_

1.5M 67.5K 1.6K

Edo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat E... More

Marriage (Not) Perfect | Prolog
Eduardo Albrata Brawijaya
Viyanti Hagata Darmantara
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
TRAILER DAN CAST
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Marriage (Not) Perfect | Epilog
Extra Part 1
Extra part 2

Bab 5

41.6K 1.7K 19
By irviyantii_

Viya telah sampai didepan pintu rumah lalu ia mengetuknya, namun tak ada sahutan dari dalam. Ia pun membuka pintu rumah dan berjalan menaiki tangga untuk menuju kekamarnya.

Saat sudah sampai didepan pintu kamarnya tiba tiba ada seseorang yang memanggilnya, ia pun membalikkan badan ternyata orang itu adalah mama nya, Samara.

"Dari mana aja kamu? Pagi hari baru pulang?!" Tanya Samara seraya membentak.

"Semalam aku nginep dirumah Ana, pas mau pulang udah terlalu malam jadinya yaudah aku nginep aja disana."

"Kebiasaan kamu! Main ga pernah ingat waktu, kerjaannya main terus! Kelayapan!" Ucap Samara dengan membentak.

"Dari pada aku dirumah, ga pernah sekali pun di anggap sama keluarga!  Mama, papa, semua perhatian, kasih sayang kalian cuman buat kak Tasya! Sedangkan aku? Ga sekali pun di perduliin sama kalian!" Ucap Viya.

Setelah berkata seperti itu, ia membalikkan tubuh dan masuk kedalam kamarnya, tak menghiraukan makian yang akan terlontar dari bibir Samara selanjutnya.

Viya mengunci kamar lalu ia berjalan menaiki kasurnya. Lagi dan lagi, ia sekuat tenaga berusaha untuk menahan tangisnya. Tidak, ia tidak mau terlihat lemah! Ia berusaha menyinggungkan senyum tipisnya.

Viya mengambil ponsel didalam tas, menyalakannya kemudian  melihat beberapa notifikasi yang masuk. Ternyata itu semua notifikasi dari grup yang isinya cuman sahabat sahabanya.

GRUP RECEH.

Rani
"guys guys bagun udah pagi, ehh iya Viya lo semalem kemana??"

Tama
"Apaansi lo pagi pagi berisik banget."

Ana
Tau lo Ran, rese banget

Mahesa
2

Rani
Ah elo semua pada pemalas dasar kebo, itu Viya semalam gimana? Dia udah pulang kan?

Ana
Viya udah balik, semalam dia chatting gue kok

Mahesa
Alhamdullilah, temen gue kagak digodol kucing

Tama
Kayanya lo deh yang bakal digondol hahaha

Mahesa
Mana mungkin anjir, gue ganteng gini😎

Rani
Dihh PD gila lo

Ana
2

Tama
3

Rani
Viya lo dirumah kan? Nanti siang boleh kerumah lo?

Tama
Eh gue ikut dong!

Ana
Viya nya mana nihh? Ijin dulu bego

Mahesa
Viya sider guyss

Hahaha apa si lo pada berisik
bener pagi pagi

Tama

Nahh nonggol kan, semalam lo balik duluan Vi??

Iya tadi malam gue balik duluan,
sorry ya.

Mahesa
Kita nyariin elo anjir, malah balik duluan.

Heheehehe sorry,

Rani
Iyaiya gua maapin kok tenang haha. Btw nanti kita mau kerumah lo Vi

Mau ngapain? Gue nanti
siang kayanya mau pergi

Tama
Mau kemana lo??

Gatau juga gue, tumben tumbenan
Nyokap ngajak gue pergi hari ini.

Setelah membaca dan membalas beberapa pesan dari sahabatnya Viya menaruh ponsel di atas nakas  sebelah tempat tidur dan ia membaringkan tubuhnya.

Sebenarnya, nanti siang ia tidak ada acara apapun  ia hanya berasalan kepada sahabat sahabat. Ia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun, karna Viya sedang ingin menenangkan pikirannya sejenak setelah banyaknya kejadian yang ia alami hari ini.

Viya bangkit dari tidurnya dan ia mengambil sebuah bingkai berisi foto yang ada di atas meja riasnya dan memandangnya sendu.

Foto itu adalah foto sewaktu kecil ia dengan kakak laki lakinya Devian Adam Darmantara.

"Hai kak, apa kabar? Kak, aku kangen sama kakak," ucapnya pada bingkai tersebut seakan bingkai yang ia peganv dapat merespon dirinya.

"Coba kakak disini, aku mau peluk kakak,aku mau cerita banyak sama kakak tentang semua yang aku alami hari ini."

"Cerita tentang semua keluh kesah aku, cuman kakak yang bisa ngertiin diri aku."

"Cuman kakak yang peduli,sayang sama aku, mereka semua pada jahat sama aku. Papah, mamah,  mereka gaada yang peduli sama aku, mereka hanya sayang dan peduli sama kak Tasya. Sedangkan aku? A-aku memang hidup di keluarga ini, tapi mereka semua ga pernah nganggep aku ada kak." Viya menangis sesegukkan sambil mendekap erat bingkai tersebut.

"Mereka selalu berfikiran bahwa aku penyebab kakak meninggal! Mereka semua salah paham, mereka semua gaada yg mau dengar penjelasan aku! Mereka semua selalu menulikan telinga mereka dan akhirnya akulah yang disalahkan!  Akulah yang dianggap penyebab meninggalnya kakak."

"Aku butuh kakak disini hiks... hikss cuman kakak yang bisa jelasin semuanya agar mereka percaya sama aku kak. Andai waktu kecelakaan itu, aku yang menggantikkan posisi kakak. Biar aku aja kak yang mati, bukan kakak!"

Viya berbicara keluh kesahnya pada sebuah bingkai yang didekapnya, seperti hanya itulah satu satunya yang dapat mengerti dan mendengarkan dirinya.

"Maaf kak aku nangis lagi, kak Devian jangan marah ya, aku akan selalu ingat  kata kata kakak yang bilang kalo aku bukan orang yang lemah, aku harus selalu tersenyum, jangan mudah nangis, aku harus jadi orang yang ceria." Ia menghapus air matanya dan perlahan terseyum dengan pandangan masih tertuju pada bingkai tersebut.

Setelah itu, ia pun menaruh kembali bingkai foto itu diatas meja lalu bangkit berdiri, berjalan kembali ke kasur dan ia membaringkan tubuhnya seraya menatap langit langit kamar.

Pikiran Viya begitu kalut, banyak sekali yang ia pikirkan. Ia takut jika setelah kejadian semalam akan membuat dirinya hamil.

Bagaimana jika itu sampai terjadi? Siapa yang akan bertanggung jawab? Lalu bagaimana dengan masa depannya? Kedua orang tuanya yang akan tahu? Berbagai pertanyaan datang begitu saja dalam pikiran Viya.

Perlahan ngantuk menghampiri dirinya, lalu ia pun terlelap dengan banyaknya pikiran.

🥀

Edo sedari tadi terlihat tidak fokus dengan semua dokumen yang ada diatas mejanya. Pikiran ia begitu kalut karna memikirkan siapa gadis yang bernama Viyanti itu, gadis yang ia perkosa waktu malam tadi.

Sungguh, Edo sama sekali tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, semalam ia benar benar sangat frustasi.

Tok tok tok

"Do sudah jam makan siang, kau ingin pergi makan denganku atau tidak?" Edo melamun, tidak menyadari bila ada orang lain berada didalam ruangannya.

"Do? Kau baik baik saja?" Edo pun tersadar karna sebuah tepukan di pundaknya, saat menoleh ternyata orang itu adalah Alvaro.

"Kenapa Al?"

"Kau melamun? Masih memikirkan Dafina? Btw Aku datang hanya mengajakmu untuk makan siang,"

"Oh, sepertinya kau pergi saja sendiri aku sedang tidak mood untuk makan." Memandang sahabatnya aneh, Alvaro duduk dikursi yang ada didepan meja Edo.

"Memikirkan Dafina?" Edo menggeleng.

"Lalu?" Sebelum bicara Edo membuang napas kasar.

"Semalam aku melakukan kesalahan yang sangat fatal."

"Semalam? Oh iya, semalam kau dimana? Kau tidur di kamar club? " Lagi, Edo membuang napas kasar.

"Ya semalam aku disana dan kau tahu? Aku memperkosa seorang gadis yang tidak ku kenal," Edo menundukkan kepalanya, jika mengingat kejadian semalam, ia merasa sangat amat bodoh dan brengsek kepada seorang wanita.

"WHAT?! seriously?" Kaget Alvaro dan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya dengan masih menunduk.

"Saat itu aku benar benar tidak sadar dengan apa yang kulakukan, pikiranku begitu kalut dengan Dafina! Dafina dan Dafina. Sampai akhirnya aku melakukan hal brengsek sepergi itu pada orang lain!"

Alvaro menghela napas mendengar penuturan sahabatnya. Tak menyangka Edo, sahabatnya melakukan hal brengsek seperti itu.

"Kau akan bertanggung jawab bukan? Tidak akan lari dari hal ini?"

"Tentu saja aku akan bertanggung jawab dengan hal yang kulakukan, aku tidak sebrengsek itu."

"Lalu kau tau dia siapa?"

"Tidak, aku sama sekali tidak tahu siapa dia, saat aku terbangun ia tidak ada didalam kamar. Sepertinya ia sangat takut, makanya ia pergi begitu saja."

"Lantas, bagaimana kau mencari tentang dia?"

"Ketika aku selesai dari kamar mandi, aku tidak sengaja melihat ada sebuah kalung dan kalung itu bertuliskan nama Viyanti, aku sudah meminta orang kepercayaanku untuk mencari siapa dia." Edo mengusap wajahnya dengan kasar.

"Jujur saja perlakuanmu itu sangat sangat brengsek do dan aku sebagai sahabatmu, hanya bisa mendukung apapun yang akan kau lakukan nantinya, pesanku jangan sampai kau lari dari hal seperti ini," Ucap Alvaro sambil berdiri dan menepuk pelan bahu Edo.

Edo hanya mengaggukkan kepalanya.

"Dan maaf jika ajakkanku semalam ke club akan berakibat kejadian fatal untukmu," sesal Alvaro.

"Sudahlah lupakan, pergilah."

"Baiklah, apa kau yakin tidak ingin makan siang?"

"Tidak, terimakasih." Alvaro mengerti, ia segera pergi meninggalkan Edo sendiri didalam ruangannya.

Ketika sedang melamun, Edo disadarkan oleh bunyi dari ponselnya, saat melihat siapa yang menelpon ia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Ya? Bagaimana? Apa kau berhasil menemukannya?"

"Saya sudah mendapatkan semua data seseorang yang anda cari tuan."

"Bagaimana? Siapa Viyanti?! Cepat katakan! Jangan terlalu banyak berbasa basi!"

"Viyanti adalah-"

Tbc.

THANK YOU!!!

Instagram : @irviyantii

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

Viyanti Hagata Darmantara

Eduardo Albrata Brawijaya

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 123K 56
[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada kedua sahabatnya dan Rian, pria yang sang...
1.3M 51.1K 65
SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK Rank: #23 15052018 #27 29042018 #30 22042018 #32 20042018 #36 01032018 #46 22022018 Anggi Wulandari bekerja di seb...
3.2M 144K 23
❌Don't copy my story!❌ DILARANG KERAS MENG-COPY PASTE CERITA INI. Copyright ©2019 by whiskeypink - 5 on #romance 20 May 2020 - 4 on #CEO 4 Maret 2020...
3.8K 378 13
Real, hasil pemikiran sendiri😊 No plagiat❌ Jadi jangan COPY PASTE "Cinta? cih gw gax butuh semua itu karna itu dapat membuat semua orang yang merasa...