EPITOME: LUNISOLAR [TAEKOOK/V...

De heyhduami

1.4K 185 6

He is the strongest, and the weakest person. Ketika pria paling kuat hancur, ia tidak sanggup menangis . - EP... Mais

P R O L O G U E
1
2
4
5
6
7
8
9
10"
11"
12"
13"
14"
15"
16"

3

70 15 0
De heyhduami

Kicauan burung mugpie membangunkan Taehyung dari mimpinya. Mengerjap lambat beberapa kali, sebelum netranya menangkap sosok pemuda pucat bertumpu pada pagar beranda.

Oh, Taehyung baru ingat. Mereka tidur bersama semalam. Melirik ke bagian bawah tubuhnya yang tertutup selimut, memakai boxer hitam.

Menegakkan badan untuk melakukan peregangan ringan. Turun dari ranjang dan melangkah perlahan ke arah beranda. Hazelnya memperhatikan tubuh Jungkook dari belakang.

Hot. Taehyung mengakuinya.

Jungkook shirtless, hanya memakai sweatpant kelabu yang talinya dibiarkan menggantung. Jemarinya menjepit selinting rokok, sesekali menghisapnya sebelum kembali dihembuskan. Menciptakan aroma tembakau yang khas.

Pemuda Jeon itu memang sama sekali tidak terlihat seperti orang benar. Lebih seperti preman. Tubuhnya kekar dan terdapat banyak bekas luka di kulit putihnya. Taehyung tahu betul jika semalam Jungkook sangat kesakitan dibalik kenikmatannya. Selain itu yang pertama, Jungkook juga belum sembuh.

Perban di bisep kiri Jungkook bahkan terlihat bercak darah yang merembes, menegaskan jika lukanya kembali terbuka.

"Spine tattoo nya keren."

Taehyung terkesiap, tapi buru-buru menetralkan sikapnya. Dilihatnya Jungkook yang menghisap nikotin, lalu mendesis dengan asap tembakau yang keluar dari sela geliginya. Kemudian meremas rokok yang telah seukuran kelingking itu tanpa terlihat banyak kesakitan. Membuangnya begitu saja ke lantai beranda.

"Kau melihat tato ku? Ku pikir semalam tidak ada gaya yang membuatmu dapat melihat punggungku."

Jungkook membalikkan tubuhnya, memperlihatkan abs yang tercetak panas disana. Angin kencang kembali bertiup, dan rambut gondrong berbelah tengah itu berkibar hingga menjadi tak karuan.

Semakin panas.

Tapi Taehyung tidak tertarik.

"Kau tidur memunggungiku." jawabnya. Netranya tak bisa berhenti memandang pahatan sempurna milik Kim Taehyung. Terlalu tampan untuk dikatakan sebagai manusia. Tinggi mereka sama, sehingga Jungkook bisa melihat jelas sosok magical dihadapannya hingga puas.

Tubuh Taehyung memang lebih ramping darinya, tapi ia bisa melihat abs halus yang mulai terbentuk. Yakin demi muka licin Yoongi, Taehyung malas berolahraga. Hanya makan sehat mengingat setelah bangun tidur ia ke dapur yang hanya ada oatmeal, kacang-kacangan, yoghurt, dan makanan sehat lain yang dibenci Jungkook.

McDonald's memang terbaik.

"Kau mau membuatnya juga?"

"Apa?"

"Tato."

Kening Jungkook mengernyit. "Kenapa berpikir aku ingin?"

Sedangkan Taehyung mengangkat bahu dengan bibirnya yang mencebik. "Kau terlihat menyukainya."

"Kalau aku suka, apa berarti harus mempunyainya?"

Taehyung memutar bola matanya malas. Bersidekap hingga otot bisepnya yang awalnya samar kini semakin terlihat jelas. Sangat keras dan kencang. "Tidak. Tapi harus berusaha mempunyainya."

"Kalau aku suka padamu, maka aku harus berusaha memilikimu?"

Kamar Taehyung menjadi sedingin kutub utara. Apalagi keadaan mereka yang hanya dilapisi sepotong pakaian.

"Jangan melebihi batas, Jeon. Kita hanya berada dalam bisnis." jawab Taehyung sembari mendatarkan pandangannya, memilih memutar tubuh untuk mandi pagi. Otaknya butuh pendinginan.

Tangannya baru saja mencengkram handuk ketika suara lembut Jungkook mengudara.

"Orientasiku straight. Sungguh. Anehnya tidak berlaku saat bersamamu."

.

Namjoon menatap takjub ke arah Jungkook yang tengah push up. Ototnya terlihat membesar tiap kali kali Jungkook merendahkan tubuhnya. Pembuluh darah tercetak jelas di sepanjang leher, tangan, dan kaki jenjangnya yang memakai celana di atas lutut. Peluh menetes hingga membasahi lantai beranda belakang rumah Taehyung. Jungkook benar-benar atletis.

"Ini sudah yang ke 200."

Jungkook mengangguk. Berhenti berolahraga dan duduk dengan meluruskan kakinya. Namjoon menggeleng heran, masih tidak menerima perbedaan wajah dan tubuh pemuda itu.

Bayi berotot.

Deru nafas Jungkook terdengar memburu. Tangannya meraih botol air mineral yang diberikan Hoseok, berterima kasih sebelum meminumnya dengan rakus.

"Kau sungguh sudah sehat?" tanya Hoseok sangsi. Jungkook memang sudah membuktikan dengan workouts nya hari ini, tapi bibir pucat pemuda itu masih membuat Hoseok bimbang.

Namjoon mendekat. Memasukkan kedua tangannya ke dalam celana bahan. "Kami tidak bisa mempekerjakanmu secepatnya jika kondisi fisikmu masih belum stabil."

Sekali lagi Jungkook meneguk air mineral botolnya. Mengusak mulut basahnya dengan handuk yang menggantung di leher. "Jika aku sudah mampu seperti tadi, artinya tidak ada masalah."

Tidak ada yang menjawab. Hoseok dan Namjoom sama-sama memperhatikan sosok Jungkook yang memandang lantai. Enggan melihat keduanya.

"Ada nyawa yang dipertaruhkan disini. Jika kau lemah sedikit, kau akan mati bahkan sebelum memukul lawan pertamamu."

Suara bariton Taehyung menginterupsi. Jungkook enggan menaikkan pandangan meskipun jiwanya berontak ingin kembali melihat garis sempurna milik Taehyung.

"Yoongi-hyung tidak masalah. Lagi pula ini sudah 3 hari masa rehat. Kita tidak punya banyak waktu." Suara Taehyung terdengar pelan.

"Aku mengerti."

Rupanya ia berbicara dengan Namjoon, kakaknya. Yang lebih tua kembali mamandang Jungkook.

"Bersihkan dirimu, lalu pergi bersama Taehyung. Kalian tidak bisa tinggal disini jika tidak ingin diketahui musuh."

.

Pindah hanya butuh 15 menit berkendara ke tempat persembunyian baru. Rumah Taehyung juga di Seoul, namun digunakan sebagai salah satu opsi persembunyian. Sebelumnya Hoseok baru saja kembali ke Busan setelah berkunjung terlebih dahulu.

Tempatnya lebih kecil dan lebih sederhana, namun Jungkook lebih menyukainya. Terlihat nyaman dan leluasa. Lengannya mengangkat tumpukan kardus dari dalam bagasi mobil Taehyung, membawanya masuk tanpa berhenti menatap sekeliling rumah.

"Kau pakai kamar yang di bawah." ujar Taehyung, Jungkook hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah pemuda itu. Tetap asyik memperhatikan sekeliling.

Bibirnya tidak melengkung membentuk senyuman, namun Taehyung tahu dari matanya yang membulat penuh binar. Jungkook senang dan begitu terkagum-kagum.

"Aku sering mengajak Jimin kesini sedari kecil."

Tidak ada sahutan, tapi pandangan Jungkook telah beralih pada Taehyung yang tengah membuka salah satu kardus dan mengeluarkan isinya.

"Sebelum kami punya uang, tempat ini adalah kebun cotton grass. Kau tidak akan menyangka mengingat tempat ini berdekatan dengan rumah lainnya."

Kaki Jungkook melangkah mendekat. Membantu Taehyung menata barang-barang dapur.

"Hmm ku rasa itu sekitar 6 tahun yang lalu. Masih di tahun yang sama dengan pertemuan pertama kami."

Ada 4 piring yang ditumpuk, lalu disusul memisahkan sendok, garpu, dan sumpit sebelum menaruhnya di kotak yang berbeda.

"Saat itu awal musim dingin, cotton grass tumbuh lebat di tanah ini. Kami sudah remaja, tapi terlihat seperti bocah yang senang bermain dengan bunga. Di akhir tahun, aku menyadari jika aku jatuh cinta padanya." Taehyung terkekeh. Tangannya berhenti menyusun gelas keramik di dalam almari.

"Sial ya. Demi menjaga kenangan manis itu, aku membeli tanah ini dan membangun rumah saat uang sudah mengalir deras padaku. Bermimpi rumah ini akan menjadi tempat tinggal kami nantinya. Hidup berdua dengan bahagia."

Sumpah mati. Jungkook tidak tahu jika Taehyung sangat melankolis seperti ini. Wajahnya memang klasik, tapi Jungkook pikir karena Taehyung seorang penjahat transnasional, maka otaknya akan menepis hal-hal selain kepuasan.

"Dia bilang, kami adalah soulmate. Jadi aku berpikir bahwa dia juga menyukaiku. Ternyata, soulmate juga bisa berarti sahabat semati."

Hanya detik jam dan kucuran air taman yang terdengar selama beberapa saat, sebelum Jungkook berdehem membersihkan tenggorokannya. Ia kembali melanjutkan kegiatan menyusun isi kardus-kardus. Kali ini berpindah pada kardus kedua, berisi atasan Taehyung.

"Kau tahu? Rasanya kita seperti pasangan yang baru menikah. Pindah ke rumah baru dan menata barang-barang bersama."

~•~

THANK YOU

Continue lendo

Você também vai gostar

47.2K 3.4K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
98.2K 16.8K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
461K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...