ARSEN (END)

By lcsv17

368K 26.3K 868

Kalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seoran... More

1 - Geng Murid Pindahan
2 - Anak Lainnya?
3 - Arsen Pintar!
4 - Hari Kesialan Arsen!
- CAST -
5 - Usaha
6 - Balas Dendam
7 - Dendam
8 - Ekskul
9 - 12 TKJ 3
10 - Sakit
12 - Keluarga Baru?
13 - Teman Baru
14 - Adek
15 - Club Malam
16 - Elsa Ardavirisca
17 - Basket
18 - Pangeran?
19 - Telephonobia
20 - Arsen Benci Bawang!
21 - Masalah dengan Arsen
22 - Semua Tentang Ratu
23 - Suka
24 - Kecewa?
25 - Lupakan!
26 - Akhirnya!
27 - Kanaya
28 - Sayang Razel!
29 - Coklat untuk Verdo
30 - Sakit
31 - Jatuh, dan sakit
32 - Clubbing lagi
33 - Orang misterius
34 - Kejutan
35 - Kosan Narky
36 - Pembalasan
37 - Verdo Kadilon Bhaskara
38 - Rumah sakit lainnya
39 - Hari terakhir
40 - Mengenang Verdo
41 - Peninggalan
42 - Semua hanya masa lalu
43 - Tragedi tragis
44 - Setidaknya, bertahan
45. Lelah - End

11 - Malam itu

8.1K 616 4
By lcsv17

"Sen, ayo balik!" ajak teman-temannya itu.

Arsen, Ganang, Gazza, Bagas, Aldo, Adit, Micho dan Verdo selalu sekelas sejak kelas 10. Tak terpisahkan.

Arsen masih menenggelamkan wajahnya di mejanya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Tapi Arsen tak minat pulang.

"Lu semua duluan aja, gua pulang nanti." balas Arsen, tak bergerak sedikitpun.

"Seriusan lu gapapa?" tanya Micho, ragu.

"Santai aja kali. Toh gua mau pulang jam 10 malem pun, udah ga bakal ada yang nyariin gua lagi." sahutnya, acuh.

Ganang mengusap punggung laki-laki itu, berniat menghiburnya. Ganang tau, Arsen pasti sakit sekali.

"Yaudah kita cabut ya. Kalau butuh apa-apa, chat digrup aja ya, Reg." lirih Gazza, ia menyentuh pundak Arsen dengan lembut.

Arsen hanya mengangguk, membiarkan teman-temannya itu pergi meninggalkannya sendirian dikelas.

***

Arsen mengerjap halus, ia tertidur disekolah. Laki-laki itu terkejut dan langsung menatap jam tangannya. Sudah jam 19.40 WIB.

Sialan, kenapa dia tertidur dikelas hingga malam begini?

Arsen langsung memakai tasnya kemudian berlari keluar kelas. Untung saja kelasnya belum dikunci.

Saat ia hendak berlari melewati perpustakaan. Suara benda jatuh terdengar dari dalam perpustakaan.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya, kemudian mengintip kedalam sana melalui jendela. Didalam sana gelap. Hanya ada sedikit cahaya senter yang tampak didalam sana.

Arsen membuka pintunya perlahan kemudian melangkah masuk. "Woy, ada orang?" teriaknya.

Lagi-lagi terdengar suara benda yang jatuh dari rak kedua didepannya. Laki-laki itu berlari kesana dan mendapati seorang murid perempuan berseragam lengkap yang tampak panik dan sedang membereskan buku yang jatuh dari rak itu.

Gadis itu mendongak, menatap Arsen dengan tampang kaget. "Lo Arsen? Ngapain malem-malem disini?"

"Lu yang ngapain malem-malem disini." balasnya.

"Gue nyari buku lah. Lo ngapain? Nyolong?"

"Gila lu, lu kali yang nyolong!"

Gadis itu hanya meringis sebal kemudian merapihkan buku yang jatuh dan menatanya kembali ke rak buku. "Anak famous ngapain malem-malem masih disekolah?"

"Gua ketiduran. Lu sendiri ngapain nyari buku malem-malem? Kayak besok ga bisa aja."

Gadis itu hanya tertawa renyah sembari menatap Arsen dengan sinis, "Lo kelas 12 TKJ 3 kan?"

Arsen hanya mengangkat kedua alisnya, "Lo?"

"10 AP 1."

Arsen mengernyit, "Akomodasi Perhotelan?"

Gadis itu hanya mengangguk, "Lo ga pulang? Ngapain masih disini?"

"Tadi cuma iseng aja sih, gua kira setan."

Gadis itu melirik sinis kemudian melangkah mendahului Arsen. Arsen mengekori gadis itu, gadis itu tampak mencari sebuah buku, entah buku apa.

"Nama lu siapa?"

Gadis itu menoleh sekilas, "Khaliza Salsabila. Biasanya dipanggil Billa, atau Liza."

Arsen hanya mengangguk-angguk.

"Tumben lo nanyain nama gue duluan. Padahal gue denger-denger, lo kan orangnya sombong." lanjut gadis itu, dia menoleh sekilas kearah Arsen yang sedang mengekorinya dibelakang.

"Jangan kenalin seseorang cuma berdasarkan 'Katanya' doang."

Khaliza mengangguk-angguk kemudian mengambil dan memeluk sebuah buku tebal, entah buku apa. "Lo ngapain sih masih ikutin gue?"

"Gatau. Insting gentleman gua berkata, gua ga bisa ninggalin cewek sendirian malem-malem disekolahan."

Khaliza berbalik dan mendongak, menatap laki-laki jangkung itu, "Terus lo mau apa? Mau nganterin gue pulang?"

"Mungkin..." balasnya, ragu.

"Okay, thanks. Ayo pulang sekarang!" Gadis itu meraih tangan Arsen kemudian sedikit menariknya menuju tempat parkir.

"Gua cuma bawa helm satu." ucap laki-laki itu sembari menunjukkan helm hitamnya.

Motor kawasaki ninja hitam itu, sudah identik dengan identitasnya sebagai Rascal. Karena semua anggota Rascal, kabarnya mereka juga adalah anggota dari Komunitas Kanitam (Kawasaki Ninja Hitam) semacam komunitas anak motor yang elite di Jakarta.

Arsen lebih dulu menaiki motornya hingga sampai didepan pagar sekolah sebelum akhirnya membiarkan Khaliza naik keatas motornya dan melajukan motor itu layaknya kesetanan.

Jalanan malam itu sepi, sunyi dan gelap. Hanya lampu jalanan saja yang menyinari jalanan itu, Arsen mempercepat kecepatan motornya. Udaranya dingin, dia yakin Khaliza juga pasti kedinginan. Itulah mengapa ia menambahkan kecepatan motornya.

"ABIS INI NANTI ADA BELOKAN KE KIRI, BELOK YAAA!!" jerit gadis itu, takut Arsen tak mendengar ucapannya.

"SIAPPP!!" sahut Arsen, teriak juga.

Arsen menelusuri jalanan itu sesuai dengan tuntunan Khaliza hingga mereka sampai disebuah rumah besar bernuansa coklat.

Gadis itu langsung turun dari motor Arsen kemudian merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin. "Thank you ya, Sen! Salken juga, btw."

"Sama-sama, salken too."

Gadis itu tersenyum dan hendak beranjak pergi, namun tiba-tiba ia berbalik lagi. "Sen, wait!" ucapnya saat melihat Arsen hendak pergi juga.

Arsen terhenti, ia menatap Khaliza dengan tatapan seolah-olah ia bertanya 'Apa?'

"Gue boleh minta kontak lo ga?"

"WhatsApp?"

Khaliza mengangguk antusias.

"Lu ga lagi modus kan?" tanya Arsen, memastikan.

"Nggak lah, gila! Gue cuma mau temenan doang, lo udah baik!"

"08********" Arsen menyebutkan nomornya pelan-pelan sambil menunggu gadis itu mencatatnya diponselnya.

"Insta?"

"@arsenkharega. Inget, jangan bocorin kesiapapun tanpa seijin gua ya, gua ga suka!"

"Iya bawel, sana lo!"

"Dih ngusir." keluh laki-laki itu sembari membawa motornya mundur beberapa langkah, "Bye!" pamitnya lalu ia mengacungkan jari tengahnya sebelum akhirnya dia melajukan motornya dengan sangat kencang. Lebih kencang daripada tadi.

Mungkin dia bosan hidup, begitu pikir Khaliza.

Arsen mencoba mengusir mimpi buruknya. Ketika dia tiba dirumah, mimpi buruk itu seolah tiba tanpa diundang. Ia selalu teringat kenangan pahit yang menjadi alasan mengapa sekarang ia tinggal sendirian.

Ia yakin ayahnya masih peduli padanya.

Jika tidak, kenapa Razel masih mentransfer sejumlah uang padanya setiap bulan? Tapi yang Arsen butuhkan bukanlah uang, melainkan kehadiran sosok Razel dirumah itu.

Yang Arsen punya, hanyalah Razel. Namun pria itu terlalu larut dalam rasa kecewanya sehingga memutuskan untuk pergi meninggalkan semuanya.

Arsen sakit, tapi ia berusaha untuk tetap kuat. Ini semua salahnya, karena menutupi kebenaran. Mungkin, inilah karma untuknya.

Laki-laki itu naik kebalkon kamarnya dilantai 2. Melihat bintang yang bertebaran dilangit malam ini. Sudah jam 21.00 WIB tapi dia belum mengantuk.

Ganang:
Reg, lo udah balik?

Arsen tersenyum melihat notifikasi chat itu. Setidaknya, masih ada yang mengingat dirinya.

Me:
Udeh
Ngapa lu? Kangen?

Ganang:
Najis

Arsen tertawa, ia mendongak, kembali menatap langit yang indah itu. Andai saja dia bisa berkumpul dengan Carmilla dan Razel seperti dulu lagi. Walau Carmilla kasar, tidak apa-apa. Asal dia masih bisa melihat senyuman diwajah Razel.

Sebenarnya, Arsen adalah anak yang baik. Hanya saja, orang-orang belum benar-benar mengenal dirinya.

Semua berkat didikan ayahnya yang bijaksana itu. Ayahnya tampak, charming, dan tinggi. Semua itu, menurun pada Putra keduanya, Arsen Raditya Arkharega.

Razel selalu mengajarkan putranya untuk tidak menahan rasa ingin menangis. Razel selalu bilang "Untuk apa air mata diciptakan untuk perempuan dan laki-laki kalau hanya perempuan saja yang boleh menangis?"

Ucapan itu selalu Arsen ingat. Razel juga pernah bilang, "Semua orang entah itu perempuan maupun laki-laki, saat baru lahir juga pasti menangis. Jadi, jangan pernah merasa malu hanya karena menangis. Harusnya kamu bangga, kamu bisa melawan rasa malu yang dirasakan oleh puluhan laki-laki diluar sana. Kalau kamu ga malu untuk menangis, itu tandanya kamu sudah benar-benar dewasa. Menangis itu memang perlu, Arsen."

Arsen tersenyum mengingat semua itu. Ajaran Razel yang itu, tak membuatnya cengeng sih. Tapi Arsen masih bisa menangis walau ia tampak sangar dan galak pada saat diluar rumah.

Menurut Razel, Arsen sebenarnya lembut. Tubuh dan umurnya saja yang besar, jiwa putranya itu masih jiwa anak kecil. Arsen hanya bersikap manja didepan orang-orang tertentu.

Semua itu bukan tanpa alasan. Bagaimanapun juga, manusia butuh perhatian. Arsen tak pernah mendapatkan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya. Tapi, ia senang. Setidaknya, ia masih punya kedua orang tua yang lengkap, yang masih bisa menjadi sebuah cerita.

Arsen menyeka air matanya yang turun secara tiba-tiba. Ia tersenyum lebar, agar tidak menangis. Kemudian ia menatap langit, "Abang kalau dulu sempet lahir, kira-kira dia bakal ngapain ya liat adeknya nangis?" laki-laki itu terkekeh.

Razel dan Carmilla pernah bercerita. Anak pertamanya itu meninggal dikandungan saat detik-detik ia akan lahir. Sepasang suami istri itu bahkan sudah memiliki nama untuk putra pertamanya itu. Tapi sayangnya, semua itu hangus saat mereka mengetahui bayi dalam kandungan itu, meninggal.

Vhiyu Raditya Arkhareza. Jika ia lahir, mungkin ia akan tampan seperti adik keduanya, Arsen. Dan mungkin, dia akan sangat menyayangi Acha, kalau Acha masih hidup...

*DDDRTTT*


Arsen menatap ponsel yang bergetar ditangannya.

Mama
Besok mama jemput, kenalan sama papa barumu.

Arsen tersenyum tipis. Papa? Baginya, Razel adalah Papa satu-satunya. Dia tak sudi memanggil pria selingkuhan mamanya itu, dengan sebutan Papa. Walau Carmilla dan duda itu sudah menikah...

Continue Reading

You'll Also Like

366 137 12
Cerita saya yang kedelapan Harap follow akun saya dahulu sebelum membacanya.... Bagaimana rasanya jatuh cinta yang berawal dari kesalahan? Ah kata or...
95.6K 8.4K 20
[FOLLOW SEBELUM BACA] ANGKASA CANDRA orang orang yang tewas secara misterius tanpa di ketahui siapa pelaku dari tewasnya orang orang tersebut walau...
3.9K 257 30
*cover from pinterest Valezka Hanna Anderson adalah siswi idola di SMA Pradipta, tentu saja Ia di idolai oleh para siswa di sekolah Ia adalah anak ge...
582K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...