I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]

By rethajk

320K 19.7K 383

Kiara Victora Lacynda, seorang gadis muda berusia 19 tahun yang menjalani kejamnya kehidupan di dalam sebuah... More

#1 Kiara
#2 Charlie
#3 Istri?
#4 Iya atau iya?
#5 Moroi, Dhampir dan strigoi
#6 Gaun wanita
#7 Kita
#8 Menikah
#9 MIXED BLOOD
#10 MIXED BLOOD2
#11 Ada apa denganmu?
CAST
#12 Seandainya kita manusia
#13 Lamaran baru
#14 Hai, Hellen!
#16 Pergilah
#17 Kelepasan
#18 Harga diri Charlie
#19 Pagi
#20 Kau cantik, Kiara!
#21 Bayi?
#22 Gadis malam itu
#23 Maaf
#24 maaf(lagi)
#25 Rahasia besar
#26 Pergilah dengan tenang
#27 Selamat datang
#28 Pengkhianat
#29 Hukuman mati
#30 Hidup baru
#31 Theo Anthony
#32 penyesalan
#33 Balasan
#34 kembali
#35 Ozzy
#36 Sikap turunan
#37 Korban lagi
#38 Makhluk penuh dosa
#39 Aku kekasihmu
#40 Tinggal dan pergi
#41 kesendirian
#42
tanya
Season 2?

#15 Ingin Kiara

6.8K 478 6
By rethajk

Kiara POV

"Ya, bermain bertiga" wajah Hellen tampak kegirangan mengatakannya. Itu sangat menakutkan bagiku, lalu Hellen melepaskan tanganku dan kemudian berjalan ke arah lemari.

"Sebentar ya, Kak"

Aku memandang Charlie sambil bergidik ketakutan. Pandangan itu dibalas seringai dari bibirnya. sungguh, kenapa aku harus ada diposisi ini.

"ini dia!" Hellen datang ke arah kami sambil membawa sebuah kotak kecil. Itu membuatku bingung, sangat bingung.

"Ayo, kita bermain ini!"

Hellen kembali duduk di ranjang ini kemudian mulai membuka kotak itu dan ternyata kotak itu berisi sebuah permainan, seperti sebuah permainan dadu.

"Jadi, kita bermain ini?" tanyaku pada Hellen. Sungguh, aku malu setengah mati. Mengapa pikiranku begini... Menjijikkan sekali. Pipiku saat ini memanas, aku yakin pipiku memerah.

"Jika bukan ini, lalu kau mau bermain apa, hmm?" Charlie mulai menyeringai lagi.

Memalukan Kiara! Kau sangat memalukan!

"Katakan Kiara, kau ingin bermain apa denganku?" Charlie benar-benar menyudutkanku dengan pertanyaanya dan aku benci itu. Bayangkan saja bahkan saat ini dia duduk di depanku. Matanya menatapku lekat, sedang aku hanya bisa mengalihkan pandanganku darinya.

"Ti-tidak, A-aku mengantuk, aku akan pergi ke kamarku" ucapku terbata-bata.

Aku berdiri lalu menghadap mereka sejenak. ekspresi aneh dari wajah Hellen muncul. Hellen, dia pasti sedang kebingungan dengan tindakanku.

"Saya izin undur diri, Yang Mulia"

Setelah mengucapkan itu, aku langsung membalikkan badan dan mulai berjalan tanpa melihat ke arah mereka lagi.

*****

Charlie POV

Aku menatap punggungnya yang kian lama kian menghilang dari pandanganku. Wajah memerah itu, aku merindukan wajah itu bersemu merah karena diriku. Aku ingin sekali berlari ke arah Kiara saat ini, aku ingin berbaring di samping tubuhnya, dan terlelap bersama wajah teduhnya. Ah sial, kenapa aku menjadi seperti ini? Pasti ada sihir khusus yang dibuat oleh Aldora. Ini bukan diriku. Aku pasti sudah disihir.

Tanpa aku sadari, Hellen sudah menatapku sembari tersenyum dari tadi. Entah apa yang ia pikirkan. Ia terlihat mencurigakan.

"Ayolah Charlie, ini adalah malam pertamamu dengan Hellen, jangan pikirkan Kiara" batinku.

"Pergilah Charlie, kejarlah Kiara!" Hellen masih menatapku dengan senyuman yang tak memudar dari bibirnya.

"Tidak, untuk apa aku bersama dengan Kiara?" tanyaku sambil memandang ke arah vas bunga yang ada di pojok ruangan ini.

Hellen adalah sahabatku sejak kecil, walau pikiran dan perbuatannya seperti anak kecil yang bodoh, tapi dia cukup memahamiku.

"Kau tidak akan bisa tidur nyenyak jika belum mengungkapkan perasaanmu"

"Perasaan apa?" tanyaku pura-pura tidak mengerti. Sejujurnya, aku tahu bahwa yang sedang ia bicarakan adalah Evelyn.

"Sebenarnya, aku tak mencintai Evelyn, aku hanya membalas jasanya" ucapku sambil melengos, mengalihkan pandanganku darinya. Pembahasan ini mulai membosankan.

Hellen langsung melotot padaku. Ia kemudian melipat tangannya di depan dada. "Hei bodoh! Aku membicarakan Kiara, mengapa kau malah membahas Evelyn. Kalau soal Evelyn aku sudah tahu Charlie! Kau pikir aku sahabat macam apa yang tidak mengetahui perasaan sahabatnya sendiri? Evelyn menjijikkan, aku tidak menyukainya. Tatapannya sungguh sangat mengintimidasiku!"

Aku sedikit tertawa saat mendengar perkataan Hellen. Yah, aku tahu Evelyn, dia pasti membenci Hellen dan Hellen juga pasti tahu itu. Walau sesama keluarga bangsawan, tapi keluarga mereka juga saling membenci.

Tanpa aba-aba, Hellen memukul kepalaku, pelan memang, tapi membuatku tersentak kaget.

"APA LAGI?!" tanyaku dengan nada tinggi padanya. Untungnya dia tidak akan menunduk seperti Kiara hanya karena aku membentaknya. Dia malah memutar bola matanya malas.

Hellen tahu saat diriku bercanda atau serius. Entahlah karena apa, bahkan aku saja tidak memahami diriku yang mudah berubah.

"Jadi, kau belum menyatakan cintamu pada kak Kiara?"

Cinta apa yang ia maksud sebenarnya. Aku tak perlu cinta bukan? Aku kuat tanpa itu.

"Aku tak perlu cinta untuk hidup. Aku seorang Raja yang tak perlu cinta sebagai pelemahnya" ucapku mantap di hadapannya.

Perlahan Hellen beranjak dari tempatnya lalu mengambil segelas darah di meja yang ada di samping ranjang ini. Dia kembali lalu memberikan segelas darah itu padaku. Aku pun menerimanya dengan senang hati lalu meneguknya sampai habis. Aku melihat ia tersenyum kengirangan, entah apa yang ada dipikirannya.

"Ayolah, jangan pemalu di hadapanku Charlie. Aku mengerti betul kau mencintainya, bukan? Lupakan malam ini adalah malam kita. Kita adalah sahabat dan selamanya akan seperti itu. Pergilah ke Kiara dan nyatakan perasaanmu. Semakin kau memendamnya, semakin sakit hati yang menunggu cinta itu"

Sungguh, ucapan Hellen menusuk jantungku. Kata-katanya terdengar jelas di telingaku. Apakah aku harus menuruti penuturannya? Ah, ini membingungkan.

Aku pun bngkit dari ranjang itu. Aku berjalan keluar dengan langkah lunglai. Sedang Hellen terdengar kegirangan di belakangku. Nada bicaranya sangat bersemangat. "Bagus Charlie, ungkapkan perasaanmu!"

Aku menghentikan langkahku dan menoleh padanya. Sambil tersenyum, aku berkata "Aku ingin ke ruang latihan, bukan menemui Kiara" Aku pun melanjutkan langkahku dengan lunglai. Entah apa yang terjadi pada tubuhku. Aku merasa lemas.

"Bodoh!!" aku mendengar makian Hellen dari belakang. Aku terkekeh kecil lalu mempercepat langkahku meninggalkannya.

*****

Kiara POV

"Sekali lagi, patah hati yang tak berujung"

Aku memandang bulan dari tempatku bersimpuh saat ini. Aku senang, setidaknya Hellen jauh lebih baik dari pada Evelyn. Walau kedatangannya menyakiti hatiku, tapi setidaknya aku punya teman baru disini. Aku juga akan mencoba mengikhlaskan perasaanku pada Charlie. Mencintai raja vampir itu menyayat hati, aku tidak kuat, namun sayangnya perasaanku padanya tidak berkurang sedikit pun.

"aku rindu Ibu dan Ayah, aku rindu Ibu panti, dan anak-anak" gumamku sambil menyenderkan kepalaku ke bahu Palet.

Siapa sangka bahwa Palet bisa menjadi sahabat yang baik, pengertian, dan setia. Dia sering menemaniku belakangan ini. Mengobrol tentang masalah yang ada di kerajaan, bahkan terkadang juga tentang perasaan. Dia bilang, dia tertarik pada seorang wanita manis belakangan ini, namun dia tidak bisa mengutarakan perasaannya lantaran wanita yang ia sukai sudah menikah dengan orang lain. Kisah cinta Palet tidak jauh berbeda dariku. Kami sama-sama mengenaskan.

"aku rindu menganggap diriku manusia"

"Jika begitu, aku akan menganggapmu manusia" ucap Palet sambil terkekeh kecil di akhir kalimatnya.

aku sedikit tersenyum mendengar ucapannya. Sejujurnya, aku tidak merindukan apapun. Aku sering mengunjungi istana ayah dan ibuku, tentu saja ditemani Palet. Awalnya, sulit untuk meminta itu kepada Charlie, mengingat bahwa ia anti werewolf dan fairy, namun Palet meyakinkannya sehingga Charlie mengizinkanku menemui mereka, tapi dengan syarat aku harus pergi bersama Palet. Tentang ibu panti dan anak-anak, aku sudah melepaskan kenanganku bersama mereka. Saat ini, aku tidak merindukan siapa pun, aku hanya lelah.

Kekuatanku juga sudah bisa aku kendalikan. Yah, walau belum dikendalikan sepenuhnya, namun ibu bilang, itu adalah peningkatan yang patut dibanggakan. Aku cukup senang dengan pujiannya itu. Ibuku selalu mengatakan hal positif, membuatku merasa nyaman setiap berada di dekatnya. Pantas saja ayah tergila-gila padanya, bahkan hingga rela melanggar peraturan sampai memiliki aku. Aku juga berharap suatu hari, agar Charlie mencintaiku seperti itu.

"Palet, apa kau sangat menyukainya?" tanyaku sambil terus menatap bulan.

Palet terdiam, ia kemudian bergerak untuk menatap mataku sehingga aku berhenti bersandar padanya. Mata kami saling bertemu. Aku dapat melihat kesedihan di matanya. Ah, mata orang patah hati memang seperti ini...

"Sangat ya?" tebakku sambil memasang muka masam di depannya.

"Sama seperti dirimu yang mencintai Charlie" jawabnya sambil tersenyum, namun ada kesedihan di senyumnya.

Aku sontak terkejut. Bagaimana pria dengan rambut gondrong ini bisa tahu bahwa aku menyukai Charlie. Padahal selama ini, aku tidak pernah mengatakannya pada Palet.

Palet terkekeh melihat ekspresiku. Dia kemudian menyentuh dahiku dengan jari telunjuknya, membuatku keheranan karenanya. "Semuanya tahu bahwa kau mencintai Charlie, bahkan ibu dan ayahku, Kiara. Hanya laki-laki bodoh itu yang tidak sadar hingga saat ini".

Palet menurunkan tangannya dari dahiku. Dia tersenyum lebar, kemudian mengarahkan pandangannya ke karpet bulu yang tengah kami duduki. Dia terlihat suka pada karpet ini sejak pertama kali melihatnya. Mungkin itu alasan kenapa dia suka datang kemari dan duduk di atasnya sambil memandang bulan dari jendela besar di kamarku.

"Ah, pagi ini Duke Abelano ikut campur dalam urusan kerajaan" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Lagi?" tanyaku.

Ini bukan kali pertama Palet membahas tentang Duke Abelano yang ikut campur masalah kerajaan. Lelaki misterius itu sudah beberapa kali mencampuri urusan kerajaan. Dari cerita Palet, Duke Abelano sering membuat Charlie, Paman James, dan para tetua kebingungan dalam memilih keputusan. Karenanya juga belakangan ini ada perpecahan di antara para tetua. Itu membuat masalah kerajaan menjadi semakin sulit diatasi.

"Kenapa tidak menyuruhnya pergi?" tanyaku.

"Tidak bisa, dia punya hak untuk ikut campur dalam semua masalah kerajaan, namun bukannya membantu, dia justru memperparah masalah. Dia bagai ular, Kiara" jelas Palet. "Dia juga menyudutkan kami untuk membawamu ke ruang takhta besok" lanjutnya sambil memasang wajah khawatir.

Aku pun mulai mengerti apa yang Duke Abelano inginkan. Dia ingin melihat ketidak pantasanku menjadi ratu. Memang selama Charlie menjabat sebagai raja, aku belum melakukan apapun sebagai ratu disini. Ibu dan ayahku sudah mewanti-wanti, mereka bilang suatu hari pasti ada seseorang yang ingin aku lengser dari posisiku. Itulah sebabnya mereka memberiku banyak buku yang bisa membantu jika suatu hari aku dipaksa menunjukkan kecakapanku.

"Charlie sudah mengatakannya padamu, kan?"

Aku menggeleng setelah mendengar pertanyaan Palet. Pria jangkung itu tidak mengatakan apapun padaku. Mungkin dia sibuk, mengingat malam ini adalah malam pertamanya dengan selir barunya.

"Tidak apa-apa, Kiara. Besok, aku akan membantumu" ucapnya dengan penuh percaya diri sambil merangkul pundakku.

"Aku akan menantikannya, Tuan Palet" kataku sambil terkekeh

"Nantikan saja, Madam Charlie Roxsy Alexan"

Kami kemudian saling tertawa dengan tangan Palet yang masih merangkul pundakku. Betapa beruntungnya wanita yang dicintai oleh Palet. Palet adalah vampir yang hangat, dia pasti memperlakukan kekasihnya dengan sangat baik.

"PALET!!!"

Kami sontak terkejut dengan teriakan itu. Aku dan Palet langsung menoleh ke sumber suara itu. Seketika Palet langsung melepaskan rangkulannya dan bangkit saat tahu bahwa orang yang berteriak itu adalah Charlie. Gawat, wajahnya terlihat tidak bersahabat.

"Apa yang kau lakukan disini, Palet?!" tanya Charlie sambil berteriak. "Inikah alasan kenapa wanita-wanita itu berhenti datang ke kamarmu?" lanjutnya.

Aku panik dan segera berdiri, sedang Palet menunjukkan wajah tenang. Dia terlihat sudah sering menghadapi Charlie yang seperti ini. Dia kemudian bergerak mendekat ke arah Charlie.

"Charlie, aku hanya menemani Kiara yang kesepian" ucap Palet dengan wajah tenang, namun sayangnya Charlie tidak mau mendengar ucapannya. Lelaki jangkung itu justru berjalan ke arahku dengan tangan yang mengepal. Aku hanya bisa berdoa di dalam hati semoga dia tidak melayangkan tinju pada wajahku.

"Kau!" ujar Charlie sambil menunjuk hidungku.

Aku buru-buru menunduk. Aku sangat takut apa bila dia marah dan memukulku. Masih aku ingat tamparannya terakhir kali. Walau sudah disembuhkan, namun rasa sakitnya masih dapat aku ingat.

"Palet, keluarlah" ucap Charlie dengan suara pelan. Bahkan saking pelannya suaranya, itu terdengar seperti bisikan. "Palet aku bilang keluarlah".

Palet tidak mendengarkan perintah Charlie. Ia justru diam tak berkutik dan memandang Charlie dengan raut khawatir. "Tidak sebelum kau berjanji bahwa kau tidak akan melakukan apa pun pada Kiara".

Charlie terdiam. Oh, Tuhan, apa ini artinya Charlie akan menyiksaku malam ini?

Palet menghembuskan napas panjang. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan pergi". Tepat setelah mengucapkan itu, Palet melangkah keluar dari ruangan ini. Ia juga menutup pintu.

Kini, aku hanya terdiam. Menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh Charlie kepadaku. Ya Tuhan, apa saja asal jangan dibanting. Itu menyakitkan sekali.

Charlie mendekat ke arahku, membuat jantungku berdetak kencang karenanya. Ia kemudian mendekatkan bibirnya ke telingaku, kemudian berbisik "Jika kesepian, panggil aku, jangan Palet".

Aku meneguk salivaku saat mendengar bisikannya. Napasku seakan tercekat. Aku tidak percaya apa yang aku dengar barusan.

Charlie menjauhkan wajahnya dari telingaku. Ia kemudian menggenggam tangan kananku dengan lembut. Sungguh, dia seperti bukan Charlie.

"Ayo tidur, Kiara" ajaknya sambil menarik tanganku.

Aku berusaha melepaskan genggamannya. Dia pun terkejut dan memandangku heran. "Yang Mulia, ini adalah malam pertama anda dengan Hellen".

Pria jangkung itu tersenyum, kemudian menatap mataku dalam. "Hellen itu sahabatku, justru dia yang menyuruhku kemari".

Mata Charlie beda dari biasanya. Matanya yang tajam, malam ini terlihat sayu. Dia seperti orang yang tengah kecanduan obat terlarang.

"Kita hanya tidur, Kiara. Aku tidak akan menyentuhmu. Lagi pula besok kita harus menghadiri sesuatu yang penting"

Charlie sudah berbaring di ranjangku, sedang aku berbaring di sebelahnya. Ia hanya menatapku dari tadi, membuatku tidak nyaman karena tatapannya. Aku masih memikirkan tenyang matanya. Apa mungkin pria ini mabuk?

"Charlie, kau mabuk?" tanyaku spontan sambil melotot padanya.

Charlie merespon sambil terkekeh. Ia kemudian tersenyum lebar. "Tidak tau, tapi sepertinya iya".

Ah, pantas saja dia terasa seperti orang lain. Dia sedang mabuk. Entah dari mana dia mendapatkan minuman terkutuk itu. Padahal, beberapa saat yang lalu dia masih sadar dan berwibawa, tapi sekarang wibawanya hilang. Dia lebih terlihat seperti pria aneh dari pada seorang raja.

Aku pun bergerak untuk bangkit dari ranjang. Aku ingin memanggil Palet dan menyuruhnya untuk membawa Charlie dari sini, namun seketika Charlie menahan tanganku.

"Kau mau memanggil Palet, kan? Jangan panggil dia"

"Kenapa?"

"Aku mau tidur denganmu malam ini. Bukan untuk melakukan itu, tapi benar-benar untuk tidur. Meletakkan kepalamu di atas lenganku, dengan jendela terbuka seperti ini. Jadi, karena hawa yang dingin, aku punya alasan untuk memelukmu"

Charlie yang sedang mabuk berbeda dengan dia yang biasanya. Dia bersikap lebih lembut, bahkan memperlakukanku dengan baik. Dia dengan antusias menceritakan dongeng sebelum tidur padaku. Yah, walau satu-satunya cerita yang ia ingat adalah cerita tentang strigoi pemakan ginjal. Cerita itu memang menakutkan dan justru membuatku terjaga, namun suara Charlie membuatku mengantuk. Aku kemudian memejamkan mata. Aku memang ingin dia bersikap baik padaku, namun ini tidak terasa seperti Charlie. Dia melakukan ini secara tidak sadar dan itu bukanlah hal yang aku inginkan.

.
.
.
Ayo vote!

Continue Reading

You'll Also Like

22.6K 1.6K 38
Kota tempat tinggal gadis bernama Iris Jennifer sedang tidak baik-baik saja. para vampir menyerang kota tempat tinggalnya, banyak korban berjatuhan...
574K 39.3K 46
[Daftar Pendek Wattys 2023] (Dark romance - fantasi - psikologi) Sejak pulang dari camping sekolah, Elisa jadi sering bermimpi bertemu seorang laki-l...
156K 6.9K 21
SUDAH TAMAT. Sequel dari TERRITORY OF A WEREWOLF : Fate as Luna. Yang belum membaca, diharapkan baca cerita sebelumnya! ___________ Laura Harrison, a...
311K 21.5K 34
"Kau bersembunyi , aku akan mencarimu. Kau tersesat , aku akan menemukanmu. Kau pergi , aku akan menunggumu kembali. Saat mereka mencoba mengambil mu...