Painful - YiZhan/WangXiao(Wan...

By Yi_Nao

90.8K 3.9K 1.9K

Sebagian cerita gak di publish demi kepentingan penjualan PDF-nya, jika ada yang berminat boleh hubungi akun... More

PROLOG
CHAPTER II : MERELAKAN
CHAPTER IV : GUARDIAN EVIL
CHAPTER VI : MENYAKITKAN BAG. 2
CHAPTER XII : EGOIS DAN MELEPASKAN
CHAPTER XIV : ZHENGTING?
PDF PAINFUL

CHAPTER I : MENYATAKAN

6K 606 298
By Yi_Nao

Suara mesin yang berasal dari beberapa motor menggema di lapangan sirkuit balapan yang dipenuhi riuhan penonton memanggil nama andalan yang mereka dukung.

Terlihat salah satu motor besar berwarna dominan biru dan hijau dengan bertuliskan nomor 85 melaju kencang mendahului motor-motor yang lain.

Satu putaran ia lalui dengan waktu tepat untuk dirinya menjadi yang pertama. Hingga pada akhir Finish, seseorang yang melajukan motor bertuliskan 85 itu menang dan menjuarai balapan motor.

"Wang Yibo!!!"

"Wang Yibo!!!"

Sorak-sorai penuh kegembiraan menggema di lapangan sirkuit besar tersebut.

Sang juara, yaitu Wang Yibo, si pengendara motor bertuliskan 85 itu melakukan selebrasi kepada para penonton yang mendukungnya untuk sebagai ucapan rasa terimakasih dan syukur karena ia dapat menjadi juara pada balapan pertamanya.

Seletah melakukan selebrasi, Yibo menghampiri sang pelatih yang sedang menunggunya untuk mengucapkan selamat atas kemenangan yang ia raih.

"Selamat Wang Yibo! Usahamu tidak sia-sia. Ini kemenangan pertamamu, jangan pernah merasa puas dengan semuanya, teruslah berlatih agar semua lomba yang menantimu akan menjadi kemenanganmu lagi." Memeluk Yibo dan menepuk punggungnya.

"Siap pelatih, terimakasih. Kemenanganku hari ini atas anda juga, karena anda yang selalu melatih saya dengan keras selama persiapan lomba." Terkekeh lalu melepaskan pelukan dari sang pelatih.

"Bisa saja kau," kembali menepuk, namun pada lengan atas Yibo. "Sekarang ambil piala kemenangan pertamamu!" Menepuk pundak Yibo.

"Baik pelatih." Memberi hormat dan pergi untuk mengambil piala.

***

Setelah mendapat piala kemenangan, Yibo segera ke ruang loker untuk membersihkan diri dan mengganti baju karena dia sudah tidak sabar untuk menghampiri orang tuanya serta kedua kelinci manis yang tengah menunggunya.

Tak henti-henti Yibo tersenyum tampan kala membayangkan bagaimana reaksi orang-orang yang dia sayangi saat melihatnya menunjukkan piala, medali emas dan sertifikat yang ia dapat.

Selesai membersihkan diri dan mengganti baju, Dia segera menuju parkiran, tempat dimana orang tua dan kedua sahabatnya menunggu.

"Anak ku!" teriak seorang wanita paruh baya saat Yibo menghampiri mereka.

Pemuda tampan itu memperlihatkan piala, piagam serta sertifikat kemenangan kepada semua orang yang tengah menunggunya dengan wajah berseri-seri.

"Selamat putra tampannya Mama!" Mencium kening dan kedua pipi putra kesayangannya itu, lalu memeluk erat.

"Mama, jangan menciumku seperti itu!" Wajah tampan Yibo memerah karena ia merasa malu diberi beberapa kecupan di wajah oleh sang ibu.

Pemuda tampan itu sedikit melirik kearan Zhengting dan wajahnya semakin memerah kala pemuda manis yang ia sukai itu menertawakannya. Hingga akhirnya Yibo memasang wajah masam karena sang ayah serta Xiao Zhan pun ikut menertawakannya juga.

"Hei, kau tidak malu dengan kedua pemuda manis yang sedang menatapmu sekarang?" Goda sang ayah menghampiri putra kebanggaannya.

Yibo mengarahkan pandangan pada pemuda bertubuh pendek yang tengah tertawa. Awalnya ia kesal, namun saat melihat wajah manis Zhengting yang tengah tertawa, iris hitam bak elang miliknya terkunci dengan senyuman tersebut, hingga membuat jantungnya berdebar.

"Astaga Berhenti menatap mereka! Kemari kau anak nakal." Menarik tubuh tegap yang lebih pendek darinya itu ke dalam jepitan lengan sang ayah.

"Selamat atas kemenanganmu jagoan!" Mengacak rambut sang putra dengan terkekeh renyah.

"Baba, berhenti! Rambutku jadi berantakan." Melepas jepitan lengan sang ayah di leher dan merapikan rambut hitamnya.

"Ck Ck Ck.. Image mu tinggi sekali Wang junior!" Menepuk pundak pemuda tampan tersebut.

Yibo mendelik pada sang ayah. Kemudian keduanya saling memandang dan tertawa bersama. Setelah puas tertawa, pemuda tampan tersebut menatap ke arah Xiao Zhan dan Zhengting. Dia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

"Tak ingin memelukku para kelinci manis?"

Pemuda manis yang lebih tinggi mendelik tajam pada Yibo. Sementara yang satunya mempoutkan bibir dengan mata yang terlihat malas.

"Kami bukan kelinci, Tetapi kami ini singa!" ucap Zhengting yang diangguki oleh Xiao Zhan.

"Iya, kalian Singa ... Singa betina!" Tertawa puas.

Sementara kedua pemuda manis yang mengaku diri mereka adalah singa, tengah memberi tatapan horor pada si pelaku. Yang diberi tatapan horor memasang wajah mengejek dengan kedua lengan yang masih terbuka lebar.

Tuan dan Nyonya Wang tertawa melihat ketiga pemuda yang tengah saling menjahili satu-sama lain itu.

"Berhenti menggoda mereka Yibo. Jika mereka marah padamu bagaimana?" ucap nyonya Wang.

"Baiklah! Baiklah! Maafkan aku. Kemari kalian berdua!" Berjalan menghampiri keduanya dengan melambaikan tangan.

"Tidak!" ucap kedua pemuda manis tersebut dengan kompak.

"Oh! Ayolah, aku sudah meminta maaf. "

"Tidak Mau!" ucap keduanya bersamaan lagi.

"Astaga!" Semakin mendekat lalu meraih tubuh pendek serta ramping tersebut kedalam pelukan. Kemudian ketiga pemuda itu terkekeh bersamaan karena kelakuan konyol mereka tadi.

"Selamat kau menang di lomba pertamamu Yibo!" ucap Zhengting tersenyum manis pada pemuda tampan itu.

Xiao Zhan perlahan melepaskan pelukan itu kemudian beringsut mundur. Ia membiarkan Keduanya saling berpelukan. Melihatnya, membuat pemuda manis bergigi kelinci tersebut tersenyum samar. Sorot mata itu memancarkan kesedihan.

Kesedihan yang terpasang pada mata serta senyum samar itu terlihat oleh Nyonya Wang. Namun, tak disadari oleh sang suami serta kedua sahabatnya. Wanita paruh baya yang terlihat cantik itu menatap Xiao Zhan dengan khawatir.

"Terimakasih Zheng~" ucap Yibo dengan senyuman berseri-seri. Tangan besar pemuda tampan itu mengusap rambut Zhengting dengan lembut. Kemudian ia melepaskan pelukan tersebut dan menatap ke arah Xiao Zhan yang tengah tersenyum.

"Selamat untuk kemenanganmu Yibo~"

"Terimakasih Zhan!" membalas senyuman Xiao Zhan dengan semyuman lebar.

'Sekarang jalankan rencanamu!' ucap pemuda manis itu pada sang sahabat dengan gerak bibir.

Yibo yang mengerti, mengacungkan ibu jari, kemudian tangan kanannya meraih tangan kecil Zhengting.

"Zheng Zheng!"

"Ya?"

Menarik pemuda manis itu ke hadapan orang tuanya. Ia menyerahkam sertifika dan piala kepada sang ayah. Kemudian membawa Zhengting menuju motor besarnya.

"Ikut aku okey!"

Sementara Zhengting mengerutkan kening dengan menatap Yibo bingung. Ia pasrah ditarik oleh si pemuda tampan. Menolak pun pasti dia akan protes dan memaksanya untuk ikut.

"Ma, Ba! Aku izin pergi dengan Zhengting ya!" Teriak Yibo saat ia dan Zhengting sudah menaiki motor. Pemuda tampan itu melambaikan tangannya kemudian memasang helm dan melesat pergi meninggalkan kedua orang tuanya bersama Xiao Zhan.

"Eh?" Nyonya dan Tuan Wang terkejut menatap sang putra pergi bersama Zhengting menaiki motor tanpa Xiao Zhan. Kedua pasangan suami istri itu menatap pemuda manis tersebut bermaksud meminta penjelasan.

Merasa di tatap, Xiao Zhan segera menjelaskan. "Ada sesuatu yang harus mereka bicarakan, Ma, Ba. " Tersenyum tulus kepada orang tua Yibo.

Nyonya Wang yang mengerti langsung meraih tubuh ramping Xiao Zhan kepelukannya lalu menepuk pemuda manis tersebut dengan lembut.

"Aku tidak apa-apa, Mama!" Membalas pelukan Nyonya Wang yang sudah ia anggap sebagai ibu kandung sendiri.

Wanita paruh baya itu melepas pelukannya, kemudian ia menangkup kedua pipi Xiao Zhan, putra dari sang sahabat.

"Mama berharap, kau mendapatkan seseorang yang lebih baik di banding putra mama yang bodoh itu hmm!" Mengusap lembut kedua pipi gembil si manis dengan memasang wajah kesal.

Melihat wajah kesal Nyonya Wang, Xiao Zhan tersenyum. Ia meraih lengan lentik ibu dari sahabatnya itu untuk digenggam.

"Terimakasih Mama untuk doanya." Mencium punggung tangan Nyonya Wang.

Melihat kesabaran dan kebaikan hati putra dari sahabatnya, wanita paruh baya itu kembali memeluk Xiao Zhan dengan hangat. Tangannya mengusap lembut rambut pemuda manis tersebut.

"Walaupun aku dan Yibo tidak bersama, aku akan tetap menjadi sahabat terbaiknya, ma." Membalas pelukkan hangat Nyonya Wang dengan mata berkaca-kaca.

"Ya, kau harus tetap berada disisinya, meskipun kalian tidak bersama dan memiliki pasangan masing-masing." ucapnya dengan nada bergetar. Ia mengeratkan pelukkannya.

Tuan Yibo hanya diam dengan mata yang menatap sendu pada putra dari sahabat terdekatnya itu. Ia berharap, pemuda manis tersebut akan segera mendapat kebahagiaan, meskipun tak bersama dengan sang putra.

Kedua orang tua Yibo sudah mengetahui jika Xiao Zhan menyukai putra mereka. Terlihat dari gelagat pemuda manis tersebut yang begitu perhatian serta pancaran sinar dari mata Xiao Zhan yang menyiratkan penuh rasa cinta.

Keduanya menyetujui jika Yibo dan Xiao Zhan menjalin hubungan. Namun saat mereka tahu jika sang putra malah menyukai Zhengting, kedua pasangan suami istri itu tak bisa berbuat apa-apa. Sebab apabila mereka memaksa Yibo untuk mencintai Xiao Zhan, tuan serta Nyonya Wang tak ingin sang putra membenci pemuda manis tersebut. Pada akhirnya mereka hanya dapat memanjatkan doa untuk kebahagiaan Xiao Zhan.

"Ayo kita pulang~" Menghampiri keduanya lalu merangkul sang istri serta putra dari sahabatnya itu untuk pulang.

***

"Yibo, tempat ini..." Memandang kesekitar tempat yang sering ia kunjungi dulu, yaitu bukit padang ilalang.

Pemuda tampan itu mengajak Zhengting untuk menuju puncak bukit padang ilalang yang tidak terlalu tinggi. Setelah sampai tepat di puncak bukit, Yibo menarik Zhenging untuk duduk di sampingnya.

"Tempat ini menjadi saksi saat aku, kau dan Xiao Zhan menjadi teman. Teman dekat, ahh tidak ..." Menggelengkan kepala. "Sahabat"

Zhengting menganggukkan kepala. Namun, pemuda manis itu memasang wajah sendu. Ia jadi ingat dulu, di mana dirinya tak sadarkan diri saat Yibo terkena tusukan pisau di perutnya. Saat sadar, Ia bersama Yibo dan Xiao Zhan sudah berada di rumah sakit.

"Hei, jangan difikirkan." Menggenggam tangan kecil Zhengting.

"Tapi-!" ucapannya terhenti ketika pemuda tampan itu mengacak rambutnya. "Rambutku~" rengek Zhengting dengan membenarkan rambutnya yang berantakan.

Yibo terkekeh kemudian tangan besar itu membantu Zhengting untuk merapihkannya. Mata bak elang milik Yibo menatap bola mata indah milik Zhengting. Pemuda tampan tersebut semakin terpesona pada kecantikan pemuda bertubuh pendek itu.

"Jangan menatapku seperti itu, kau mengerikan" Memasang wajah takut dan sedikit memundurkan kepala.

Bukannya tersinggung, Yibo malah mendekatkan lagi kepalanya kemudian kedua tangan besar itu meraih pipi gembil Zhengting lalu dicubitnya. "Astaga, aku gemas sekali padamu."

"Aww sakit!" pekik pemuda manis itu menepuk keras kedua lengan Yibo yang mencubit pipinya.

Pemuda tampan itu kembali terkekeh lalu melepas cubitan di kedua pipi Zhengting dan menggantinya dengan usapan lembut hingga kedua pipi itu memerah.

"Maafkan aku hmmm."

Pemuda manis itu mencebikkan bibirnya kemudian memunggungi Yibo karena merasa kesal pada sang sahabat. Andaikan ada Xiao Zhan bersamanya, pasti ia akan mendapatkan bala bantuan dari pemuda bergigi kelinci tersebut untuk mengerjai Yibo.

"Ahh, aku hampir lupa!"

pemuda tampan itu meraih piagam yang mengalung di lehernya kemudian ia lepas dan mendekat pada pemuda manis tersebut. Dia mengalungkan piagam kemenangan pertamanya itu pada leher Zhengting hingga si pemuda manis berbalik dengan memegang piagam di lehernya.

"Yibo! Ini-!"

"Untuk mu. Aku sudah berjanji pada diri sendiri, jika aku menang maka aku akan menyerahkan medali itu padamu. Simpan baik-baik." menyentuh tangan Zhengting yang menggenggam medali pemberiannya.

"Hei, mana bisa begitu. Aku tidak memintanya ..." protes Zhengting. "Seharusnya kau simpan baik - baik dan pajang bersama dengan sertifikat serta pialamu." Hendak melepas medali itu, namun segera di cegah oleh pemuda tampan tersebut dengan menggenggam tangan Zhengting.

"Tidak, Simpanlah baik-baik. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri dan jika itu dilanggar, maka aku berdosa." Menatap Zhengting dengan lembut dan senyuman hangat. Ia kemudian melepaskan genggaman tangannya.

"Kenapa kau harus melakukan itu. Menyusahkan sekali." menggerutu. Namun, mata cantik milik Zhengting menatap medali yang terkalung indah di lehernya, kemudian ia menggenggam lagi medali tersebut dan tersenyum manis.

Sementara Yibo terkekeh lalu pandangannya ia arah kan pada langit berwarna biru yang dihiasi awan putih. Begitu indah seperti pemuda manis yang berada di sampingnya. Sekelebat ingatan terlintas di dalam benaknya, ia tersenyum dan meraih tangan kanan kecil milik Zhengting untuk digenggam.

Merasa tangannya digenggam, pemuda manis itu menoleh menatap Yibo yang tengah memandang langit biru cerah. 'Tampan' Batin Zhengting. Namun ia segera menggelengkan kepala, mengenyahkan rasa kagum pada sang sahabat.

"Saat itu aku tak sengaja melihatmu dari atap sekolah bersama dengan Xiao Zhan." Menunjuk gedung sekolah yang berada dekat di padang ilalang tersebut.

Zhengting hanya diam, menyimak cerita yang Yibo sampaikan padanya. Arah pandangnya tak lepas dari wajah pemuda tampan tersebut.

"Aku mengajak Zhan untuk melihatmu lebih dekat. Pada saat itu aku terpesona olehmu. Kau terlihat begitu manis dan cantik. Apalagi ketika kau tersenyum saat tengah menggambar, berkali-kali lipat cantiknya. Setelah itu saat pulang sekolah, aku jadi sering memperhatikanmu." Mengalihkan pandangan pada Zhengting.

//PLAK

Memukul belakang kepala sang sahabat dan mendelik tajam pada pemuda tampan tersebut. Hei, dia merasa kesal saat disebut cantik dan manis.

"Kenapa kau memukul kepalaku?" protes Yibo mengusap belakang kepalanya.

"Kau mengatakan aku ini manis dan cantik. Aku ini tampan Wang Yibo! Kau menyebalkan." pekik Zhengting dengan memukul pundak pemuda tampan itu beberapa kali.

"Ahkkk ... Okey, okey. Berhenti! Aku tidak akan mengatakan kau cantik dan manis lagi. Kau sama seperti Zhan, selalu memukul belakang kepalaku jika aku mengatakan dia manis." Mengaduh kesakitan.

Walaupun wajah Zhengting manis, tetapi tenaga cukup besar. Maka pukulan yang ia berikan terasa sakit. Setelah mengatakan itu, Zhengting mengentikan pukulannya.

"Ck ck ... Untung aku tidak jadi bodoh karena sering mendapatkan pukulan gratis di belakang kepala." gerutu Yibo.

Tanpa tahu jika si pemuda manis terdiam tak mengeluarkan suara. Entah kenapa, Zhengting merasa kesal karena disetiap mereka hanya berdua, pasti akan terselip nama Xiao Zhan keluar dari mulut pemuda tampan itu.

"Zheng, kau marah?"

"Eoh?" terperanjat kaget karena melamun.

"Aku kira kau marah. Ternyata kau melamun. Apa yang kau pikirkan?"

Menggelengkan kepala dan tersenyum manis. "Tidak ada. Hanya saja aku baru tahu, ternyata kau sudah memperhatikanku sebelum kejadian itu terjadi."

Yibo merasa malu karena Zhengting tahu jika dirinya sering memperhatikan pemuda manis itu setiap pulang sekolah. Dia mengusap tengkukkannya untuk meredakan salah tingkah.

"Kenapa kau tidak langsung saja menghampiriku dan mengajak berkenalan?" tanya Zhengting penasaran.

"Aku ingin, tapi bagaimana caranya aku mendekatimu? Haruskan aku tiba-tiba muncul dan mengajakmu berkenalan. Aku yakin, kau pasti akan takut padaku ..." Terkekeh. "Tapi karena kejadian itu, dimana kau diganggu oleh anak-anak berandalan, aku berfikir mungkin dengan cara aku menolongmu, aku bisa berteman denganmu. Namun naas, aku malah tertusuk pisau saat itu."

"Maafkan aku Yibo." lirih Zhengting dengan menundukkan kepala.

Yibo ikut menundukkan kepala untuk menatap wajah manis Zhengting. "Hei, Tidak apa-apa ..." Meraih dagu pemuda manis tersebut agar menatap kearahnya. "Aku dengan senang hati berniat menolongmu. Semua sudah berlalu dan aku bersyukur karena kejadian itu, aku bisa dekat denganmu." Menangkup pipi Zhengting dengan tangan kanan besarnya. Ia memberikan senyuman hangat pada pemuda manis yang ia sukai itu.

"Bodoh!" umpat Zhengting lirih.

Sementara Yibo terkekeh. Ia melepas tangkupan di pipi Zhengting. Lalu mengubah posisi menjadi tegap dan memandang lagi lagit biru yang cerah. Pemuda manis itu ikut menatap pada langit.

Kini keduanya diselimuti keheningan dengan tangan kiri Yibo dan tangan kanan Zhengting bertautan. Tiba-tiba suara helaan nafas keluar dari pemuda manis itu.

"Yibo!"

"Hmm?" Menoleh pada asal suara.

"Terimakasih untuk semuanya?" Ikut menoleh.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Yibo mengubah posisinya menjadi menghadap pada pemuda manis tersebut.

"Kenapa berterimakasih?" Memasang wajah bingung.

"Terimakasih karena kau telah menyelematkanku dan membuatku keluar dari sangkar burung yang begitu memuakkan hingga orang tuaku sadar jika aku juga ingin memiliki kebebasan. Juga terimakasih karena kau mau menjadi sahabatku. Aku beruntung memilikimu dan Xiao Zhan di hidupku." Matanya yang berkaca-kaca.

"Hei, jangan menangis. Kau akan terlihat jelek jika menangis!" Menangkup kedua pipi Zhengting. Ia Menghapus air mata yang membasahi kedua pipi putih pemuda manis itu dengan kedua ibu jarinya.

Keduanya saling menatap tanpa tahu jarak wajah mereka perlahan saling mendekat hingga Zhengting merasakan sesuatu yang menempel di bibirnya. Kenyal dan basah, ternyata itu adalah bibir Yibo.

Pemuda manis itu terkejut kala Yibo mencium bibirnya bahkan dengan sedikit lumatan. Hatinya menghangat dengan perut yang terasa menggelitik seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perut. Senyum terpasang di kedua belah bibirnya. Ia perlahan membalas ciuman bibir Yibo. Namun, ia ingat terhadap sesuatu. Zhengting mendorong tubuh pemuda tampan itu agar ciuman mereka terlepas.

"Yi-yibo ..." ucapnya terbata dan menyentuh bibirnya.

"Aku mencintaimu Zhengting. Aku ingin kau menjadi bagian dari hidupku. Jadilah kekasihku!" Meraih kedua tangan Zhengting dan digenggamnya erat.

Ingin Zhengting mengucapkan kata 'YA!' dengan lantang. Namun apa daya, ia tak bisa mengatakan hal itu karena ada sesuatu yang membuat dirinya harus menolak Yibo, seseorang yang ia sukai. Zhengting melepas genggaman lengan pemuda tampan itu.

"Maafkan aku Yibo~" lirih Zhengting. Ia bangkit berdiri lalu melangkah mundur dengan kepala tertunduk.

Yibo pun ikut berdiri dan melangkah untuk mencekal lengan Zhengting. Ia menarik pemuda manis itu untuk mendekat. "Maaf? Kenapa kau meminta maaf padaku? Aku hanya ingin kau menjadi kekasihku."

"Aku tidak bisa Yibo." Mendongakkan kepala lalu menatap wajah pemuda tampan itu dengan tatapan sulit diartikan. "Aku tak bisa menjadi kekasihmu."

Yibo mengerutkan keningnya. Padahal ia yakin jika Zhengting pun sama menyukai dirinya. Bukankah tadi pemuda manis itu membalas ciumannya?

"Kenapa?" tanya Pemuda tampan tersebut dengan mencengkram lengan Zhengting begitu kuat.

Mencoba melepaskan cekalan lengan Yibo, namun nihil tak bisa. Ia kembali menundukkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah katapun karena ia bingung mencari alasan yang tepat untuk menolak pemuda tampan tersebut.

"Ak-aku tidak men-mencintaimu." Hanya kalimat itu yang Zhengting pikirkan.

"Kau bohong Zhu Zhengting. Aku tahu kau juga mencintaiku." Mendekatkan diri pada Zhengting lalu meraih dagu pemuda manis itu agar menatap kearahnya.

Tetapi pemuda manis itu malah memalingkan wajah. Ia menepis tangan Yibo yang memegang dagunya. Kemudian ia melepas medali yang terkalung di leher dan menyerahkan kepada Pemuda tampan tersebut.

"Aku tidak mencintaimu Yibo, Jadi kumohon jangan paksa aku!" Kembali mendongakkan kepala dengan memberikan tatapan datar.

Rasa kecewa melingkupi hati pemuda tampan tersebut. Matanya menatap Zhengting untuk mencari kesungguhan dari perkataan orang yang dicintainya itu.

"Simpanlan medali ini dan maaf aku tidak bisa menjadi kekasihmu." Meraih tangan Yibo lalu menyerahkan medali itu, kemudian ia berbalik melangkah pergi meninggalkan Yibo yang masih diam mematung memandang kepergian pemuda manis tersebut.

Setelah ia meninggalkan Yibo tanpa menoleh kembali ke belakang, pemuda manis itu menangis sepuasnya di pinggir jalan. Ia kemudian menghubungi seseorang untuk meminta menjemputnya.

"Jun-ah~" Panggilnya lirih.

***

Xiao Zhan tengah berjalan kesana kemari di dalam cafe tempat dirinya berkerja untuk menuliskan pesan serta mengantarkan pesanan pelanggan. Dia terlihat begitu sibuk karena memang sengaja untuk menyibukkan diri. Sebab ia tidak ingin memikirkan Yibo yang mungkin sedang menghabiskan waktu bersama dengan kekasihnya, yaitu Zhengting.

Pemuda manis itu tahu jika Zhengting menyukai Sahabat kecilnya tersebut. Terlihat dari gelagatnya yang begitu perhatian kepada Yibo. Begitu pun sebaliknya, pemuda tampan itu menyukai Zhengting. Dia menceritakan semua perasaannya terhadap Zhengting kepada Xiao Zhan. Tanpa tahu jika si manis merasa sakit hati.

Tiba-tiba seorang pemuda bertubuh ramping menghampirinya. Ia menepuk pundak Xiao Zhan yang tengah melamun sedari tadi.

"Zhan Ge!"

"Oh, Ji Yang. Ada apa?" Sedikit tersentak dan langsung menoleh pada Song Ji Yang, si pelaku yang menepuk pundaknya.

"Saatnya pulang bosseu." Terkekeh.

Xiao Zhan melirik pada jam dinding. Disana sudah menunjukkan 10.00 PM. Ternyata dia tak sadar sudah melamun selama satu jam.

"Oh astaga, iya kau benar Jiyang, Ayo kita rapikan semuanya!" Melepas apron yang dikenakannya lalu pandangannya terarah pada semua penjuru cafe. Ternyata sudah rapi dan bersih. Oh tidak, bagaimana bisa ia sampai tidak sadar?

"Kalian sudah merapikannya?"

Ji Yang menganggukkan kepala. "Bahkan sebagian pekerja sudah pulang. Apa gege sedang ada masalah? Dari tadi gege menyibukkan diri, bahkan seluruh pelanggan disini hampir semuanya gege layani. Para pekerja lain kebingungan karena hal itu."

Pemuda manis itu terdiam, kemudian ia menggelengkan kepala dengan tersenyum manis. Xiao Zhan adalah pemilik cafe tersebut dan sering terjun untuk ikut membantu para pekerja yang menjadi pelayan cafenya. Seluruh pekerja pun tak canggung kepada si manis, karena ia begitu baik dan ramah pada mereka, dia juga tak pilih kasih terhadap para pekerja. Hanya saja ia dekat dengan salah satu pegawainya yaitu Song Ji Yang.

"Aku tidak apa-apa Ji Yang." Menepuk lengan pemuda berkulit seputih susu itu.

Jiyang menghela nafas dan menatap pemuda Manis itu dengan lekat-lekat. Disana terlihat jika atasannya itu tengah menyembunyikan sesuatu. Dia tahu masalah apa yang tengah difikirkannya.

"Kau bohong ge, aku tahu sifatmu. Jika kau tiba-tiba menyibukkan diri, berarti kau sedang memiliki masalah. Bahkan para pekerja lain kebingungan karena gege hampir melayani semua pelanggan yang datang."

Kini giliran Xiao Zhan yang menghela nafas, entah kenapa pegawai yang satu ini selalu mengerti keadaannya juga perasaannya. Kini senyuman yang ia berikan berubah menjadi lekukkan kebawah. Ia memberikan tatapan sedih pada Ji Yang.

"Pasti tentang Yibo ge lagi? Ayolah ge, sudah berapa kali ku katakan untuk melupakan pria bodoh itu." ucap si kulit putih dengan nada kesal yang menggebu-gebu. Ia duduk di hadapan sang atasan.

"Aku sudah mencobanya, tetapi susah sekali melupakan lelaki bodoh itu Ji Yang." lirihnya.

Jiyang berdiri kemudian melangkah menghampiri atasannya yang sudah ia anggap sebagai gegenya itu. Ia berjongkok, kemudian memeluk gege ke sayangannya itu.

"Menangislah ge, jangan kau tahan. Aku akan mendengar semua ceritamu." Melepas pelukkannya lalu menarik kursi untuk ia duduki. Setelah duduk, ia meraih tangan Xiao Zhan untuk di genggam. "Jadi, apa masalahnya?"

***

Sinar matahari mengganggu tidur seorang pemuda manis di pagi hari. Ia membuka matanya dan melirik kearah jam yang menunjukkan pukul delapan pagi dan dia masih merasa kantuk karena si manis ini baru tidur pada pukul empat pagi. Dengan rasa malas, ia bangkit dari tidurnya. Membuka gorden kamar kemudian mematikan lampunya.

Xiao Zhan keluar dari kamar dan melakukan kegiatan yang sama yaitu membuka gorden serta lampu. Lalu ia kembali ke kamar, meraih ponsel untuk menghubungi Ji Yang. Ia ingin mengababari pemuda berkulit putih susu itu bahwa dirinya tidak bisa ke cafe.

Setelah mengabari Ji Yang, pemuda manis itu kembali berbaring dan menarik selimut untuk melanjutkan tidur. Saat ia akan terlelap, suara ponsel menyapa indera pendengarannya. Dengan mata terpejam, ia meraih ponsel yang berada diatas laci dekat tempat tidur lalu membuka isi pesan itu.

From : Wang Yi.
Aku akan ke apartemenmu dalam waktu 15 menit. Buatkan aku sarapan yang enak ya, Zhan Zhan!

Menghela nafas, kemudian ia bangun dari tidurnya lagi dan duduk di tepi kasur untuk mengumpulkan nyawa agar ia tak merasa pusing. Setelah merasa sedikit segar, dia membalas pesan dari sahabatnya.

To : Wang Yi.
Baiklah.

Pemuda manis itu sudah menduga, jika Yibo meminta sarapan padanya, pasti ia tengah bertengkar dengan sang ibu. Apa yang dilakukan oleh si pemuda tampan tersebut sehingga sang ibu marah?

Setelah pesan terkirim, Xiao Zhan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu membuatkan sarapan.

Ketika Xiao Zhan tengah berkutat di dapur tercintanya, terdengar suara pintu apartement yang terbuka. Dia tak perlu lagi mencari tahu siapa pelakunya, karena pelaku yang membuka apartemennya adalah Wang Yibo. Hanya dia yang tahu kode apartemen milik si manis.

"Zhan! Zhan!" teriak Yibo mencari Xiao Zhan. Ia mendengar ada suara yang berasal dari dapur. Dengan cepat ia menuju dapur dan melihat sang sahabat tengah memasak. Tanpa tahu malu, pemuda tampan itu langsung memeluk si manis dari belakang. Ia membenamkan wajah tampannya pada leher Xiao Zhan.

"Ada masalah hmm?" ucap pemuda manis itu lembut tanpa memberontak. Ia malah merasa tidak terganggu dengan pelukkan manja seorang Wang Yibo karena sudah terbiasa.

"hmm ..." Menganggukkan kepala. "Kemarin aku tidak fokus selama latihan. Bahkan sampai dari rumah, aku secara tak sadar menabrak pot tanaman kesayangan mama hingga tumbang. Alhasil wanita paruh baya itu marah semalaman hingga sampai sekarang dan parahnya tidak memberiku jatah sarapan." Menghela nafas, dia menyandarkan pipi pada pundak sang sahabat lalu menatap wajah manisnya.

Xiao Zhan terkekeh saat mematikan kompornya. Ia membalikkan tubuh dan menatap wajah Yibo yang jaraknya begitu minim. "Apa yang kau fikirkan sehingga tak bisa fokus seharian kemarin?"

Pemuda tampan itu menarik Xiao Zhan ke samping lalu mendudukkan tubuh ramping itu pada meja pantry dekat dengan kompor. Ia memeluk simanis dengan erat dan jidatnya bersandar pada pundak Xiao Zhan. Kini pemuda manis tersebut layaknya boneka yang mudah dibawa kesana kemari lalu di peluk oleh sang pemilik.

Skinship seperti ini selalu mereka lakukan setiap hari jika hanya berdua, bahkan keduanya memiliki panggilan khusus yaitu Wangyi, panggilan Xiao Zhan untuk Yibo dan Zhan Zhan adalah panggilan Yibo untuk Xiao Zhan. Namun, Yibo menganggap jika hal tersebut adalah bentuk kasih sayang seorang sahabat. Tapi tidak bagi Xiao Zhan, perlakuan sahabatnya ini justru membuat jantungnya berdetak tak karuan. Bahkan pemuda manis itu berharap jika Yibo tak mendengar suara detak jantungnya sekarang.

Yibo menarik kursi meja makan dan duduk di hadapan Xiao Zhan. Ia memeluk betis dan membaringkan kepalanya di paha sang sahabat.

"Zhengting benar-benar membuatku gila Zhan! Aku benar-benar ingin memilikinya." Rengek pemuda tampan itu lalu mendongakkan kepala untuk menatap wajah Xiao Zhan.

'Ah jadi itu, lagi-lagi kau membuatku tak bisa menahan rasa sakit ini Wangyi~' batin pemuda manis bermarga Xiao itu.

Xiao Zhan meraih wajah Yibo untuk ia tangkup kedua pipinya. Kemudian ia usap dengan lembut. Hal itu membuat mata Yibo terpejam karena merasa nyaman.

"Sudah ku bilang, nyatakan perasaanmu padanya. Jangan hanya memendamnya saja."

Mata itu terbuka dan menatap lekat wajah Xiao Zhan. Ia melingkarkan kedua lengannya pada pinggang si manis dan sedikit menariknya agar semakin dekat dengannya. "Bagaimana caranya? Aku bingung Zhan Zhan!"

"Besok kau harus menang balapan motor. Setelah itu kau bawa Zhengting untuk merayakan kemenanganmu dan di saat itu, nyatakanlah perasaanmu. Berikan hadiah yang menurutmu berharga. Seperti medali ke menanganmu. Aku yakin, dia pasti akan luluh dan menerimamu Wangyi~" Melepas tangkupannya di pipi Yibo kemudian duduk tegak, bermaksud menjauhkan wajahnya pada wajah sang sahabat.

"Kau benar Zhan Zhan, Idemu bagus. Terimasih kelincikuuu!" Meraih tubuh si manis hingga kini berada dalam gendongan koalanya.

"Hei Hei, turunkan akuuuuu Wang Yibo! Aku bukan bocah." pekik Xiao Zhan menepuk-nepuk pundak Yibo.

"Haha Maafkan aku, aku terlalu senang karena kau memberiku ide cemerlang. Terimakasih Zhan Zhan" Mengusap lembut rambut si manis.

"Tidak perlu berterimakasih. Bukankah kita sepakat untuk menghilangkan kata terimakasih dan maaf? Aku ini sahabatmu. Sahabat selalu ada disaat suka maupun duka." Menatap Yibo dengan senyuman yang terlihat begitu terpaksa dan pedih. Namun gilanya, pemuda tampan tersebut tak menyadarinya.

Dari dulu Yibo tak pernah menyadari atau pun peka terhadap perasaan Xiao Zhan yang begitu mencintainya, jauh sebelum Zhengting masuk ke dalam kehidupan keduanya. Dia yang dulu berjanji tidak akan membuat pemuda manis itu sedih, Namun ia mengingkarinya secara tak sadar.

"Kalau begitu, sekarang kau harus sarapan. Maaf hanya membuatkanmu nasi goreng." Mengalaskan nasi goreng pada piring untuk Yibo.

"Kau tidak makan Zhan Zhan?" Menatap sang sahabat.

"Tidak, nanti saja. Karena sekarang aku ingin bersantai." Memberikan sepiring nasi dan segelas air pada Yibo.

"Ingin ku temani?" Tersenyum tampan.

"Tidak perlu, kau harus latihan sekarang."

Yibo menggelengkan kepala. Ia menyendokkan nasi goreng itu ke mulutnya. "Aku di beri free sehari sebelum lomba, agar tenagaku full untuk besok."

Xiao Zhan menganggukan kepalanya. "Kalau begitu terserah kau."

"Okey! Hari ini mari kita habiskan untuk tidur bersama."

"Tidur saja sendiri, aku tak mau kau peluk seharian dan berhenti mengoceh, nanti kau tersedak. Lanjutkan makan mu."

Yibo memberikan tatapan kecewa. Padahal ia ingin tidur bersama dengan Xiao Zhan dengan saling memeluk. Entah kenapa, pelukan pemuda manis itu membuatnya begitu nyaman.

"Makananmu kenapa selalu enak Zhan?" Menatap sang sahabat dengan tatapan penasaran.

"Wangyi~" Menatap horor si pemuda tampan.

"Okey baiklah." Melanjutkan makanannya dengan khidmat.

***

"Astaga, kau bodoh ge. Bagaimana bisa kau memberi ide pada Bo ge yang bodoh dan tidak super peka itu?" ucap Ji Yang bersungut-sungut.

"Tidak apa-apa Jiyang. Aku melihat Yibo begitu bahagian dan hal itu membuat gege bahagia juga." Tersenyum pada bawahannya tersebut.

Pemuda berkulit putih itu memejamkan mata dan memijit pangkal hidungnya untuk mengekspresikan rasa kesal juga rasa sedih. 'Kau bodoh dan selalu berbohong untuk menutupi rasa sedihmu, ge.' batin Jiyang.

"Ge, kau terlalu baik ..." Membuka matanya. Ia mengeratkan genggaman tangannya "Aku akan mendukung apapun keputusanmu, ge."

Xiao Zhan tersenyum dengan membalas genggaman Jiyang. "Terimakasih ... Kau selalu mengerti Jiyang"

"hmmm" Menganggukkan kepalanya.

***

Setelah menghabiskan sesi bercerita dengan Jiyang, Xiao Zhan pulang ke apartemennya. Ia keluar dari lift lalu berjalan menuju pintu yang bertuliskan 0505. Saat membuka pintu, ia di kejutkan oleh seseorang yang memeluknya begitu erat secara tiba-tiba.

"Zhan Zhan~" lirih seseorang yang memeluknya itu.

"Eh Wangyi, ada apa hmm?" Segera membalas pelukkan Yibo. Si manis merasa tubuh sang sahabat bergetar.

"Zhengting, Dia menolakku!"

TBC

Chapter ini Aku revisi dan sedikit penambahan cerita. 😁✌

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 174 4
Wang Yibo sengaja menikahi teman semasa kecilnya yang akan dijodohkan dengan seorang pria tua kaya raya, tanpa memikirkan terlebih dahulu risiko yang...
388K 4.2K 84
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
434K 8.2K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
296K 22.8K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...