ARSEN (END)

By lcsv17

368K 26.3K 868

Kalau kata orang, cinta itu bagian dari hidup. Tapi, tidak bagi Arsen. Arsen Raditya Arkharega, hanya seoran... More

1 - Geng Murid Pindahan
2 - Anak Lainnya?
3 - Arsen Pintar!
4 - Hari Kesialan Arsen!
- CAST -
6 - Balas Dendam
7 - Dendam
8 - Ekskul
9 - 12 TKJ 3
10 - Sakit
11 - Malam itu
12 - Keluarga Baru?
13 - Teman Baru
14 - Adek
15 - Club Malam
16 - Elsa Ardavirisca
17 - Basket
18 - Pangeran?
19 - Telephonobia
20 - Arsen Benci Bawang!
21 - Masalah dengan Arsen
22 - Semua Tentang Ratu
23 - Suka
24 - Kecewa?
25 - Lupakan!
26 - Akhirnya!
27 - Kanaya
28 - Sayang Razel!
29 - Coklat untuk Verdo
30 - Sakit
31 - Jatuh, dan sakit
32 - Clubbing lagi
33 - Orang misterius
34 - Kejutan
35 - Kosan Narky
36 - Pembalasan
37 - Verdo Kadilon Bhaskara
38 - Rumah sakit lainnya
39 - Hari terakhir
40 - Mengenang Verdo
41 - Peninggalan
42 - Semua hanya masa lalu
43 - Tragedi tragis
44 - Setidaknya, bertahan
45. Lelah - End

5 - Usaha

11K 739 11
By lcsv17

Bel masuk sudah berbunyi sedari tadi namun Guru pelajaran Kimia baru masuk dan mulai mengajar di kelas mereka.

Kelas yang awalnya berisik seperti pasar itupun seketika langsung hening, sunyi dan tenang saat Bu Arum menginjakkan kakinya di kelas itu, 10 TKJ 3.

Mereka langsung mengeluarkan buku dan alat tulis mereka saat melihat Bu Arum hendak menuliskan sesuatu di papan tulis putih yang besar itu. Kecuali Arsen yang masih menggigiti tutup pulpen sembari menatap Bu Arum yang sedang membuat coret-coretan di papan tulis baginya.

Suara cekikikan murid perempuan yang duduk dibangku barisan sebelah mereka membuat Arsen menoleh. 4 murid perempuan itu sedang menertawakan sesuatu, entah apa itu. Yang jelas, mereka menatap kearah tempat duduk Arsen.

Hm, apa dia lucu? Tidak...

Arsen mengernyit kemudian berbalik, melihat Verdo yang sedang memasukkan kepalanya kedalam gorden jendela, entah mengintip apa diluar sana.

Ia sadar, 4 murid perempuan itu menertawakan Verdo diam-diam. Arsen segera menarik kepala Verdo keluar dari gorden jendela.

Laki-laki itu hanya menatap Arsen dengan tatapan bingung sebelum akhirnya matanya berhasil menangkap 4 sosok murid perempuan yang kini tawanya semakin pecah. Ia hanya tersenyum tipis kemudian menatap kearah jendela itu.

"Lu malu-maluin tau ga?"

Verdo menoleh sekilas, ia tersenyum tipis, sangat tipis.

"Jangan gitu lagi."

"Iya, bang." ia tersenyum

Arsen menoleh, "Bang?" gumamnya.

Tidak ada jawaban, ia yakin Verdo tidak mendengar gumamannya. Ia diam saja, menatap Bu Arum yang tampak mulai tak fokus karena suara murid-murid kelas yang bisa dibilang berisik.

Akhirnya Bu Arum berbalik dengan ekspresi wajah kesal, sesuai tebakan Arsen. Laki-laki itu tersenyum, sebentar lagi pasti wanita itu akan bertanya tentang siapa yang berisik.

"Siapa yang berisik daritadi? Kalian ga nyatet?!" tanya Bu Arum.

Kelas itu hening seketika, hanya suara jarum jam yang terdengar. Arsen tersenyum lagi, tebakannya benar.

"Sen..." tegur Ganang, ia sudah tau apa yang akan Arsen lakukan.

Arsen hanya menoleh sekilas kemudian tersenyum tipis, Verdo menoleh dan menatap laki-laki itu dengan tatapan heran.

"Saya ga nyatet tuh.." ucap Arsen, laki-laki itu mengangkat satu kakinya keatas bangku. "Bosen tau bu? Nyatet terus, ga bikin pinter."

Semua orang hanya diam. Tidak ada yang tau tujuan Arsen melakukan itu, kecuali ke 6 temannya. Verdo tidak termasuk.

"Kamu yang barusan ngomong itu." Bu Arum menunjuk Arsen. "Sini maju, kedepan!" ia menurunkan tangannya, menatap Arsen yang melangkah menuju arahnya.

Arsen berhenti, tepat didepan tubuh Bu Arum yang lebih kecil darinya.

Bu Arum mendongak dan mengernyit, "Tinggimu berapa?"

Arsen ikut mengernyit, kenapa tiba-tiba bahas tinggi badan? "Emang kenapa?"

"Kamu beneran kelas 10?"

Arsen mengangguk-angguk dengan tampang polos, ia tidak tau keadaan apa ini.

"Tinggimu berapa?" tanya Bu Arum, lagi.

Arsen menggeleng, "Nggak tau."

"Kamu ga tau berapa tinggi badanmu sendiri?"

"Anu.." Ganang mengangkat tangan kanannya, bermaksud meminta ijin untuk berbicara. "Arsen kalau ga salah sekitar 179 atau 180cm."

Arsen yang semulanya menatap Ganang langsung beralih kearah Bu Arum, ia mengangguk meng-iyakan.

"Tinggi ya.." Bu Arum tampak terkesima.

"Anak basket kalau pendek, mending jadi kuman aja bu." sahutnya, santai. Ia memang sangat suka basket, ia juga sudah mengikuti ekskul Basket sejak ia masih SMP.

Mungkin, ia satu-satunya murid kelas 10 yang tubuhnya setinggi 179cm.

"Kamu udah ikut ekskul belum?"

"Saya kan gatau disekolah ini ada ekskul apa aja."

Bu Arum berbalik, menatap murid-murid kelas. "Besok akan ada guru yang datang kekelas ini, memperkenalkan ekskul-ekskul disekolah ini untuk murid yang baru masuk kekelas ini. Kalau ada yang minat, jangan lupa ikut ya?" Bu Arum tersenyum.

Ia kembali menatap Arsen, laki-laki itu sudah hilang dari pijakannya. Ia sedang menghapus tulisan dipapan tulis dengan jari-jarinya.

Melihat itu, tawa murid seisi kelas langsung pecah. Sedangkan Bu Arum tampak semakin kesal. "Kamu ngapain, Arsen?!"

Arsen langsung berbalik, "Nggak ngapa-ngapain."

"Gabut banget kali tuh." sahut Aldo dibelakang sana.

Mereka semua tertawa, kecuali Verdo yang hanya menatap situasi itu dengan wajah datar.

"Kamu keluar sana, daripada bikin onar terus. Kalau kamu masih mau mengikuti pelajaran saya, push up dulu 100 kali baru kamu boleh duduk."

"Saya keluar aja..."

"Sana keluar! Jangan masuk sebelum jam pelajaran saya berakhir!" Bu Arum tampak kesal karena sikap Arsen yang menyebalkan.

Tapi, memang inilah yang Arsen inginkan. Ia langsung melesat keluar, sambil sesekali menoleh kearah teman-temannya yang tampak penasaran apa yang akan ia lakukan diluar sana.

Ia melangkah menelusuri lorong yang dipenuhi kelas itu. Ia melewati kelas-kelas yang tampak sunyi karena guru yang sedang mengajar. Sesekali, murid didalam sana tampak mengintip sosok Arsen lewat jendela.

Kalau istilah bahasa gaul, ia sangat eyes catching dengan tinggi badan yang lumayan tinggi itu. Ditambah lagi kulitnya yang putih karena keturunan itu.

Ia mengetuk pintu ruang kepala sekolah yang tak tertutup itu. Seorang wanita yang semulanya sedang duduk sembari membaca buku tebal yang tampak membosankan itu langsung menoleh dan menghampiri Arsen. "Kamu cari apa?"

"Maaf, saya ada kebutuhan buat tugas. Saya boleh lihat buku tahunan sekolah yang tahun ini ga, bu?"

Wanita itu tampak mempertimbangkan jawabannya sebelum akhirnya ia meraih sebuah buku tebal bersampul kulit warna hijau itu dan memberikannya pada Arsen, "Jangan hilang dan jangan rusak, ya? Kalau sudah, segera kembalikan kesini."

Arsen mengambil buku itu dari tangan wanita yang ia yakini adalah kepala sekolah itu, "Makasih banyak bu." ia tersenyum lebar.

Laki-laki itu melangkah perlahan menjauhi ruang kepala sekolah itu. Ia duduk dikoridor itu sendirian. Hanya suara guru mengajar yang terdengar ditelinganya.

Ia menelusuri buku itu. Buku ini tebal, banyak catatan yang tak penting. Jika ia punya hak, ia akan merobek catatan itu dan melemparkan itu ketempat sampah.

Ia berhenti dilembar halaman yang dipenuhi foto-foto murid kelas 10 hingga 12. Tertera nama yang lengkap juga disana. Ini adalah harta karun bagi Arsen.

Ia meneliti semua foto murid-murid itu, dari semua kelas dan semua jurusan. Namun matanya berhenti difoto seorang perempuan berambut sebahu. Arsen tersenyum kemudian menatap sebuah nama yang tertara dibawah foto itu. 10 OTKP 2, Kimberly Tania.

Perempuan itulah, yang menumpahkan es teh tadi keseragamnya. Laki-laki itu kini beranjak kehalaman yang menunjukkan foto-foto anak kelas 11 dari berbagai jurusan. Yang ia harapkan, akhirnya ia temukan.

Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil. Laki-laki itu tersenyum dan menutup buku tahunan sekolah itu. "10 OTKP 2, Kimberly Tania. 11 TKJ 4, Vito Anggara dan Rendi Afzar." ia tersenyum kemudian menutup buku itu.

Laki-laki itu meletakkan buku itu disamping dirinya sebelum akhirnya ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

Tangannya mulai gencar mengetikkan sesuatu diponsel tersebut. Dengan mudah, ia berhasil mencari akun sosial media ketiga orang itu. Dan tampaknya, tidak ada hubungan pertemanan diantara Kimberly Tania dan Vito Anggara serta Rendi Afzar.

Ia tersenyum tipis kemudian mematikan ponselnya dan memasukkan benda itu kedalam saku celananya. Ia meraih buku tebal disampingnya kemudian bangkit dan pergi.

10 OTKP 2, dimana itu? Arsen akan mencarinya.


Continue Reading

You'll Also Like

366 137 12
Cerita saya yang kedelapan Harap follow akun saya dahulu sebelum membacanya.... Bagaimana rasanya jatuh cinta yang berawal dari kesalahan? Ah kata or...
578K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.3K 1.8K 31
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.] • • • DRRUUMMMM~ cklek Seseorang memberhentikan motornya tepat di samping kanan Naza...
778 175 11
Ilara , gadis sederhana penjual kue donat hidup dengan penuh trauma dan kurangnya kasih sayang dari orang tua , membuat ilara harus bekerja keras un...