Save Me

By jeonruu

20.5K 3.2K 732

Jungkook dan Yoojung. Mereka berdua sama-sama terluka. Mereka berdua sama-sama ingin mengakhiri hidup. Berte... More

P R O L O G
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37. EPILOGUE [1]

20

628 98 32
By jeonruu

Kakakku menyukaiku.

Kim Taehyung menyukaiku.

Hah, tidak mungkin. Tidak mungkin.

"Ugh!" Yoojung menenggelamkan wajahnya ke atas meja.

Sial. Sial. Sial.

"Kim Yoojung!"

"Eh, iya, Pak?" Yoojung mengangkat kepalanya dengan cepat. Apakah ia menggerutu dengan keras barusan? Melihat seisi kelas yang menatapnya, seperti ia memang melakukannya dengan keras. Jungkook menatapnya sembari menipiskan bibirnya.

"Apakah kau sedang memiliki masalah, Kim Yoojung?"

"Tidak, Pak. Maaf."

Mengutuki dirinya sendiri, Yoojung berusaha untuk tidak menyita atensi kelasnya. Ia harus fokus atau mama akan menemukan kertas ujiannya dengan nilai yang tidak sesuai harapannya kemudian akan mulai memakinya. Membayangkan ia harus berada di kamar bersama mama dengan kertas ujian yang dilemparkan ke wajahnya saja sudah mengerikan.

Ah, tidak-tidak! Aku pasti bisa mendapat nilai sempurna di ujian selanjutnya.

Terus mengutuki diri dengan pikiran kacau, alhasil Yoojung sama sekali tidak mendapatkan konsentrasi yang ia harapkan. Siapa pula yang bisa berkonsentrasi ketika semalam kakaknya sendiri mengakui perasaanya padanya?

Mengingat bagaimana dadanya bergemuruh tak nyaman, ia rasa rumahnya tak lagi aman baginya. Aman dalam artian bahwa ayah dan mama pasti telah semakin benci padanya. Kehadirannya saja sudah membuat kedua orangtuanya muak, apalagi ditambah putra kesayangan mereka menyukai putri menyebalkan mereka.

Ini malapetaka. Pastinya!

Yoojung tebak, mereka pasti sedang membuat rencana untuk memajukan rencana pernikahan Taehyung dengan gadis itu. Entah siapapun gadis itu, malang sekali nasibnya harus menikah dengan Taehyung. Ia harus menikah dengan keluarga yang serakah akan kesempurnaan hidup.

Tapi bagaimana jika gadis itu sama rakusnya seperti ayah dan mama? Haus kekuasaan, bertemperamen buruk, dan juga suka mencari perhatian. Wow, itu akan menjadi kombinasi yang sempurna bersama ayah dan mama untuk bersatu menghancurkannya.

Eh, tapi kan ia masih punya Taehyung! Taehyung tetap akan melindunginya, kan?

God! Memikirkannya saja sudah membuatnya stres. Bagaimana bisa ia berpikir hingga sejauh itu? Masalah bahwa Taehyung menyukainya saja masih membuatnya pusing. Padahal bisa saja malam itu karena terbawa emosi Taehyung asal mengatakannya.

Namun Yoojung tahu jika Taehyung malam itu sungguh-sungguh. Ya. Benar-benar sungguh-sungguh dan itu bukan pertanda baik baginya.

Itulah mengapa, begitu bel pertanda pulang sekolah berbunyi, Taehyung mengirim pesan padanya bahwa sebaiknya hari ini ia pergi menginap di hotel yang telah Taehyung pesankan untuknya. Pasti di rumah seharian tadi sangat kacau.

Ia ingat saat berangkat sekolah saja, ia tidak bisa sarapan karena mama tidak mau memberinya makan dan terus menyuruhnya menyingkir dari hadapannya. Apalagi ayah, ia nyaris harus berangkat sekolah dengan luka baru jika saja Taehyung tidak cepat menyuruhnya pergi dan mulai kembali bertengkar dengan ayah.

Astaga! Pagi hari yang benar-benar kacau.

Melihat kembali isi pesan dari Taehyung, Yoojung menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Andai saja ada penghargaan rekor muri menghela nafas terbanyak, Yoojung mungkin bisa mendapatkannya.

"Heh! Babu!" Suara Solbin mendadak membuat moodnya semakin jatuh. Sudah dalam mood yang buruk, makin buruk dengan kedatangan Solbin.

Membalikkan tubuhnya sembari menyingkirkan anak rambut yang menghalangi matanya akibat angin yang berhembus kencang, dihadapannya Solbin tampil dengan gaya rambut baru. Dimana ia memotong rambutnya? Kenapa jelek sekali seperti model tante-tante tahun 90an.

"Belakangan ini aku tidak sempat meladenimu karena kematian Hyunwoo."

Ya-ya.. terus saja mengabaikanku agar aku hidup dengan tenang.

"Aku bosan, jadi aku ingin bermain lagi denganmu."

Kau selalu mempermainkanku, sialan!

"Omong-omong, tidakkah kau merasa aneh dengan kematian Hyunwoo?"

Yoojung tak menjawab. Ia sedang dalam mood yang buruk untuk meladeni Solbin. Toh, ia dengar ayah sudah membayar seseorang untuk menutup kasus itu.

Mengingat kembali percakapan semalam, astaga, kenapa baru ia pikirkan sekarang? Bodoh! Bagus sekali Solbin membahas hal ini sehingga ia tidak melupakan apa yang ia dengar semalam.

Ayah membayar seseorang untuk menutup kasus Hyunwoo, dan benar saja dari apa yang ia dengar kasus Hyunwoo telah ditutup dengan alasan bunuh diri. Tidak masuk akal sebenarnya, namun pihak sekolah dan semua yang terlibat serta mengetahui seolah menutup-nutupi kasus tersebut.

Sembari memainkan rambutnya, Solbin melanjutkan perkataannya. "Bukankah aneh dia meninggal tepat sehari setelah ia bertemu denganmu? Tidak ada yang tahu pasti penyebab kematiannya. Seorang detektif tiba-tiba datang dan menyatakan bahwa Hyunwoo telah dibunuh, tapi beberapa hari kemudian kasus itu ditutup tiba-tiba dan tak ada lagi yang membicarakannya."

"Lalu, apa yang sedang coba kau katakan kepadaku?"

Memicing sinis dan tersenyum miring, Solbin melipat kedua tangannya di dada. "Entahlah. Aku hanya ingin mengatakannya kepadamu. Bukankah ini seperti seseorang telah membayar untuk menutup kasus itu? Seseorang yang benar-benar kaya dan memiliki kekuasaan." Mata Solbin memicing mencari tahu. Sudah pasti ia mencurigai Yoojung dan sedang mencari bahan gosip baru.

Namun memikirkan fakta yang ia ketahui dan dugaan Solbin yang sebenarnya benar, ia tak mau jatuh dalam perangkap itu. Bagaimanapun ia harus menjaga reputasi kedua orangtuanya seberapapun bencinya ia pada mereka.

Melihat bagaimana Yoojung tak bereaksi sesuai yang ia harapkan, Solbin mendecakkan lidah kesal. "Ah, membosankan sekali."

Kemudian ia menjentikkan jarinya dan membuat isyarat kepada dua gadis dibelakangnya yang memang selalu menjadi ekor Solbin untuk membawanya. Yoojung membulatkan matanya dan mencoba untuk melawan, namun ia kalah jumlah.

Ditarik paksa masuk ke dalam gudang sekolah, Yoojung didorong hingga jatuh tersungkur. Sementara dua gadis lain menutup pintu gudang, Solbin berjalan melihat-lihat seisi gudang sambil memutari Yoojung yang terduduk di lantai.

"Hei, bukankah ini tempat dimana Hyunwoo dan kau kutinggal berdua, sehari sebelum dimana dia mati?"

Yoojung tak menjawab. Ia berdiri dan menepuk-nepuk roknya yang kotor. "Apa yang kalian lakukan berdua saat itu?" Lanjut Solbin.

"Entahlah. Kenapa kau penasaran sedangkan kau yang waktu itu membawaku kemari?!" Tantang Yoojung. Ia sudah kelewat kesal akibat moodnya yang telah buruk seharian ini.

Nyaris memukul kepala Yoojung karena kesal, Solbin menahannya dan hanya mengumpat. "Jawab saja aku, sialan!"

Yoojung membuang muka. Mengingat kejadian itu membuatnya bergidik ngeri. Sungguh ia tak ingin mengungkit masalah itu lagi dan melupakannya.

"Kau tak mau menjawab?!" Suara Solbin meninggi. "Aah, atau kau mau aku menyebarkan video itu baru kau mau buka mulut?"

Sialan!

"Dia menyerangku! Kau puas?!"

"Hanya itu?"

Belum Yoojung hendak membalas lagi, pintu gudang terbuka dengan paksa. Kedua gadis yang menjaga pintu dari luar nampak menundukkan kepala seolah takut kepada Solbin. Namun, coba tebak siapa yang datang?

Han Sungwoon. Ketua kelasnya.

Sungwoon selalu datang menyelamatkannya dari makhluk-makhluk parasit di sekolahnya. Menghela nafas bersyukur, rasa-rasanya lain kali ia harus membayar jasa Sungwoon karena telah membantunya beberapa kali.

"Solbin-a! Bukankah aku sudah bilang  padamu untuk berhenti mengganggu Yoojung? Jika kau terus seperti ini akan dilaporkan kau pada Pak Jungkook sehingga kau mendapatkan pengurangan point."

"Eish, sialan!" Mendecakkan lidah kesal, Solbin segera pergi meninggalkan Yoojung diikuti dua gadis lainnya.

Han Sungwoon tersenyum lega dan menatap Yoojung. Gadis itu selalu saja tidak beruntung. Padahal sebelumnya, Yoojung termasuk anak yang populer di sekolah, khususnya di kalangan murid laki-laki. Ia cantik dan tentu saja banyak yang menyukainya.

Mungkin itu sebabnya Solbin mulai melakukan perisakan terhadapnya, dan menyebarkan berbagai rumor buruk tentang Yoojung di sekolah.

"Segera pulanglah!" Sungwoon tersenyum hangat. Yoojung hanya mengangguk kikuk dan berlari kecil keluar gudang.

Yoojung memeriksa handphonenya lagi untuk memeriksa jam. Langit sudah gelap, dan ia masih belum berniat untuk pulang ke hotel yang sudah kakaknya pesankan. Menaiki bis, kemudian turun dan berjalan beberapa menit Yoojung tiba di jembatan tempat ia selalu datang setiap malam untuk melamun.

Namun di pinggir jembatan, terduduk sesosok yang ia kenal. Terlihat frustasi dengan sebuah botol soju ditangan kanannya.

"Ssaem?"

Yoojung berlari kecil untuk mendekat. Begitu mendekat dan berjongkok, ia dapat mencium aroma alkohol yang menguar menusuk hidungnya. Jungkook terlihat kacau, rambutnya acak-acakan begitupula kemeja yang dikenakan.

"Kenapa bapak ada disini? Kenapa mabuk-mabukan disini?"

Jungkook mendongak dan tersenyum. "Aah, Yoojung hagsaeng!"

Yoojung segera menutup hidungnya. Ia benar-benar tak menyukai bau alkohol. Bau alkohol membuatnya sangat pusing dan mual.

Mencoba memapah Jungkook, Yoojung berinisiatif untuk mengantar gurunya untuk pulang. Tubuh Jungkook sangat berat hingga nyaris membuat Yoojung terjatuh begitu mengangkatnya. Menahan aroma alkohol memuakkan itu, Yoojung pikir biasanya orang yang mabuk seperti ini baru saja mendapat masalah.

Ia berpikir seperti itu karena memang tak pernah melihat gurunya mabuk-mabukan. Ditambah lagi, Jungkook tiba-tiba terisak dan meracau tak jelas.

Ketika sedang memapah Jungkook, tiba-tiba handphone di saku jas Jungkook bergetar. Yoojung mengambilnya dan melihat seseorang bernama Min Yoongi menelpon gurunya.

"Pak! Min Yoongi menelpon!" Yoojung berusaha memberikan telponnya pada Jungkook, namun Jungkook terlalu mabuk sehingga Yoojung memutuskan untuk mengangkatnya sendiri.

Belum ia mengucapkan halo, suara di seberang sana sudah terlebih dahuli berteriak marah. Yoojung terdiam pada detik itu juga.

"Hei, Jeon Jungkook! Kau gila, huh? Kau pikir hanya kau saja yang frustasi? Aku juga sangat frustasi! Tapi kau harus menahannya sekarang? Kau pikir Namoo akan senang melihatmu begini?"

"Kau sudah berusaha. Jangan jadi pengecut dan datanglah kesini, sialan!Mungkin inilah yang terbaik untuk Namoo. Ia tak akan lagi menderita. Ia sudah tenang di atas sana! Hei, kau dimana, huh?!"

"Kau dimana Jeon Jungkook?! Kau harus datang sekarang, hanya kau yang Namoo punya!"

"karena kau adalah ayahnya yang berharga!"




[]

Continue Reading

You'll Also Like

99.8K 7.2K 49
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
772K 49.4K 95
Cerita sekuel dari 'Katakan: karena sebuah cerita berawal dari sebuah kata Meraih cinta itu mudah, tidak semudah itu memang. Mungkin tampak lebih mud...
264K 22.7K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
99.2K 8.4K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...