Save Me

By jeonruu

20.5K 3.2K 732

Jungkook dan Yoojung. Mereka berdua sama-sama terluka. Mereka berdua sama-sama ingin mengakhiri hidup. Berte... More

P R O L O G
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37. EPILOGUE [1]

19

490 95 56
By jeonruu

Mobil yang dikendarai oleh Jungkook dan Yoojung akhirnya tiba disebuah panti jompo tempat Nenek Choi berada. Melangkahkan kaki beriringan menyamai langkah Jungkook, senyum Yoojung terus terkembang melihat para lansia di sekitarnya. Sangat menyenangkan datang berkunjung ke sini karena kunjungan ini untuk sejenak dapat membuat Yoojung melupakan masalahnya.

Seorang suster yang mengenali Jungkook langsung melambaikan tangan dan mendorong kursi roda yang diduduki oleh Nenek Choi. Tersenyum dan melangkahkan kaki lebar-lebar, Jungkook memeluk erat Nenek Choi.

“Nenek, aku merindukanmu.” Meski Nenek Choi tidak merespon dan hanya terdiam dengan tatapan kosong, Yoojung tetap menemukan gurunya terus tersenyum lebar.

Namun tatapan mata Jungkook tak dapat dibohongi. Tatapan itu sama saat terakhir kali mereka berkunjung kesana. Entah mengapa Yoojung dapat melihat sebuah luka dalam tatapan Jungkook ketika bertemu Nenek Choi.

Menitipkan Nenek Choi bersama Yoojung untuk beberapa waktu, Jungkook harus menemui kepala suster yang menjaga dan merawat Nenek Choi. Yoojung membawa Nenek Choi di tengah taman. Sebuah kolam jernih dengan berbagai macam ikan serta beberapa teratai yang tumbuh menghiasi taman. Suara gemericik air pancur dan juga desiran angin yang menelisik dedaunan bagaikan musik harmoni yang menenangkan jiwa.

Menggenggam kedua tangan Nenek Choi dan bersimpuh di hadapanya, atensi Nenek Choi akhirnya teralihkan pada Yoojung. Tatapan mata yang awalnya kosong, begitu melihat Yoojung binar matanya seolah muncul dengan segera.

“Soojin-a!”

Aku Yoojung, Nek.

Andaikan Yoojung bisa memperkenalkan diri demikian, pasti akan lebih menyenangkan daripada dianggap sebagai orang lain. Namun ia tidak mau jika ia mengelak bahwa dirinya bukan Soojin, ia takut sesuatu terjadi pada Nenek Choi.

“Astaga, nak! Nenek menunggumu begitu lama! Bukankah hari ini ulang tahunmu?”

“Ya?” Ulang tahun? Tak tahu menahu mengenai ulang tahun sosok Soojin ini, barangkali memang hari ini adalah ulang tahunnya, Yoojung hanya mengangguk. Mungkin itulah sebabnya Jungkook mengajaknya kesini.

“Ah, iya nek, hari ini ulang tahunku!” Yoojung merespon terpaksa berpura-pura menjadi Soojin.
Nenek Choi tertawa menunjukkan beberapa giginya yang telah hilang. “Nenek dengar suamimu membuatkanmu rumah impianmu! Ahaha, nenek turut senang!”

Ikut tertawa senang, Yoojung baru tahu bahwa Soojin yang dimaksud adalah seorang wanita yang telah menikah. Selama ini ia pikir Soojin adalah seorang gadis kecil atau mungkin seorang anak SMA seumurannya. Merasa penasaran Yoojung mencoba bertanya. “Suaminya Soo—, ah maksudku suamiku?”

Nenek Choi mengangguk. “Eoh! Jungkook memberitahuku bahwa kalian akan pindah segera!”

Jungkook? Wali kelasnya?

Tunggu dulu.

Jadi, alasan kenapa Jungkook menjadi wali Nenek Choi sebenarnya adalah karena mereka memang punya hubungan. Yoojung tak pernah tahu bahwa selama ini Jungkook adalah laki-laki yang pernah menikah. Tentu saja ia tak akan menyangka karena gurunya sendiri bahkan memiliki muka baby face layaknya pemuda berumur 20-an awal disaat umur Jungkook sebenarnya adalah 32 tahun.

Lelaki yang pernah menikah dan sekarang istrinya telah meninggal. Bukankah berarti Jungkook adalah seorang duda?

Astaga! Yoojung mengutuki dirinya atas pikiran buruknya yang sempat terlintas bahwa ia bersyukur jika istri Jungkook telah meninggal. Bagaimana bisa ia bersyukur di atas kematian seseorang?

Jika Soojin meninggal sekitar satu bulan lebih yang lalu, jangan-jangan itulah alasan Jungkook bunuh diri? Mendadak Yoojung merasa pupus harapan. Jika benar gurunya itu dahulu hendak bunuh diri karena istrinya meninggal, bukankah itu berarti Soojin adalah sosok wanita yang sangat dicintai Jungkook hingga lelaki itu merasa benar-benar kehilangan?

“Yoojung-a!” suara Jungkook membuyarkan lamunan Yoojung. Dengan cepat ia berdiri dan menghadap gurunya sembari tersenyum. Jungkook duduk bersimpuh di hadapan Nenek Choi dan berusaha mengajaknya bicara banyak.

Sedangkan itu, Yoojung hanya terdiam mengamati Jungkook. Pikirannya terus melayang mengenai hubungan Soojin dan Jungkook. Setelah cukup lama menemani Nenek Choi, suster membawanya masuk ke dalam karena udara telah semakin dingin. Jungkook dan Yoojung berpamitan kemudian masuk ke dalam mobil dalam diam.

Langit telah lumayan gelap. Menyalakan mobilnya dan mulai mengendarainya, Yoojung terus-menerus curi-curi pandang ke arah Jungkook. Sialnya, Jungkook menyadarinya.

“Kenapa kau terus mencuri-curi pandang ke arahku?”

Tergugup, Yoojung berusaha mengontrol dirinya. “Ah, tidak, Pak.”

Hening.

Menatap keluar jendela kerlap-kerlip lampu pertokoan di pinggir jalan, Yoojung terus terdorong untuk menanyakan rasa penasarannya kepada Jungkook. “Pak..”

“Ya?”

“Perempuan bernama Soojin itu, maaf, apakah dia istrimu?”

Jungkook terdiam. Ah, pasti Nenek Choi yang memberi tahu Yoojung. Memutar kemudinya pada kelokan jalan, seolah sedang berpikir sejenak, Jungkook akhirnya menjawab dengan nada suara yang rendah seolah menyimpan begitu banyak kenangan menyakitkan. “Ya, dia almarhum istri bapak.”

“Maafkah aku, Pak.” Yoojung tiba-tiba merasa tak enak. Bodoh. Harusnya ia tak menanyakan sesuatu yang akan memancing kenangan lama yang menyakitkan.

“Tak apa. Dia meninggal hampir dua bulan yang lalu.” Lanjut Jungkook sontak membuat Yoojung menoleh. Ia pikir gurunya itu tak akan berkenan untuk bercerita. Tapi kenapa...

“Soojin-ie, kami berkencan hanya sebentar, sekitar 7 bulan, lalu memutuskan untuk segera menikah dua tahun yang lalu.”

Meski Yoojung merasa tak enak karena membuat Jungkook menggali kenangan lama, ia tetap menyimak dengan seksama demi menuntaskan keingin-tahuannya. “Lalu, kenapa dia meninggal?”

Tersenyum getir sembari menghentikan laju mobilnya di lampu merah, Jungkook menoleh dan tersenyum tipis. Senyuman yang dipaksakan dan sukses mmebuat Yoojung merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. Bagaimana bisa ia menanyakan penyebab kematian seseorang?

Namun seolah tidak ingin menyimpan rahasia ada Yoojung, Jungkook berkata dengan pelan. “Soojin-ie, ia... bunuh diri.”

DEG!

“Aku menemukannya tergantung dengan tali yang melilit lehernya di dalam kamar.”

***

“Kemana saja kau? Kenapa baru pulang sekarang?”

Mama berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Yoojung tak menjawab dan hanya membungkuk hormat setelah melepas kedua sepatunya. Melihat ekspresi mama, Yoojung rasa ada hal buruk yang tengah terjadi.

Ia tahu mama memang selalu menampakkan wajah masan kepadanya, namun kali ini berbeda. kening berkerut dan irama nafas yang tak beraturan seolah menahan amarah dan kekhawatiran. Sesuatu terjadi.

Ada apa?

“Cepat pergi menemui ayahmu!”

Oh, tidak, ini buruk!

Melangkahkan kaki gemetar menuju ruang bawah tanah tempat ayahnya selalu berada untuk menunggunya, Yoojung dikejutkan oleh suara gaduh seperti guci yang dilempar dan pecah menghantam dinding. Netranya bergetar, ia menelan salivanya berat, rasa takut mulai menjalar dalam benaknya. Ketika tangannya hendak meraih dan memutar kenop pintu, tiba-tiba ia mendengar suara Taehyung membentak di dalam ruangan.

Kenapa ada Taehyung di dalam? Ia pikir ayahnya hanya sendirian di dalam ruangan. Membuka pintu dengan ragu-ragu, Yoojung menemukan betapa kacaunya ruangan pribadi milik ayahnya ini. Sudah berapa lama Taehyung dan ayahnya berseteru hingga membuat kekacauan sedemikian rupa.

Buku-buku dari atas meja maupun rak jatuh berserakan, sebuah guci yang Yoojung yakin pasti harganya jutaan pun telah pecah berserak di lantai. Di tangan ayahnya tergenggam sebuah tongkat bisbol dan Yoojung yakin pasti ayah gunakan untuk melampiaskan kemaran dengan menghancurkan semua barang di sekitarnya karena ia tahu ayah tak akan melukai putra kesayangannya betapapun ia marah.

“Yoojung-a! Kenapa kau kemari? Cepat pergi dari sini!” Taehyung terlihat panik.

Tepat setelah Taehung berteriak, ayahnya menoleh dan langsung mengangkat tangannya mengisyaratkan kepadanya agar mendekat. Tongkat bisbol di tangan kanan ayahnya membuat Yoojung gemetar. Ia tahu apa yang akan ayahnya lakukan kepadanya karena ia adalah ganti sebagai pelampiasan amarah ayahnya kepada Taehyung.

Namun sebenarnya apa yang membuat Taehyung dan ayahnya sampai berseteru seperti ini?

“KEMARI KAU!” ayah berteriak marah, namun langkah Yoojung tertahan karena Taehyung dengan cepat berdiri di depan Yoojung untuk menjaganya.

Ayah tertawa sakartis. “Kau masih berani melindunginya setelah apa yang sudah kau lakukan?”

“Itu masalahku, jadi jangan libatkan Yoojung dalam masalah ini, Yah!”

“HAH?! Kau bilang masalahmu?” kilatan amarah terpancar jelas di mata ayah. Lelaki paruh baya itu berjalan emutari meja coklat di tengah ruangan sembari mengetuk-ngetukkan tongkat bisbolnya di atas meja. “Detektif datang karena mencurigaimu atas pembunuhan siswa sialan di sekolah Yoojung, dan kau masih bilang Yoojung tidak terlibat?”

“KAU PIKIR AYAH TAK TAHU APA YANG KAU LAKUKAN SELAMA INI, HUH?!” lanjut ayah dengan suara meninggi. Urat-urat di lehernya terlihat jelas, wajahnya memerah khas orang yang tengahnya naik darah.

Jemari Yoojung menggenggam erat kemeja Taehyung dan mencoba untuk menyembunyikan dirinya di balik tubuh kakaknya. Ia berusaha mencerna segala hal. Jadi, apakah benar Taehyung membunuh Hyunwoo? Tapi kenapa?

Kedua tangan Taehyung mengepal, rahangnya mengeras, ia mati-matian menahan emosinya. Matanya menatap tajam ayah seolah hendak berlari dan menghajar habis-habisan monster yang bersembunyi di balik nama ayah itu. Ia tak pernah menyukai ayahnya, sedikitpun.

Sejak lahir, melewati masa kanak-kanak, remaja, hingga sekarang, tak sekalipun ayahnya membiarkannya melakukan apa yang ia mau. Ia hidup dalam kendali ayahnya, bak sebuah pion di atas papan catur yang bisa ayahnya kendalikan. Mirisnya, ia bahkan tak bisa melawan ayahnya.

“Kau pikir ayah tak tahu jika kau membayar seseorang di sekolah Yoojung dan...”

“AYAH! HENTIKAN!” Taehyung berteriak marah menghentikan ucapan ayahnya.

Taehyung membayar seseorang di sekolahku? Membayar siapa? Kening Yoojung berkerut.

Ayah tertawa melihat putranya panik. Lelaki paruh baya itu tahu, bahwa sejujurnya jika ia tidak memiliki senjata untuk melawan Taehyung, putranya itu, maka sudah dari dulu Taehyung akan melawannya.

Ia terdiam sembari tersenyum miring memainkan tongkat bisbol di tangannya. Tak hanya satu rahasia, ia mengetahui semua hal tentang Taehyung, semua hal yang disembunyikan oleh putranya itu.

“Ayah sudah mengurus semua masalahmu dengan detektif sialan itu. Ayah tidak peduli kau sudah membunuh berapa banyak orang di luar sana, karena ayah selalu punya kekuasaan untuk mengubur semua kejahatanmu.”

Yoojung mengerjap. Apakah Taehyung benar-benar telah membunuh seseorang?

“Aku sudah bilang, bukan aku yang membunuhnya! Aku tidak membunuhnya, ayah!”

“Sudahlah, tak peting kau membunuhnya atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah kau menuruti apa yang ayah perintahkan kepadamu. Menikahlah bulan depan dengan gadis yang telah ayah dan mama jodohkan.”

“Bahkan ayah tidak peduli aku membunuh seseorang atau tidak?” Taehyung menahan nafasnya, tangan kanannya bergerak ke belakang dan meraih tangan Yoojung untuk menggenggamnya erat. “Baiklah. Aku juga tidak akan menikah dengan gadis asing yang ayah jodohkan kepadaku.”

“APA?!”

Taehyung membalikkan badannya, menarik Yoojung pergi dari ruangan sialan ini. Dadanya bergemuruh marah. Bahkan ia tak sadar jika ia menggenggam tangan Yoojung kelewat erat hingga gadis itu sedikit meringis kesakitan.

“Lalu kau akan menikahi adikmu sendiri?” suara pelan ayah sukses menghentikan langkah kaki Taehyung maupun Yoojung.

“Apakah ayah salah?”

Taehyung menelan salivanya berat.

“Jawab ayah Kim Taehyung? Kau menyukai adikmu sendiri, kan, itulah kenapa kau menentang keras perjodohan ini?”

Jantung Yoojung berdegup keras. Tidak mungkin pendengarannya salah. Bukankah adik yang dimaksud ayah adalah dirinya?

Taehyung menyukai dirinya?
Yoojung menatap kedua obsidian Taehyung. Matanya mencari-cari jawaban.

“Kak, apakah itu benar?”



Hening.






“Eoh, aku menyukainya ayah! Aku menyukai Kim Yoojung, adikku sendiri hingga rasanya aku akan gila!”





[]

Continue Reading

You'll Also Like

333K 35.8K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
38.8K 7.1K 78
Marsha anak yang sangat pintar di sekolahnya, dengan prestasi yang ia dapat ia lolos ke perguruan tinggi negeri yang ia mau selama ini. Namun, masala...
34K 5.1K 19
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
274K 3.3K 77
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...