Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 29

208 12 2
By AnyaNurand28

Suasana kamar Jhonson kali ini lebih ramai dari biasanya, selain ada penambahan anggota yang ternyata sangat berisik membuat kamarnya menjadi sangat riuh. Delapan orang yang sedang berkutat dengan kegiatan masing-masing terlihat fokus namun sesekali ada gurauan dari mereka masing-masing.

Bimo, Darrel, Jhonson dan Thalia memilih fokus memainkan game di ponsel masing-masing. Tito dan Beni saling serang dalam pertandingan sepakbola di PlayStation milik Jhonson yang tadi mereka pinjam, sedangkan Reno selalu membaca buku di balkon kamar Jhonson dengan Lolita yang setia menatapnya dari samping Thalia.

Sautan-sautan dari ponsel mereka berempat yang tengah asyik Mabar terus saja terdengar membaur dengan suara dua makhluk yang selalu mengoceh di depan televisi yang menampilkan lapangan hijau itu.

Enemy han been slain

Legendary

Double Kill

Tripple Kill

Seperti tengah bertarung di medan pertempuran nyata, para pemain game itu sangat fokus dengan permainannya. Mengalahkan musuh-musuh yang menghalanginya menuju kemenangan.

Thalia, satu-satunya gadis yang bertarung dengan Hero andalannya itu terus saja beraksi. Karena terlalu fokus, ia tak sengaja meng-klik satu notifikasi chat yang tiba-tiba muncul di layar ponselnya.

Kesal permainannya terganggu, Thalia mendengus kasar. "Anjir, ish sialan ganggu aja. Siapa sih?."

Terlanjur notifikasi chat nya terbuka, Thalia ingin melihat siapa nama pengirim tersebut namun yang ia dapatkan justru hanya sederet angka yang tidak di ketahui olehnya dengan mengirimkan sebuah video.

"Siapa ini? Perasaan semua kontak temen-temen kelas sama temen gue yang lainnya, keluarga dan orang-orang terdekat gue di save deh. Kirim video pula," gumamnya pelan. Penasaran, Thalia pun mengklik chat tersebut yang berupa video. Namun tiba-tiba layarnya berubah menjadi hitam, gelap tak ada angka, kalimat atau gambar yang terlihat. Sial baginya, ponselnya mati.

Tepat setelah ponselnya mati, layar televisi yang tadinya tengah menampilkan beberapa orang yang berlari di lapangan hijau pun mendadak berubah menjadi hitam pekat.

"Sialan, pake mati lampu segala."

"Kampret emang, mana gue mau cetak gol kece lagi."

Hanya Tito dan Beni yang berseru heboh, Thalia yang menggerutu kesal tak dapat melanjutkan permainan dan tak dapat pula mengetahui video apa yang dikirim oleh orang tanpa nama itu, sedangkan yang lain yang masih dalam posisi aman masih tetap fokus pada kegiatan mereka masing-masing.

Kesal permainannya terganggu, Tito akhirnya memilih untuk memainkan sebuah game yang tengah ramai kali ini dan tentu saja mengajak Beni. "Ben, cacing yuk!"

"Nggak ada permainan yang lebih elit apa selain cacing?" sahut Beni santai.

Tito mendengus kasar. "Alah so' so'an lo, main aja masih sering nabrak."

Tatapan tajam Beni menusuk ke bola mata Tito, ia tak terima di remehkan begitu. "Ya itu gue lagi nggak hoki aja."

Tito berfikir sebentar, mencari lagi sesuatu yang dapat ia mainkan dengan Beni untuk menghindari kebosanan. Tiba-tiba sebuah kalimat melintas di depan matanya. "Renang kuy! Yang kalah traktir besok di kantin."

"Oke siapa takut."

Mereka berdua pun segera berlari menuju belakang rumah dimana letak kolam renang berada, karena ke kepoan mereka, mereka mengetahui letak tempat untuk bersenang-senang ataupun bersantai di rumah ini selain kamar Jhonson. Pembawaan mereka yang riang dan friendly membuat mereka berdua mudah bergaul juga ramah dengan siapapun.

Selepas lenyapnya dua makhluk hidup dari kamar Jhonson, sekarang kamar itu lebih di dominasi oleh suara game dari ponsel Bimo, Darrel dan Jhonson. Thalia? Sekitar 5 menit yang lalu ia beranjak ke dapur untuk mengambil minum lagi karena minuman yang tadi di sediakan oleh Asisten Rumah Tangga di rumah Jhonson habis dan baru saja ia kembali dengan memegang sebuah gelas berisi es jeruk segar favoritnya.

"Jho, ada power bank nggak?" tanya Thalia selepas ia meneguk satu tegukan es jeruk, karena kerongkongannya tiba-tiba terasa kering.

"Di laci meja belajar," jawab Jhonson tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

Di hampiri nya meja belajar Jhonson dan menarik laci yang ada di bawahnya, benar saja benda itu tersimpan rapi dengan kabelnya sekaligus. Thalia langsung menghubungkannya dengan ponsel yang dari tadi ia simpan di saku, tapi tak terlihat ada tanda seperti kilat di layar ponselnya yang biasa menandakan pengisian tersambung.

"Jho power bank lo rusak?"

"Nggak, kemarin malem masih bagus," ucapnya masih dengan memandang layar ponsel yang seperti akan hilang jika teralihkan walau hanya sekejap.

"Kalau gitu ini kenapa kok nggak masuk-masuk ya?"

"Habis daya nya kali," celetuk Darrel yang di angguki oleh Bimo secara spontan.

Thalia mengacak-acak rambutnya kesal. "Aish, kenapa nggak kepikiran sih. Jadi gimana ini?"

"Gimana apanya?" tanya Jhonson masih dengan posisi yang sama.

"Hp gue lowbat dan tadi pas gue lagi main tiba- tiba ada notifikasi chat masuk nggak sengaja gue klik, ternyata nggak ada namanya dan kirimannya itu video pula. Ya gue penasaran aja, perasaan nomor semua temen-temen kelas sama temen gue yang lainnya, keluarga dan orang-orang terdekat gue save deh," jelas Thalia panjang lebar.

"Penggemar rahasia lo kali."

"Mungkin juga saudara jauh lo."

"Bisa jadi juga orang yang lo kenal tapi no nya ganti."

Bimo, Darrel dan Jhonson menjawab secara berurutan tanpa satupun dari mereka melepas pandangannya dari layar ponsel. Thalia melirik Lolita dan Reno yang dari semula datang masih dalam posisi yang sama sampai sekarang.

"Lol, menurut Lo gimana?"

"Bales aja, kasian dia nunggu balesan kelamaan," ucap Lolita spontan tanpa melirik ke arah Thalia sedikitpun.

"Hah?" Thalia terkejut mendengar jawaban Lolita sebelum akhirnya ia sadar dan peka akan sesuatu. "Anjir, lo ngode ke Reno ya?"

Mendengar jeritan kencang Thalia sontak membuat Lolita tersadar dan segera menutup mulut sahabatnya itu sebelum berkoar lebih jauh.

"Berisik Tha ih jangan malu-maluin gue," kesal Lolita sambil berusaha menutup mulut Thalia yang akan berusaha mengeluarkan suara lagi, sedangkan Thalia meronta-ronta ingin di lepaskan.

Reno yang ternyata mendengar dan juga menoleh sebentar hanya terkekeh melihat dua kelakuan gadis di belakangnya, tanpa ada orang lain yang mengetahui selain dirinya bahwa ia sebenarnya memikirkan ucapan Thalia barusan.

*****
Di kolam renang, dua makhluk penghuni rumah baru sedang bersiap-siap untuk bertanding. Dengan hanya memakai celana pendek tanpa memakai kaos atasan alias bertelanjang dada, mereka mulai pemanasan sebelum lomba di mulai.

Setelah di rasa cukup pemanasan, mereka bersiap untuk memulai. Dengan gaya sebelum melompat mereka berdua berhitung dan tepat di hitungan ke tiga, byur mereka memulai lomba dan air kolam bergerak ke atas sampai meluber ke pinggir kolam.

Mereka berdua beradu cepat untuk sampai ke ujung kolam renang dengan ukuran kolam yang cukup panjang membuat mereka lebih mempercepat ayunan kaki beserta tangan agar menjadi yang terdepan.

Satu kepala menyembul keluar di ujung kolam menandakan dialah orang pertama yang sampai dan memenangkan pertandingan.

"GUE MENANG!" Pemuda itu berteriak kegirangan ketika dia mengetahui bahwa dirinya lah orang pertama yang mencapai ujung kolam. Tak lama kemudian satu pemuda lagi menyembulkan kepalanya keluar dengan nafas yang sedikit tidak teratur.

"Curang lo!" Elak salah satu pemuda yang baru saja sampai itu, ia tak terima dirinya kalah.

Beni mendengus. "Alah kalau kalah ya terima aja, jangan sirik."

"Lo tadi nyenggol gue." Tito terus saja bersuara tak terima akan kekalahannya.

"Cowok gentle itu ya yang menerima kekalahan dengan lapang dada dan juga jangan lupa yang menepati ucapannya," ucap Beni santai sambil beranjak dari kolam renang. "Aku tunggu besok ya darling," lanjutnya dengan kedipan mata lalu setelahnya tertawa terbahak-bahak.

Masih di dalam kolam renang Tito memberenggut kesal, " sialan kutil kuda nil."

Karena hari sudah mulai gelap dan cuaca yang mulai terasa dingin, Tito memutuskan untuk beranjak dan segera membersihkan diri lalu kembali ke kamar Jhonson, bergabung dengan teman-temannya yang lain.

*****
Erik terus saja melajukan motornya di jalanan ibu kota dengan Roni yang membuntutinya dari belakang. Tiba-tiba saja di samping kedai es krim Erik memberhentikan motornya lalu melepaskan helm dan seperti mencari sesuatu di dalam tasnya, Roni yang penasaran apa yang akan dilakukan juga ikut berhenti.

Berhenti di samping Erik, Roni terus memperhatikan gerak-gerik temannya itu. "Ngapain sih? Lo mau makan es krim?" tanyanya to the point.

Bukannya menjawab, Erik justru menyerahkan satu kacamata bening bulat juga masker ke arah Roni yang akhirnya ia temukan juga di dalam tas.

"Lo serius gue harus pake kacamata kayak ginian?"

Erik berdecak. "Pake aja!"

Tak ingin berdebat kepanjangan, Roni pun memakai barang pemberian Erik. Ia pun melihat Erik memakai topi putih juga masker yang sama dengannya. Erik memakai helmnya lalu motornya kembali di lajukan namun tak jauh dan berbelok ke sebuah cafe, Roni tak perlu cepat-cepat mengejar karena masih bisa terlihat.

Mereka berhenti di area parkir yang lumayan ramai, Erik lebih dulu turun dan memasuki cafe di susul oleh Roni.  Pemuda dengan topi putihnya itu mengedarkan pandangan mencari target yang tadi ia ikuti dan benar targetnya itu berada tak jauh dari pintu cafe.

Beruntung satu meja yang dekat dengan mereka belum terisi, setelah duduk mereka memanggil pelayan dan memesan 2 cappucino. Mungkin tak akan curiga karena target mereka berdua tidak begitu mengenali Erik maupun Roni, jadi setelah pesanan mereka datang mereka memutuskan untuk membuka maskernya dan Erik lebih menutupi wajahnya dengan topi.

Roni yang sedari tadi penasaran memutuskan untuk bertanya dengan suara pelan. "Lo ngikutin siapa sih?" bisiknya.

Ponsel yang di sodorkan oleh Erik menjawab pertanyaan Roni barusan, dengan bertuliskan kalimat "Target kita ada di meja seberang."

Awalnya Roni ingin melirik namun ia urungkan ketika Erik menatapnya tajam. "Udah dengerin aja obrolan mereka," katanya dengan suara pelan.

Sambil menyeruput secangkir kopi itu samar-samar mereka berdua mendengar nama yang tak asing bagi mereka di sebut dan perkataan selanjutnya membuat Erik dan Roni terkejut. Tak lama dari itu mereka menormalkan lagi gerak-geriknya agar tidak terlalu mencurigakan lalu mengobrol pelan membahas jadwal pertandingan Moto GP yang katanya tertunda.

Meskipun begitu mereka tetap mendengarkan dengan seksama pembicaraan kedua targetnya walau awalnya mereka hanya mencari satu orang saja. Banyak informasi yang mereka dapatkan dan mungkin cukup untuk hari ini. Erik mengangguk yakin dan beranjak dari kursi, sebelum itu ia memanggil pelayan dan membayar tagihan minuman mereka berdua lalu bergegas keluar dan memakai masker kembali.

*****
Hari sudah malam, selepas Adzan Maghrib dan shalat berjamaah di musholla rumah Jhonson perkumpulan itu bubar, kembali ke rumah masing-masing begitu juga dengan Thalia. Jangan harap Jhonson menanyakan apa Thalia sudah sampai atau belum seperti orang pacaran pada umumnya, selepas perkumpulan seperti itu mereka selalu kembali melanjutkan rutinitas rutin yaitu nge-game.

Namun hari ini Thalia tidak melakukan itu, ia masih di buat penasaran tentang pengirim video tanpa nama yang nyasar ke dalam ponselnya. Selepas pulang ia langsung berlari ke kamar mencharge baterai ponselnya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam yang artinya sudah satu setengah jam ponsel itu terisi, Thalia yang sedang menonton tv dengan mama nya yang kebetulan selalu sering berada di rumah memutuskan untuk berlari segera mengambil ponsel.

"Sayang jangan lari-lari!" Alice menegur putrinya yang berlari dengan tergesa-gesa menuju lantai atas.

Thalia berteriak merespon perkataan ibu nya itu. "IYA MA."

Sesampainya di kamar, Thalia langsung membuka ponsel menunggu sebentar lalu segera mencari aplikasi chatting dan mengklik salah satu pesan yang sedari tadi membuatnya penasaran.

Video itu terputar, terlihat seorang pemuda yang tengah mengunjungi sebuah makam. Sepertinya video itu di perbesar dan di rekam dari jarak yang lumayan jauh. Thalia tidak begitu mengenali siapa pemuda itu karena membelakanginya juga topi hitam yang menghalangi sedikit wajahnya.

Thalia melihat nisan yang bertuliskan nama perempuan juga tanggal lahirnya, ternyata setelah dipikir-pikir perempuan itu hanya berbeda kurang lebih 2 tahun dengannya dan nama itu seperti tidak asing untuknya.

Terdengar dari ucapan sang pemuda bahwa ternyata ia masih mencintai perempuan dan belum bisa menghilangkan perasaan itu sepenuhnya padahal dirinya sendiri sudah memiliki kekasih, meskipun begitu pemuda itu bertekad akan menjaga kekasihnya dengan baik dan mencintainya setulus hati.

Pemuda itu berbalik dan wajahnya terlihat jelas di kamera, Thalia tersentak mengetahui siapa pemuda itu dan dia sangat tahu perempuan yang pemuda itu maksud.

Menyadari sesuatu Thalia kembali berlari menuju lantai bawah menuruni tangga, ia akan bertanya kepada mamanya terkait nama perempuan yang tadi Thalia baca. Entah kenapa Thalia yakin mamanya itu mengetahuinya, karena nama itu pun tidak terdengar asing oleh dirinya sendiri.

"Ya Allah sayang mama kan tadi udah bilang jangan lari-lari, kenapa sih?"

Nafasnya yang belum teratur membuat Thalia sedikit sulit untuk bersuara, ia pun menarik nafasnya dalam dan mengembuskan nya perlahan. Setelah di rasa teratur Thalia menanyakannya.

"Mama kenal nggak cewek yang namanya Laila Apriliani atau apa itu pokoknya?"

Alice mencoba berfikir apa ia kenal dengan perempuan yang ditanyakan oleh putrinya itu. "Ah iya mama ingat, kalau nggak salah dia itu putri sulung pak Ali." Thalia mengernyitkan dahinya bingung. "Itu loh tetangga baru kita yang depan rumah," lanjutnya.

Iya Thalia ingat sekarang, nama itu pernah di sebut oleh Lala beberapa waktu lalu yang dia bilang bahwa itu adalah kakak kandungnya dan samar-samar ia pun mendengar bahwa perempuan itu mirip dengannya dari segi sifat ataupun fisik.

Jadi apa Jhonson dan Laila memiliki hubungan spesial di masa lalu? Mengingat laki-laki itu adalah murid baru di sekolahnya, hanya segelintir orang yang mengetahui tentang masa lalu pemuda itu.

*****

Alhamdulillah bisa update lagi, hehe. Jangan lupa tinggalkan jejak teman-teman pembaca semua ⭐📲

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
579K 22.5K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
808K 96.2K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
1.1M 43.5K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...