Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 28

234 14 0
By AnyaNurand28

Sudah hampir 30 menit Kevin menunggu, namun mobil papanya belum selesai di perbaiki juga. Untung saja Kevin sudah memberi tahu Miya akan telat walaupun ia tau gadis itu pasti sedang menunggunya. Tapi Kevin tidak terlalu khawatir karena tempat mereka bertemu nanti adalah cafe kakaknya sendiri.

Sedari tadi entah kenapa hati Kevin sedikit gelisah, bukan karena dia telah membuat orang lain menunggu, namun seperti ada yang tengah mengawasi gerak-gerik nya. Ia pun menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, tapi tidak ada yang terlihat mencurigakan, semuanya berjalan normal seperti biasanya.

Setelah 40 menit akhirnya mobil selesai di perbaiki, tak ingin membuang-buang waktu dan membuat orang lain terlalu lama menunggu, Kevin langsung membawa mobilnya melaju membelah jalanan ibu kota. Sebelum itu ia sudah membayar total tagihan nya dengan uang yang sudah di beri oleh papahnya.

Sudah setengah jalan, namun perasaan gelisah itu masih menghantui Kevin. Jujur ia tak ingin ada yang tau tentang misinya dengan Miya sekalipun itu teman-temannya sendiri. Tapi di sisi lain ia yakini bahwa ada yang mengikuti nya sedari tadi, Kevin hanya berharap semoga orang yang mengikuti tidak melakukan tindakan berbahaya.

Cafe Mentari sudah di depan mata, ia bisa melihat Miya sedang meminum jus nya di balik kaca. Tak ingin berlama-lama lagi, Kevin langsung menghampiri Miya dan tanpa sepatah kata langsung menarik lengan gadis itu.

"Aw, apaan sih Vin? Pelan-pelan kan bisa nariknya." Miya merintih ketika tangannya di genggam kuat oleh Kevin, ia tahu ada yang tidak beres dengan pemuda ini. "Sakit tau."

"Cepetan, gue ngerasa dari tadi ada yang ngikutin." Nah, seperti yang sudah Miya duga memang ada yang tidak beres.

Sebelum mereka menjadi pusat perhatian ketika cafe sedang sangat ramai, kini berbalik Miya yang menarik Kevin, melangkah cepat ke luar cafe dan langsung memasuki mobil namun tidak langsung melaju.

"Kenapa? Cerita." Miya langsung mengintrogasi Kevin, menanyakan sesuatu yang ia sendiri pun penasaran apa yang terjadi.

Kevin menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan. Ia menceritakan kronologi nya, dari bengkel sampai di cafe ini. Miya mengangguk paham, ada yang penasaran dengan misi mereka berdua.

"Gue tau siapa yang ngikutin lo." Mendengar ucapan Miya, Kevin sempat menaikan sebelah alisnya tanda tak paham. Bagaimana gadis itu bisa tau jika dia sendiri bukan orang yang di ikuti. "Gue yakin itu di antara teman kita."

Entah kenapa Miya begitu yakin bahwa yang mengikuti Kevin itu adalah salah satu atau lebih dari satu diantara teman-teman mereka. Miya tahu ada satu orang yang sangat paham akan situasi, sekalipun itu hanya sekedar pergerakan dari gestur tubuh saja.

*****

Dua pemuda dengan motor besarnya melaju dengan kecepatan standar di jalanan padat ibu kota. Tujuan pertama mereka yakni sebuah bangunan bengkel yang terletak tepat di tengah kota. Bengkel besar yang menjadi langganan para petinggi atau pejabat daerah. Mereka yakin bahwa temannya pasti menuju bengkel tersebut.

Karena tak mempunyai alasan untuk masuk mereka akhirnya menunggu di luar, mengawasi gerak-gerik seseorang dari kaca helm full face masing-masing.

Mereka sebenarnya tidak ahli dalam menjadi detektif, namun karena ini mendadak dan hanya mereka berdua yang paham dan mengerti situasi mau tidak mau mereka melakukannya.

Orang yang mereka awasi terlihat keluar dari bengkel, tak ingin tertinggal jejak mereka pun melajukan motornya dengan kecepatan berubah-ubah mengikuti laju mobil yang mereka ikuti.

Mobil berbelok di sebuah cafe yang sedang ramai pengunjung, namun mereka berdua memilih membelokkan motornya di mini market sebrang Cafe. Mereka berdua dengan santainya duduk di atas motor tanpa membuka helmnya masing-masing.

Tak lama, seorang gadis yang tengah menarik seorang pemuda langsung memasuki sebuah mobil namun tak urung di jalankan. Mobil itu masih berdiam di tempat, mereka berdua saling melirik menyadari bahwa mereka tak bisa lagi terus mengikuti.

Salah satu dari mereka melihat lurus lewat kaca spion, bahwa ada yang memerhatikan mereka dari dalam mobil yang tentunya membuat mereka ketahuan menguntit.

Masuk lagi ke cafe, gue mau ngomong. √√

Terkirim. Sudah terlanjur tertangkap, mau tidak mau harus di bicarakan.

Dengan gerakan kepala yang mengarah ke seberang jalan sebagai kode, mereka berdua akhirnya menuju Cafe Mentari.

*****

Suara notifikasi chat masuk ke dalam ponsel Miya, sebuah kalimat bernada perintah membuat ia tersenyum karena insting nya memang benar.

"Masuk lagi ke cafe, ada yang mau di omongin" kata Miya.

"Lah terus misi kita?" tanya Kevin bingung.

"Tetap berjalan."

Tidak mau berdebat, akhirnya mereka kembali memasuki cafe dan memilih menuju roof top cafe, tempat yang sedikit privasi. Sebelum itu Miya membalas chat tadi memberi tahu pertemuan mereka.

Roof top cafe.√√

Terbaca. Misi kali ini berubah, tidak sesuai rencana sebelumnya.

Sepi. Itulah gambaran suasana roof top cafe Mentari. Hanya ada beberapa kursi dan meja yang di tata rapi di setiap pinggirnya, maklum saja karena tempat ini hanya di gunakan ketika acara tertentu atau memang ada yang memesannya secara khusus. Jadi wajar jika hari ini terlihat sepi karena tidak ada yang memakainya.

Mereka berempat duduk di dekat pagar pembatas lumayan jauh dari pintu, karena selain lebih terlihat pemandangan mereka juga tak ingin ada yang mengetahui hal ini walaupun itu hanya kecil kemungkinan.

Kevin dan Miya yang datang terlebih dahulu tak lama di susul oleh Erik dan Roni. Awalnya Miya menatap tajam Erik sepupunya, namun ia sadar jika marah pun percuma karena dari awal seharusnya ia tahu jika sepupunya itu sangat peka pada sekitar.

"Jadi maksud lo berdua ngikutin gue tadi kenapa?" Kevin membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan karena ia yakin mereka berdua tak akan membuka mulut terlebih dahulu.

Roni menatap Kevin, "sebelumnya sorry kalau tindakan kita ganggu lo, kita cuma penasaran kenapa kalian memilih menjalankan misi berdua tanpa yang lainnya."

"Seharusnya lo berdua tau kalau apapun yang kalian tutupi gue pasti tau, gerak-gerik kalian emang keliatan biasa aja bagi yang lain, tapi nggak bagi gue." Iya, mereka seharusnya mengetahui itu. Ucapan Erik barusan seolah menyadarkan.

Miya menghembuskan nafasnya secara kasar, "gue cuman nggak mau kalian terlalu banyak terlibat atas kejadian yang bersumber dari gue."

"Mi, lo harus ingat. Gue pernah bilang dari dulu, apapun masalah yang bersangkutan sama lo ataupun Thalia, gua harus ikut andil dalam hal itu." Erik menatap tajam Miya secara intens. Walaupun Erik terlihat berlagak cuek, namun ia peduli akan keselamatan Miya dan Thalia. Mereka berdua adalah dua wanita yang harus ia jaga selain ibunya sendiri.

"Gue emang bukan kakak kandung lo, gue cuman kakak sepupu lo. Tapi amanah yang nyokap lo bilang harus gue patuhi."

Miya terdiam, begitu juga Kevin. Tak ada yang membuka suara, Roni hanya bisa menatap Erik dari samping. Sahabatnya ini terlihat cuek di luar, namun ternyata di dalam hatinya ia sangat peduli.

"Iya, gue minta maaf." Miya menunduk, ia masih sedikit merasa bersalah.

"Gue juga minta maaf," ucap Kevin. Karena apapun itu, ia pun merasa ini salahnya juga.

"Oke, nggak masalah asal gue sama Roni ikut andil soal misi kalian kali ini. Kalau emang kalian nggak mau ngebebanin banyak orang untuk sekarang, cuma kita berdua yang tau hal ini selain kalian."

Roni yang mendengarnya mengangguk tanda menyetujui. "Kita bisa susun rencana sekarang, gue jamin nggak akan ada yang tahu soal ini selain kita berempat. Kalian belum nyusun rencana secara mateng kan?" tanyanya.

Kevin dan Miya mengangguk membenarkan hal itu.

"Oke kalau gitu sekarang waktunya nyusun," sambung Roni.

Miya kembali mengangkat kepalanya yang semula menunduk, ia akan menyimak dengan baik begitupun Roni, sedangkan Kevin dan Erik bertugas memikirkan rencana mereka.

Dari diskusi yang sudah di mulai, Kevin berencana untuk ke rumah Thalia bersama Miya, mereka memang tahu bahwa gadis itu tidak ada di rumah, namun mereka hanya memastikan apakah Leon sedang berada di rumah Lala atau tidak, bersyukur rumah Lala memang tepat berada di depan rumah Thalia.

Sedangkan Erik dan Roni bertugas memantau tempat yang biasa Leon kunjungi, kecil kemungkinan mereka di curigai karena Leon tidak mengenal mereka berdua apalagi dengan menggunakan helm full face yang akan menutupi wajah mereka.

Karena waktu sudah hampir senja, mereka memutuskan untuk menjalankan misi yang sebelumnya sudah di diskusikan terlebih dahulu. Untuk misi selanjutnya mereka akan pikirkan lagi.

Mereka semua beranjak dari kursi masing-masing. Erik dan Roni turun terlebih dahulu karena banyak tempat yang harus mereka kunjungi dimulai dari sekolah tempat Leon menjadi pembina, lapangan futsal terdekat, cafe-cafe terdekat, dan tongkrongan lainnya.

Kevin dan Miya menyusul dari belakang. Untung saja hari ini mereka memakai mobil papanya Kevin, jadi tidak terlalu mencurigakan, namun masih harus memantau dengan jarak yang sedikit jauh.

*****

Sebenarnya mereka berdua tidak begitu mengetahui di tempat mana saja Leon biasanya berada selain di rumah dan sekolah tempatnya menjadi pembina, di tambah lagi kota Jakarta yang luas makin menyulitkan mereka menemukan satu sosok manusia hidup.

Erik dan Roni sudah mengunjungi beberapa tempat dekat kawasan rumah atau sekolah Leon yang biasanya menjadi tongkrongan anak-anak muda di wilayah itu, namun mereka belum menemukan sosok yang mereka cari.

Karena sebentar lagi matahari akan tenggelam, mereka memilih untuk beristirahat di masjid terdekat selagi menunggu Adzan Maghrib berkumandang.

Dengan nafas yang Roni keluarkan secara kasar ia bergumam. "Nyari orang hidup susah juga ya."

"Kalau nyari orang mati yang tinggal ke kuburan," timpal Erik tidak terduga.

"Gila, Lo bisa ngelucu juga ternyata," Roni tak percaya bahwa temannya yang satu ini merespon gumamnya barusan, biasanya ia tak peduli dengan ucapan yang ia rasa tidak penting.

Erik mendengus. "Gue nggak ngelucu, tapi faktanya memang begitu."

"Iya juga sih," kata Roni sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Padahal tadi pagi ia sudah keramas.

Hampir 10 menit mereka berdua hanya duduk di teras masjid, orang-orang pun mulai berdatangan dan beberapa dari mereka menyuruh Erik dan Roni untuk segera masuk mengingat Adzan yang terhitung 5 menit lagi akan di kumandangkan.

Setelah masing-masing dari mereka menghabiskan air mineral satu botol dan membuangnya ke tempat sampah, Erik terlebih dahulu beranjak menuju tempat wudhu di susul Roni di belakangnya.

Kumandang adzan terdengar ketika mereka berdua telah menyelesaikan wudhu nya. Tak ingin terlambat, mereka pun bergegas memenuhi barisan yang terlihat sudah penuh.

10 menit berlalu, setelah shalat selesai dilanjutkan dengan do'a dan dzikir, Erik dan Roni berjalan ke luar masjid. Hal pertama yang mereka pikirkan setelah keluar adalah motor, mereka mengkhawatirkan salah satu barang berharga miliknya di ambil dengan cara yang tidak baik mengingat akhir-akhir ini banyak menyebutkan bahwa pencurian sepeda motor sedang marak terjadi, pencuri tidak melihat di mana motor itu di parkirkan sekalipun di tempat suci seperti tempat ibadah.

Melihat apa yang di khawatirkan masih ada, mereka berdua bernafas lega. Buru-buru mereka duduk dan memakai sepatu masing-masing.

"Sekarang gimana? Mau di lanjut sekarang apa besok?" tanya Roni sambil memakai sepatu sebelah kirinya.

Erik menoleh lalu memakai kaos kaki sebelah kanannya. "Gue rasa besok di lanjut aja, udah malem juga kita istirahat dulu."

Selesai memasangkan kedua kaos kaki dan sepatunya masing-masing mereka beranjak dan bergegas menuju motor masing-masing namun di tengah jalan Erik berhenti mendadak yang membuat Roni tak sengaja menabrak punggungnya.

"Astaghfirullah, jidat lebar gue." Roni meringis, mengusap-usap jidatnya pelan. " Kalau mau berhenti itu kode dulu kali bang, gimana sih. Jidat gue jadi korban nih."

Tak menghiraukan celotehan temannya, Erik menajamkan penglihatannya. Ia menatap sepasang pengendara yang melintas di depannya, meskipun langit sudah gelap tapi pencahayaan di jalan raya sangat terang karena beberapa lampu yang terpasang di pinggir jalan.

Wajah mereka terlihat jelas ketika tak sengaja mereka menoleh, untung saja sepasang remaja itu tidak mengenali Erik ataupun Roni apalagi sang pengendara hanya fokus ke jalanan dan sesekali merespon ucapan penumpangnya.

"Ikut gue sekarang!" Perintah Erik.

Setelah mulai merasa aman dengan jidatnya, Roni pun mengikuti Erik yang sudah memakai helmnya, namun seketika Roni tersadar. "Loh bukannya kita mau pulang?"

"Misi di lanjut!"

Tak ingin memperpanjang obrolan yang nantinya akan memakan waktu, Roni lebih memilih mengikuti Erik yang sudah bersiap melajukan motornya meninggalkan lapangan parkir masjid.

Roni menyusul Erik di belakang, sebelum itu ia sempat berfikir. Tadi ngapain gue mikirin jidat yang kepentok punggung Erik ya, perasaan nggak terlalu sakit. Anjir gue jadi lebay gini, ketularan virus Beni sama Tito ini. Ia pun menggelengkan kepalanya berulang kali dan kembali fokus mengendarai motor mengikuti Erik yang ternyata sudah lumayan jauh di depannya.

*****

Comeback again 😁. Maaf yang sebesar-besarnya sering banget terlambat update, nggak tau kenapa waktu berusaha mikir buat lanjut cerita ini itu yang ada malah ide cerita baru yang keluar, alhasil banyak banget sinopsis buat cerita yang lain dan nggak menemukan ide cerita untuk cerita ini. Alhamdulillah beberapa hari yang lalu akhirnya ide untuk lanjut cerita ini muncul juga, tanpa menunggu waktu langsung ku tulis tapi karena kuota sudah di ujung batas akhirnya baru bisa update sekarang. Maafkan ya 😁

Untuk para pembaca yang masih stay di cerita ini aku ucapkan terimakasih, jangan lupa vote dan komentarnya. Do'akan supaya cerita ini cepat terselesaikan dan nggak gantung terus, hehe.

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...
264K 25.1K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
528K 57.2K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 224K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...