Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 27

300 12 0
By AnyaNurand28

Semenjak mengetahui bahwa Lala si gadis polos menjadi sasaran Leon untuk menguntit mereka, Miya dan Kevin yang memang sangat mengetahui siapa Leon di masa lalu terlihat marah besar.

Selepas mereka pergi dari kantin, Kevin dan Miya berniat mencari tahu penyebab Leon terus saja mengusik kehidupan mereka. Entah kenapa mereka berfikiran ada hal lain yang membuat Leon seperti ini.

Hari ini memang keberuntungan bagi mereka, bel tanda pulang tiba-tiba saja berbunyi menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar walaupun belum pada waktunya. Pasti akan ada rapat mendadak mengenai kegiatan pertandingan persahabatan yang di adakan beberapa minggu lalu.

Selain lebih teliti mencari siapa sang pemenang di setiap cabang perlombaan, pertandingan ini menjadi penentu untuk mengikuti PON yang akan diadakan tahun depan. Pemenang di setiap cabang olahraga akan di pilih untuk mewakili daerahnya dan akan kembali di seleksi bersama daerah lainnya untuk mewakili provinsi DKI Jakarta.

Tidak ada yang mengetahui misi Miya dan Kevin, karena mereka tidak ingin lebih merepotkan yang lainnya. Mereka sadar bahwa awal mula kejadian ini karena kisah mereka bertiga yang di masa lalu. Sebut saja cinta segitiga antara Kevin, Miya dan Leon.

Keterlibatan teman-teman yang lainnya membuat mereka berdua  tidak enak hati, apalagi ketika Leon juga mengincar Thalia dengan alasan dendam karena tidak menyetujui hubungan Miya dan Leon. Tapi Kevin menyadari satu hal bahwa alasan Leon mengincar Thalia bukanlah itu, sebab yang ia ketahui Leon adalah tipe orang yang tidak perduli akan pendapat orang lain, Kevin yakin ada hal lain yang Leon maksud.

"Surganya anak sekolah ya ini," celetuk Bimo ketika mereka semua sedang berjalan ke arah parkiran.

"Waktunya mabar ini," timpal Darrel.

"Kuy!" balas Thalia dan Jhonson bersamaan. Tolong jangan lupakan kecintaan mereka terhadap game meskipun pada situasi seperti ini.

"Wah asyik nih, gue ikut ah" kata Beni.

"Apaan lo? Mau ikut? Plis deh lo main cacing aja masih sering nabrak dan sekarang mau ikut mereka? Lo nggak tau sih apa yang mereka mainin?" ujar Tito

"Gue yakin mereka juga suka main cacing, iya kan?" tanya Beni.

"Sorry nih ya, kalau gue lagi mau naikin rank. Mau ikut lomba, lumayanlah uangnya," timpal Darrel.

"Alah so iya lo, main sama gue aja kalah terus," celetuk Jhonson.

"Anjir lo mah udah tahap senior sama Thalia. Nah gue kan masih junior."

"Kalau main cacing sama gue aja, kita mabar," sahut Bimo.

"Ah Bimo, lo emang so sweet deh, aku kan makin sayang." Beni bergelayut manja di tangan kiri Bimo, dengan mata bulatnya yang sengaja di kedip-kedipkan.

Dengan tangan kanannya , Bimo mencolek-colek pipi dan dagu Beni. "Uluh uluh kok kamu makin gemesin sih."

2B yang menggelikan.

"Ember mana ember, pengen muntah gue." Dengan gaya di buat-buat, Tito seperti mencari-cari dimana keberadaan ember.

"Emang kurang sehat mereka," ucap Erik pelan.

Thalia menatap Geli ke arah Beni dan Bimo yang saat ini seperti sepasang kekasih, tak ingin lama-lama melihat Thalia lebih memilih memalingkan wajahnya dan berhadapan dengan Miya juga Lolita. "Kalian berdua temenin gue ya, nggak enak gue kalau cewek sendiri," ujarnya.

"Gue always nemenin lo selama ada Reno." Untuk Lolita apapun yang berkaitan dengan Reno dia akan selalu siapa sedia.

"Dasar bucin," cibir Miya.

"Lo gimana Mi?" tanya Thalia.

Mendengar pertanyaan itu, Thalia segera berfikir alasan apa yang harus ia buat agar tidak menimbulkan kecurigaan. Tiba-tiba satu ide terlintas di pikirannya.

"Sorry ya kayaknya gue nggak bisa, lo tau kan adek gue lagi rewel karena sakit." Untung saja ada alasan kuat yang bisa meyakinkan mereka dan tidak menimbulkan kecurigaan.

Maaf dek, aku memanfaatkan mu sebentar saja.

"Oh iya gue lupa. Gue do'ain adek lo cepat sembuh ya." Menguntungkan, Thalia ingat ini.

"Kalau sembuh nanti gue ajak jalan-jalan," kata Lolita menyambung.

"Oke. Makasih ya semuanya kalau gitu gue duluan," pamit Miya.

"Oke," ucap Thalia dan Lolita bersama.

Tak lupa kali ini dia pun harus berpamitan pada yang lain. "Semuanya gue duluan ya."

Sebagai jawaban mereka kompak berucap 'iya' dan 'hati-hati' persis seperti paduan suara yang sedang berlatih.

"Miya kemana? Tumben nggak ikut kumpul?" tanya Jhonson mewakili teman-temannya yang terlihat kepo.

"Jagain adek nya yang sakit, dia suka rewel kalau bukan sama Miya."

"Oh." Mereka semua mengangguk sebagai respon ucapan Thalia barusan.

Sekarang tinggalah Kevin yang mencari alasan bagaimana dia bisa pergi, jika berbarengan dengan Miya pasti mereka akan curiga, apalagi semenjak Kevin dan Miya baikan dan saat ini terlihat sangat dekat.

Mungkin Tuhan memang tengah berbaik hati padanya, ketika mereka sampai di parkiran tiba-tiba ponsel Kevin berdering. Awalnya mereka semua celingukan mencari sumber suara yang ternyata berasal dari saku celana Kevin.

"Bentar ya gue angkat telepon dulu."

Setelah izin, Kevin mengangkat telepon itu, suara teman-teman yang lainnya senyap seketika. Entah menghormati atau bisa jadi kepo apa yang dibicarakan Kevin dengan si penelepon.

"Iya pah kenapa?"

"Kamu kapan pulang?"

"Ini lagi mau pulang."

"Papa bisa minta tolong?"

"Bisa."

"Gini, mobil papa mogok sedangkan papa lagi ada meeting penting sama klien. Kamu bisa jemput papa di bengkel biasa? Papa pinjem mobil kamu, nanti kamu tunggu mobil papa kalau selesai boleh kamu pake"

"Ya udah sekarang Kevin kesana, papa tunggu aja di situ."

"Oke, thank you boy."

"You are welcome dad."

Tepat setelah telepon terputus, Kevin memperhatikan teman-temannya satu persatu. "Sorry nih gue nggak bisa ikut gabung, mobil mau di pinjem sama bokap dan gue harus nunggu mobil bokap yang lagi di benerin."

"Oke nggak masalah, kalau udah selesai lo boleh nyusul," kata Jhonson.

"Siap, kalau gitu gue duluan."

"Yo. Hati-hati."

Kevin mengangguk dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi, ia bernafas lega karena bisa melaksanakan misinya secepat mungkin agar bisa mengetahui tujuan Leon lebih detail.

Jika menurut Kevin semuanya aman tanpa ada yang mengetahui selain dirinya dan Miya itu salah besar, Kevin tidak tahu jika sedari tadi gerak-geriknya terbaca oleh Erik. Apa Kevin lupa jika Erik juga yang membaca gerak-gerik mencurigakan Lala tadi di kantin.

"Ron gue rasa ada yang nggak beres?" bisik Erik pelan.

"Apaan?" tanya Roni penasaran.

"Gue curiga ada sesuatu yang di sembunyikan Kevin sama Miya dan gue yakin ini ada sangkut pautnya sama Leon." Ia berusaha untuk tidak terlalu menimbulkan suara yang jelas.

"Perasaan lo dari tadi curigaan mulu, tapi nggak tau kenapa gue percaya sama insting lo itu," ucap Roni meyakinkan.

"Ikut gue!" kata Erik menggerakkan bibirnya tanpa suara.

Paham akan ucapan tanpa suara Erik, Roni pun melakukan hal yang sama. "Mereka gimana?"

"Gampang, bilang aja ada barang yang ketinggalan," ucap Erik berbisik.

"Oke," kata Roni tanpa suara.

Karena mereka sedang sibuk sendiri, pergerakan Roni dan Erik tidak ada yang mengetahui. Roni yang bertugas mengalihkan perhatian bersiap-siap.

"Mampus gue," kata Roni sambil menepuk jidatnya.

"Napa lo?" tanya Tito.

"Earphone gue ketinggalan di bawah meja. Gue ambil dulu ya, kalian kalau mau duluan nggak apa-apa, entar gue nyusul."

"Kebiasaan emang lo main tinggal-tinggal," ujar Tito.

"Sakit dede bang di tinggalin terus," timpal Beni.

Krik. Krik. Tak ada yang merespon ucapan Beni, sampai akhirnya ia sendiri yang bersuara kembali. "Jahat," katanya.

"Gue temenin, sekalian mau ke toilet," ujar Erik tiba-tiba.

"Makanya mas minum jangan banyak-banyak, beser kan" ucap Tito.

"Setau gue kalau minum banyak justru sehat," kata Beni.

"Yang dia minum itu jus sama air es bukan air putih, sehat dari mananya Beben," tukas Tito.

Erik membiarkan kedua temannya itu berdebat, ia lebih memilih memalingkan wajahnya dan berhadapan dengan Jhonson. "Jho, gue titip dua tuyul ini ya. Kalau emang mereka buat ulah, usir aja."

"Siap!" tegas Jhonson.

"Jangan malu-maluin di tempat orang, kalau liat makanan jangan rakus, jangan rebutan," ujar Erik.

Beni dan Tito mengangkat tangannya seolah sedang hormat. "Laksanakan pak bos."

"Gue kok kayak ngeliat bokap lagi nasehatin dua anak kembarnya ya," celetuk Darrel.

"Terharu gue," Bimo lebay.

"Berisik, buruan masuk mobil atau gue tinggal," ancam Reno.

"Galak amat mas, dari tadi diem, kok sekali ngomongnya jahat sih," Bimo kembali berulah.

"Fix gue tinggal," kesal Reno.

Disaat semua orang hendak berangkat, Thalia memergoki Lolita yang lagi-lagi tengah menatap Reno tanpa berkedip, tiba-tiba ide jahil terlintas di pikirannya.

"Lolita iler lo keluar tuh."

"Mana-mana?" Lolita panik dan segera menggerakkan tangannya di wajah, berniat hendak menghapus air liur yang Thalia bilang barusan. Namun sedetik kemudian.

"Hahahaha," Thalia tertawa sampai para pemuda yang berada di depannya melirik ke arah mereka berdua.

"Apaan sih lo? Ngerjain gue ya?"

Masih dengan di selingi tawanya, Thalia menatap Lolita yang sedang menekuk wajahnya. "Serius amat perasaan ngeliatin nya."

"Sst diem ah, malu gue." Raut wajah Lolita berubah 180 derajat. Tadi kesal sekarang pipinya berubah seperti tomat.

Tak cukup disitu, Thalia kembali mengeluarkan ide jahilnya.
"Reno?" Panggilnya dan orang yang di panggil pun berbalik. "Lo sama Lolita aja deh. Gue liat dia dari tadi diem terus, kayaknya lagi sakit deh, gue takut dia kenapa-kenapa,"jelasnya.

"Oke." Jelas tanpa bertele-tele.

Berbanding terbalik dengan Lolita yang mulai menegang, detak jantungnya berdegup sangat kencang, ia curiga apakah dirinya selalu mengidap penyakit jantung tiba-tiba di saat ada hubungannya dengan Reno.

Kalem Lolita, santai. Lo harus bisa bersikap biasa aja.

Melihat raut wajah Lolita seperti itu membuat Thalia ingin sekali menyemburkan tawanya lagi, namun ia tahan sebisa mungkin. Ia lalu menarik tangan Lolita untuk berjalan menyusul yang lainnya.

"Rel bawa mobil gue, kalau sampe lecet gue pastiin hidup lo kelar," kata Reno.

"Sadis," ucap Darrel.

"OTW rumah Jhonson kuy!" kompak Bimo, Tito dan Beni.

"Berangkat!" semua bersuara.

Mereka akhirnya berangkat setelah berkumpul sedikit lama di parkiran sekolah. Jhonson dan Thalia berada dalam satu mobil seperti biasa, Reno dan Lolita satu mobil di mobil Lolita, Darrel dan Bimo dengan mobil Reno, lalu Tito dan Beni dengan motor ninja nya masing-masing, mereka berbarengan meninggalkan area parkir sekolah.

*****

Jangan lupa tinggalkan jejak ⭐📲

Maaf jika masih ada typo, maklumkan ya 😁

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

818K 98.6K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
525K 57K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...