Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 24

268 12 0
By AnyaNurand28

Sebuah keberuntungan bagi Leon ketika mengetahui bahwa Thalia bersekolah disini, sudah pasti Miya pun ada di sini. Ketika akan menyusul Lala ke lapangan basket selepas teman-temannya selesai bermain, Leon tidak sengaja melihat seorang gadis tengah mendribble bola menuju ring, senyum misterius pun terbentuk di bibirnya dengan mata yang masih menatap tepat ke arah Thalia.

"La, kakak mau tanya boleh?"

"Tanya apa kak?"

"Kenal sama yang namanya Thalia? Kalau nggak salah dia siswi kelas 12."

"Kenal kak, dia pernah nyelamatin Lala waktu di labrak sama kakak kelas di kantin. Padahal aku nggak sengaja."

"Wow, cewek yang cukup berani," batin Leon. "Punya kontaknya?" tanya Leon.

"Buat apa kak? Hayoh kakak suka ya sama kak Thalia, tapi menurut aku lebih baik kakak mundur aja deh soalnya kak Thalia udah punya pacar."

"Nggak apa-apa dong sebelum janur kuning melengkung, hehe."

"Aduh, kakak beneran suka? Jangan ambil pacar orang deh kak, nggak baik. Cari aja yang lain, masa iya pada nggak mau sama kakak yang ganteng ini. Temen aku aja yang di sebelah kakak, suka pada pandangan pertama loh."

"Hah? Apa?" Nuri yang barusan menatap Leon seketika kelimpungan sendiri ketika mata dia tak sengaja bertubrukan dengan mata abu-abu milik Leon.

"Tuh kan kak, baru aja diliatin sama kakak gitu dia udah salting gitu."

"Apaan sih La, nggak lucu ah," ucap Nuri dengan pipi yang bersemu merah.

"Kalian masih kecil, jangan pacaran dulu. Fokus sama pendidikannya oke?" kata Leon.

"Siap kak," jawab Lala lantang, sedangkan Nuri hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Gagal sebelum perang ini mah namanya," batin Nuri.

"Bagus." Jeda sejenak dan memperhatikan suasana di sekitar. " Sebenarnya kakak bukan suka sama kak Thalia nya sih."

"Terus siapa?" tanya Lala semakin penasaran.

"Temennya."

"Oh jadi kakak mau minta bantuan kak Thalia buat deketin kakak sama temennya."

"Ya gitu," jawab Leon tak yakin.

Tidak ada suara yang menyahut lagi, Nuri yang berdiri di samping Leon seketika lemas mendengar penuturan bahwa cowok yang baru saja beberapa jam dia suka ternyata sudah menyukai gadis lain.

"Eh liat deh, Lala kok keliatan imut banget ya berdiri bareng sama mereka" ucap salah satu siswi dengan rambut sebahunya.

"Bukan imut, tapi jadi kelihatan pendek banget dia, wkwk" balas siswi di sebelahnya.

"Lah emang dia kan pendek."

"Jujur banget jawabnya."

Langsung saja mereka tertawa, tidak kencang namun cukup membuat seorang Leon menghampiri mereka.

"Nggak apa-apa pendek, yang penting hidupnya nggak suka nyinyir sana-sini. Lihat kalian aja keliatan pendek banget kalau gue diri di depan kalian." Kalimat itu dilontarkan Leon karena tak terima Lala di hina seperti itu. Tidak dengan nada kasar, namun dengan lembut sampai-sampai mereka hanya bisa menelan ludah secara kasar.

Memang benar, tinggi Leon yang mencapai 183 cm membuat dua siswi yang di perkirakan memiliki tinggi 158 cm terlihat pendek, bahkan Leon harus menunduk untuk menatap wajah mereka.

"Maaf kak, aku nggak maksud gitu kok."

"Aku juga nggak kok kak."

Mereka terkejut ketika seorang pemuda tampan menghampiri dan langsung berkata dengan nada menyindir, mereka berdua tidak menyadari jika obrolannya ternyata tertangkap oleh gendang telinga seorang Leon.

"Udah kalian mending pergi sebelum gue lapor ke sekolah karena masalah bullying. Sebelum pergi minta maaf dulu sama Lala!" kata Leon tegas.

Tak ingin mendapatkan hukuman yang mungkin akan berakibat fatal bagi mereka, dua siswi tersebut langsung menghampiri Lala dan menjabat tangannya sambil mengucapkan kalimat permohonan maaf.

"Maaf ya Lala, kita nggak maksud ledek lo kok."

"Maafin kita ya La."

"Iya nggak apa-apa, kenyataan nya aku emang pendek, hehe." kata Lala dengan nada bercanda untuk sedikit menghibur dirinya sendiri.

"Maaf banget La, kita permisi."

Mereka berlalu meninggalkan Leon, Lala dan Nuri. Sampai akhirnya di belokan menuju lantai dua mereka sudah tidak terlihat lagi.

"Lala udah sering di ledek pendek gitu?" tanya Leon ketika ia mengingat perkataan dua siswi barusan.

"Kadang sih kak."

"Olahraga sama temen kamu nih, dia baru kelas sepuluh aja udah keliatan tinggi. Berapa tingginya?"

"165 cm kak."

"Masih bisa nambah. Kamu La, jangan males-males kalau mau tumbuh tinggi."

"Iya kak."

"Oh iya La pinjem hp kamu sebentar, kakak mau chat temen kakak yang tadi pinjem hp kakak, takutnya nanti malah kebawa lagi sama dia."

Dengan polosnya Lala merogoh saku rok nya dan memberikan ponselnya kepada Leon, ia tidak tahu bahwa ada hal terselubung di balik itu semua.

Senyum misterius terbit di bibir Leon ketika dia menerima ponsel milik Lala, begitu mudahnya mendapatkan itu. Tanpa berlama-lama, dengan cekatan Leon mengetikan sebuah kalimat, selesai terkirim ia buru-buru menghapus riwayat chatnya dan langsung mengembalikan kembali ponsel itu pada Lala agar ia tidak menaruh rasa curiga.

"Terimakasih," kata Leon dengan senyum manisnya.

"Sama-sama," balas Lala dengan senyuman pula.

Nuri yang berada di samping kanan Lala seketika memegang jantung nya yang tiba-tiba berdegup kencang sambil menatap laki-laki yang berdiri di samping kiri Lala.

"Nggak baik buat jantung gue, gue harus bisa kontrol diri buat nggak ngeliatin kak Leon terus," batin Nuri.

*****

Cuaca cerah dengan langit yang berselimut awan menambah kesan keindahan suasana di sore hari ini. Seorang gadis cantik dengan pakaian casual nya tengah duduk di ujung taman kota. Hari ini tidak terlalu banyak orang yang mengunjungi taman , hanya beberapa saja yang terlihat tengah bersantai.

Sudah lama ia tidak merasakan suasana seperti ini, ia terlalu sibuk dengan sesuatu yang sudah menjadi candu baginya. Tak peduli kapan dan dimana, ia harus melakukan hal itu. Sesibuk apapun ia harus sempat melakukannya.

Hari ini ia akan bertemu dengan seseorang. Awalnya terasa aneh dengan pertemuan ini, namun ia berfikir mungkin saja ada sesuatu hal penting yang akan di katakan tapi tak ingin ada orang lain yang tahu.

Sudah sepuluh menit gadis itu menunggu, namun sosok yang akan menemuinya belum juga terlihat. Selang beberapa menit kemudian seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Terkejut? Tentu saja. Apalagi ketika seseorang itu ternyata bukan seseorang yang akan menemuinya.

"Ngapain lo di sini?" ucap gadis itu dengan sangat lantang dan dengan nada kesal.

"Santai dong jangan ngegas, gue kesini cuman mau ngasih tau satu hal sama lo. Ini tentang Jhonson, cowok lo."

"Gue nggak akan percaya sama apapun yang bakalan lo kasih tau ke gue, apalagi dengan alasan bahwa itu semua tentang cowok gue," ucap gadis itu masih mempertahankan nada kekesalannya.

"Kalau gue punya buktinya gimana?" tanya pemuda itu santai.

"Alah palsu, palingan itu bukti hasil manipulasi," kata gadis itu tidak percaya.

Ternyata tidak semudah itu membuat gadis di depannya percaya, untung saja orang suruhannya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan di tambah dengan bukti yang baru-baru ini ia dapatkan, gadis itu pasti akan memikirkan hal ini.

Tidak perlu buru-buru memberi tahu semuanya, langkah awal saat ini ia akan memperlihatkan sebuah video yang ia ambil baru-baru ini. Itu cukup untuk membuat gadis itu bungkam.

"Kita liat aja gimana reaksi lo pas gue kasih liat sebuah video."

Namun baru saja Leon akan mengeluarkan ponselnya, suara panggilan dari arah belakangnya menghentikan gerakan Leon.

"THALIA!"

Leon menoleh dan mendapati seorang gadis dengan laki-laki di sampingnya, jelas ia tahu siapa kedua orang tersebut. Tak memperdulikan hal itu, Leon langsung saja membuka berkas video di ponselnya dan mengklik satu berkas yang akan ia perlihatkan.

Belum sampai Leon memperlihatkannya pada Thalia, gadis yang tadi memanggilnya langsung menarik tangan Thalia dan membawanya lari dari hadapan Leon.

"Mi apa-apaan sih main tarik-tarik?" Thalia terus saja menggerutu karena ulah Miya ini, sudah tak terhitung berapa kali ia hampir terjungkal ke tanah.

"Ini bahaya Thalia, apa lo nggak nyadar?"

"Apaan sih? Kalau ngomong yang jelas dong."

Miya tidak merespon ucapan Thalia, ia terus saja menarik Thalia meninggalkan taman menuju pinggir jalan tepat dimana mobil Kevin terparkir.

"Leon ngejebak lo, paham?" ucap Miya sedikit lantang, ketika akhirnya mereka sampai tepat di samping mobil. Ia gemas sekali, kenapa di situasi seperti ini Thalia sedikit lemot.

Thalia berfikir, awalnya memang dia tidak terlalu yakin untuk datang ke tempat ini karena dirasa sedikit aneh akan pertemuan yang terkesan mendadak, di tambah dengan si pengirim pesan yang tidak biasanya mengajak bertemu empat mata.

"Lo kenapa pergi sendiri sih, biasanya lo paling males kalau di ajakin pergi sama gue atau Lolita. Kalau tadi ada sesuat yang terjadi sama lo gimana?" cerca Lolita. Ia terus saja menceramahi Thalia yang pemikirannya mulai loading. Di situasi seperti ini ia sempat-sempatnya pergi tanpa pengawasan siapapun.

"Ya itu kan Lala yang chat," bela Thalia pada dirinya sendiri.

"Lala? Jadi maksud lo?"

"Iya awalnya yang chat itu Lala, dia ngajakin gue ketemu katanya mau ngomongin sesuatu yang penting. Gue nggak tau kalau yang datang ternyata Leon, kalau dari awal gue tau dia yang dateng ogah banget gue nyamperin nya," jelasnya.

"Sialan, Leon mulai manfaatin Lala" batin Miya.

"Sekarang gue tanya, Leon udah ngasih tau lo apa aja sebelum gue sama Kevin dateng?" tanya Miya dengan menyelidik.

"Dia cuman bilang mau ngasih tau hal tentang Jhonson, awalnya gue nggak percaya karena emang gue nggak akan percaya sama omongan dia, tapi dia mau ngeyakinin gue dengan ngasih liat video, gue belum liat apa isinya karena keburu ditarik sama lo."

Untung saja Thalia belum mengetahui apa-apa. Miya tidak menduga sebelumnya jika kedekatan Leon dan Lala bisa membawa dampak yang dapat mengganggu Thalia. Apalagi kepolosan Lala membuat Leon dengan mudahnya dapat memanfaatkan nya.

"Sekarang masuk ke mobil!" perintah Miya.

Thalia membuka pintu penumpang sedangkan Miya membuka pintu pengemudi. Setelah pintu di sisi kanan dan kiri itu tertutup, Miya menelpon seseorang terlebih dahulu.

Sambungan pertama langsung terhubung, namun belum mendapat jawaban, selang beberapa menit baru terjawab dan Miya segera memberi tahu lokasi pertemuan mereka.

"Gue tunggu di cafe kakak lo."

Sambungan terputus, Miya segera melajukan mobilnya menuju lokasi pertemuan mereka.

*****

Dua pasang bola mata yang saling berpandangan dan mengeluarkan aura yang berbeda. Tatapan tajam dan tatapan seolah bertanya terlihat dari sorot keduanya.

"Maksud lo apa ngajakin Thalia ketemu secara empat mata, gue tau pasti lo mengatasnamakan Lala," ucap Kevin sedikit berapi-api

"Bukan urusan lo, lagian ini nggak ada hubungannya sama lo ataupun Miya," jawab Leon santai.

"Ini urusan gue, karena apapun yang menyangkut tentang Thalia dan Miya semua jadi urusan gue juga."

"Hahaha, sorry nih ya emang lo siapanya mereka terkhusus Thalia? Pacar bukan, abang bukan, cuma temen kan? Jadi jangan banyak ikut campur deh."

"Suka-suka gue dong," balas Kevin tajam.

"Apa jangan-jangan lo masih suka Thalia? Aduh bro lo belum move on ternyata."

"Tau apa lo tentang perasaan gue?"

"Jelas gue tau. Lo pernah suka Thalia dan di tolak karena bayang-bayang di masa lalunya juga karena Miya sahabatnya itu suka sama Lo lebih dulu."

Miya? Suka sama gue duluan? Pernyataan macam apa itu?" Batin Kevin.

"Jangan so tau deh lo."

"Hahaha, sorry lagi nih ya. Gue rasa gue lebih tau semua tentang Thalia dan Miya dibanding lo. Jadi gue sempet mikir sebenarnya temen deket cowok mereka itu lo apa gue."

"Jangan banyak bacot lo," kepalan tangan Kevin sudah melayang tepat di depan wajah Leon sebelum akhirnya ponsel Kevin berdering pertanda panggilan masuk.

"Arghh, sialan." Kevin menjauh dari Leon, ia menatap Leon dengan berapi-api. "Urusan kita belum selesai."

Beda dari Kevin yang terlihat marah besar, Leon justru terkekeh seolah itu hanyalah sebuah lelucon.

Menjauh dari tempat sebelumnya, Kevin berhenti di pinggir jalan dan langsung menerima panggilan tersebut.

"Kenapa?"

"....."

"Gue ke sana sekarang."

Kevin langsung menyetop taksi yang kebetulan lewat di depannya, ia memberitahu kan kepada supir lokasi yang ia tuju. Tak lama, taksi langsung melaju membelah jalanan ibu kota.

*****

Maaf atas keterlambatan updatenya dan terimakasih untuk yang masih setia menunggu 🤗

Jangan lupa vote dan komennya ya teman-teman ⭐📲

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

399K 48.8K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5M 284K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
287K 3.9K 10
INTINYA JN HAREM BERMEKI/BERMEMEK ONLY ONESHOOT OR TWOSHOOT. BXB AREA‼️ JENO : SUB JAN SALPAK SALPAK? JAUH² SNA MOHON BIJAK DLM MEMBACA. HOMOPHOBIC G...
2.4M 130K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...