Dunia Abu-abu

By kadallilah

70.3K 8.7K 869

Aku tidak buta warna. Aku tahu bagaimana indahnya pelangi. Aku pernah merasakan sinar matahari yang menyilau... More

1. Pilot
2. Kara
3. Take her home
4. Her story
5. Penyakit?
6. Pindah
7. Piknik
8. Tinggal sama Abang
pengumuman
13. Laut
14. Iseng
15. Luntur
16. Pergi
18. Curhat sama Bocil
19. Back
20. Ketemu lagi
21. Bukan salah aku
22. Banyak tanya
23. Yeay
24. Teman
25. D-day
26. Damar
open Q&A

His Story

1.9K 246 9
By kadallilah

Maap part Q&A kemarin belum dibikin, sumpah ngerasa gak ada waktu akhir2 ini :(

Dan, gak tau kenapa tbtb ide menulis ini muncul, jadi daripada mubazir, kumenulis ini di sela-sela waktu istirahat.

Enjoy, and hope you like this one 😘

******

*****

Ah Indonesia, agak sedih sebenernya kalau dengar nama negara itu. Negara tempatku akan pulang.

Rasanya bandara siang ini akan menjadi tempat paling mengerikan. Aku seperti tak ingin turun dari pesawat untuk menghadapi kenyataan.

Yeah, ada kenyataan pahit yang harus kuhadapi di negara ini, Indonesia.

Tapi aku belum sampai situ, aku belum ingin menceritakan kepahitan apa itu.

Aku hanya ingin menenangkan diri sebentar, menyiapkan diri untuk menghadapi semua itu.

Mataku yang sedari tadi terpejam, perlahan kubuka, Capt Yousef menginformasikan kalau kami sudah mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Sengaja menunda, aku membiarkan beberapa penumpang turun duluan, aku memang ingin jadi penumpang terakhir yang turun. Bukan ingin memperlama adikku yang menunggu, hanya saja... aku tak tahu apakah aku akan kuat atau tidak.

*****

Mobilku berhenti, dari tempatku diam ini sepertinya berjarak kurang lebih 30 meter dari rumah yang kutuju. Ett, bukan, bukan tuju, bukan singgah ataupun mampir, hanya ingin diam sejenak untuk melihat.

Rumah itu terlihat sepi dari luar, sore ini mungkin memang tidak ada siapa-siapa di rumah itu. Jadi, aku langsung menjalankan mobil lagi, segera melajukan mobil ke tempat ke dua.

Selang satu jam, aku tersenyum, rumah yang satu ini tidak sepi, tapi aku bisa melihat bagaimana sahabatku ini duduk di ayunan kayu di halaman rumahnya, menggendong bayi berusia sekian bulan dan sambil tertawa-tawa.

Ahhh, Kalya. Dulu, saat hubunganku dengan pacar yang sudah selama 4 tahun berakhir tragis, kukira aku akan bisa bersamanya, karena aku malas kalau harus mengenal orang baru. Aku senang dengan orang yang mengenalku luar-dalam seperti sahabatku ini.

Tak hanya memantau dari jarak sekian puluh meter, aku memajukan mobilku tepat di depan rumahnya, lalu turun untuk sekedar menyapa.

"Assalammualaikum!" Sapaku.

"Ehh ada Om Damar!" Seru Kalya, ia tak turun dari ayunan, hanya senyum kepadaku, jadi aku mendekat ke arahnya.

"Sumringah amat, Neng?" Tanyaku.

"Hari ini gue dapet surprise dari anak gue!"

"Apaan?" Aku penasaran, apa yang bisa diberikan anak kecil ini kepada sahabatku?? Ia bahkan belum bisa mengurus dirinya sendiri kan?

"Kata pertamanya keluar, dia bilang ma-ma!" Jelas Kalya nampak bahagia.

Kebahagiaan yang ia rasakan menular, aku langsung tersenyum pada anak kecil yang sedang menikmati hembusan angin saat berayun ini.

"Udah mau maghrib, masuk sana lo, gak ngeri apa di luar gini??" Tanyaku.

"Kita berdua lagi nunggu Aiden, mau nyambut gitu maksudnya, eh elo yang nongol, dari mana mau ke mana lo?" Ia malah balik bertanya.

"Balik kerja, lagi pengin mampir aja."

"Pengin minta makan ya lu?? Gue masak sih hari ini, abisnya tadi siang Aiden bilang pengin makan masakan rumahan, jadi deh gue belanja terus masak, beres... main deh sama anak." Jelasnya dengan nada bahagia.

Lagi-lagi aku tersenyum, ikut bahagia melihatnya selalu bahagia, selalu jadi Kalya yang ceria, songong dan apa adanya.

"Masak apa lu?" Tanyaku.

"Sosis asam-pedas, telor dadar, tumis brokoli, sama tahu-tempe, tambah smoothies sih buat anak gue."

"Rame amat?"

"Biar semangat makannya bro!"

Adzan maghrib berkumandang, tepat dengan kami menoleh karena mendengar suara mobil yang berisik parkir di halaman rumah. Suaminya Kalya pulang.

"Ehh, ada Damar!" Sapa Aiden ketika ia mendekat, ia langsung mengulurkan tangan, aku pun menjabatnya, setelahnya ia menghampiri Kalya dan anaknya untuk mengecup pelipis kedua gadis ini.

"Masuk ayok, maghrib!" Seru Aiden.

"Yuk, Mar!" Sahut Kalya, aku mengangguk dan mengikuti keluarga bahagia ini masuk ke dalam rumah.

"Mau langsung pada makan apa solat dulu?" Tanya Kalya.

"Bebas." Jawabku.

"Solat dulu aja dah." Ujar Aiden.

"Yaudeh, gue wudhu duluan yaa." Kataku langsung ke bagian dalam rumah yang sudah kuhafal ini.

***

Tinggal serumah dengan adik lelaki dan pacarnya itu seru, sumpah, mereka berdua ini masih polos kayaknya yaa. Apa-apa canggung banget. Beda banget kalo dibanding aku dulu sama... ah udah deh gak baik bahas mantan.

"Aku cuci sendiri aja!" Seru Adrian, adikku.

"Ya sekalian, kenapa sih? Sini udah lah aku cuciin, kamu gak mau banget aku cuciin!" Sahut Kara, pacarnya Adri.

Mereka pagi ini sedang berdebat, tadi Kara sengaja masuk ke kamar Adri saat Adri sedang mandi, mengambil pakaian kotor untuk kesalian dicuci, tapi Adri ngamuk, katanya baju dia ya dia yang cuci.

"Heh! Tinggal masukin mesin cuci doang loh itu, ribet amat perkara siapa yang masukin." Kataku ikutan.

"Tau nih Kak, Adri gitu banget!"

"Ya kamu, ngapain masuk-masuk kamar aku?"

Aku berasa punya dua anak tau gak, ribut mulu.

"Sini udah, Abang aja yang masukin, sekalian Abang juga ada cucian kotor." Kataku.

"Gaaak!!!" Keduanya serempak menolak.

"Kalian kenapa sihhh???" Kutinggalkan mereka berdua, aku sudah rapi mau berangkat kerja, daripada sakit kepala ngurusin mereka, ya mending aku tinggalin deeh.

***

Pulang kerja shift 1 tuh kadang bikin aku selalu mau mampir ke rumah mantanku, tapi kali ini aku menahannya, aku memilih menenangkan diri dengan berjoging di area olahraga yang disediakan oleh pemerintah kota ini.

Lari sekian keliling, aku beristirahat di bangku batu yang disediakan, agak kesel sih karena liat lapangan ini isinya lebih banyak yang pacaran dari pada yang olahraga.

Males ngeliat pemandangan begitu, aku membuka HP untuk mengetahui kabar group geng-an, mengetahui perkembangan terkini.

Rifan:

Vino:
Apa sih lu gak jelas

Putra:
Apa sih lu gak jelas (2)

Kalya:
Apa sih lu gak jelas (3)

Rifan:
Gini nih calon penghuni neraka, orang ngucap salam malah begindang

Vino:

Kalya:
Hahahahha anjirrrr

Me:
Gak kemana-mana nih?

Vino:
Mau kemana sih sayaang??

Rifan:

Me:
Serius anjirrrr kumpul yuuk

Kalya:
Masih siang Pak, suami masih kerja, gak ada yang nemenin

Vino:
Si @PutraP siap jadi Kalya +1 tau

Putra:
Apa sih lu???

Me:
Ohh maap Bu!

Rifan:
Punya makanan mevvah apa lu Mar ngajak ngumpul?

Dika:
Cuss atuh yuk
Gabut di rumah, mumpung Jihan lagi di rumah emaknya

Vino:
Mau nyeleweng ya lu? Astagfirullah Akhi

Dika:

Me:
Anjir ngakakk
Gimana nih woooy???

Jo:
Skip yaa
Sorry, lagi gak di Bogor

Kalya:
Pulang bawa oleh2 ya Bang

Jo:
Siapppp

Rifan:
Udah rumah gue aja cusss

Me:
Siappp
Malem yaak

Setelah mendapat kepastian, aku memasukkan kembali ponsel di tas kecil yang kubawa kemudian siap berlari lagi.

***

Teman-teman sudah pulang, hanya sisa aku, Rifan, dan Dika yang lagi ditinggal istrinya.

"Lo sering bolak-balik Jambi ngapain sih Fan?" Tanya Dika sambil minum jahe anget. Gilingan yaak dia, udah gak minum alkohol diganti jahe anget, kayaknya besok-besok minum temulawak terus lanjut curcumaplus biar makin sehat.

"Usaha dapetin cewek anying, perjuangan pisan."

"Siapa??" Tanyaku.

"Ada, pokoknya dia cewek yang gue mau, kalo gue nikah nih, pasti dia ceweknya."

"Yang dulu banget lo bawa pizza ke kostannya?" Tanya Dika.

"Iyaa!"

"Berjuang boleh Fan, tapi jangan terlalu, nanti sakit, dua temen lo nih contohnya."

"Siapa aja?" Tanyaku bingung.

"Ya elo sama Putra laah! Lo kan gak jadi sama Wilfa, Putra juga gagal dapetin Kalya." Aku menelan ludah mendengar dua nama wanita itu disebut.

"Ya kan dua temen gue itu mah udah gak ada harapan, gue mah masih, orang pacaran gue sama dia, liat dong stagram gue sering dia tag foto ke gue, di feed yaa, bukan story yang 24 jam ilang." Seru Rifan.

"Mantap, selama bisa diusahain, gas aja Fan, kalo gagal pun seenggaknya lo udah berjuang, jangan nyesel pokoknya usaha, nyesel kalo gak dapet karena gak berjuang."

"Lo perjuangin Wilfa gak sih Mar?" Tanya Dika menyauti ucapanku barusan.

"Gue udah usaha ke keluarganya, udah jelasin ke dia setiap detail rencana, udah mencoba bikin dia ngerti, tapi dia tetep pergi, mau apa lagi? Gue udah usaha, gue gak mau usaha gue malah bikin gue jadi tukang maksa, Wilfa berhak menentukan buat masa depannya."

"Lo tau Wilfa dijodohin? Suaminya itu mantannya jaman dulu?"

"Tau, makanya gue dateng ke nikahannya, karena tau seenggaknya Wilfa berakhir dengan orang yang pernah dia sayang, bukan orang baru. Gue cuma mau berdamai sama semuanya jadi gue dateng pas dulu."

"Cari pacar baru Mar!" Saran Rifan.

"Iye nanti,"

"Beneran nyari luuu!"

"Iyee, janji deh kalau ada yang masuk dihidup gue gak akan gue biarin lolos. Cukup 2 aja."

"2??? Siapa aja?" Tanya kedua ini berbarengan.

"Kepooo luuu!"

*******

"Adriaan??? Assalammualaikum?!" Terdengar seruan itu dari luar, entah siapa, karena sedang di kamar mandi, aku jadi buru-buru melilitkan handuk di pinggang untuk keluar.

"Adrian??? Ini Aila, nihhh!" Seru seorang wanita dari luar pagar tepat ketika aku membukakan pintu.

Aku tak mengenalnya, tapi ia tampak bingung melihatku.

"Eh? Salah orang yak? Maaf!" Ucapnya kikuk kemudian berbalik.

"Nyari Adri??!" Tanyaku dan ia langsung menghadapku kembali.

"Iya Mas, pindah rumah ya dia?"

"Masuk dulu aja Mbak, Adrinya belom pulang. Buka pager sendiri aja ya? Mau ganti baju nih!" Kataku agak risi juga cuma pake handuk begini, mana berhadapan sama cewek cantik, hehehe.

"Yeeee!" Seruannya terdengar bersamaan dengan suara pintu pagar yang terbuka.

Aku berganti baju, sekalian pakai pakaian rapi buat berangkat kerja dines malam, sambil mengingat-ingat perempuan di depan tadi, siapa yak?? Kaya kenal, tapi asing juga sih.

Selesai berganti, aku keluar kamar, langsung menuju ruang tamu, dan di sanalah dia, duduk celingak-celinguk bingung.

"Emm, hallo!" Sapaku.

"Iya hallo, bener ini kan rumahnya Adrian?" Tanyanya.

"Iya bener, tapi Adrinya belom pulang, mau nunggu?"

Ia terlihat berfikir sejenak, seperti menerawang lalu menjawab.

"Boleeh deeh!"

"Okee, bentar diambilin minum dulu." Aku bangkit dari sofa, ke belakang mengambilkannya minum lalu menelefon Adri, menjelaskan ciri-ciri wanita tersebut sambil menyuruhnya dan Kara cepet pulang.

"Temennya Adri?" Tanyaku sambil meletakkan gelas di atas meja.

"Emmm, kenalan doang sihh, belum masuk katagori temen."

"Ohhhh gituu, gue kakaknya Adri."

Ia hanya mengangguk sambil memberikan senyuman manis.

"Kenalan di mana?" Tanyaku saat ia hanya diam saja, bikin canggung

"Di kantor, udah lama." Jawabnya singkat

Kali ini giliran aku yang mengangguk sebelum menyautinya.

"Tadi gue udah telefon Adri, yang jawab ceweknya, katanya otw balik."

"Okeehhh!"

"Diminum... eh iya, siapa namanya?"

"Aila." Jawabnya kalem kemudian meraih gelas dan meneguk air di dalamnya.

"Gue Damar." Kataku memperkenalkan diri.

Tak lama, Adrian dan Kara datang, mereka langsung terlihat akrab, tapi entah kenapa aku memerhatikan kalau Kara agak kurang suka dengan Aila, cemburu mungkin??

"Dianter Bang Damar aja, Kak!" Seru Kara ketika Aila pamit pulang, ia meninggalkan mobilnya di taman komplek.

"Yuk!" Kataku, gak tau kenapa, kok pengin rasanya mengenal dia.

Aila agak bingung tapi ia setuju. Mengendarai motor ke depan, mau gak mau jarak aku dengannya jadi pendek, bikin aku nyium aroma tubuhnya yang terasa menyenangkan, menenangkan, wanginya manis agak eksklusif karena nyium wanginya kudu jarak deket.

"Makasi ya!" Ucap Aila ketika kami sampai di mobilnya.

"Driving this mazda feels like makin' love!" Aku spontan membaca sticker yang ada di kaca depannya, entah kenapa Aila langsung kikuk.

"Ehehehe itu adek gue yang nempel, jail banget emang."

"Lucu stickernya." Kataku.

"Makasi yaa!" Ucapnya sekali lagi.

"Iya, sama-sama, makasi loh udah bawain Adri oleh-oleh." Kataku, meskipun aneh aja gitu, dia gak deket sama Adri, bukan katagori temen, tapi mau aja gitu nganter oleh-oleh.

"Iya sama-sama juga, gapapa dari pada mubazir di apartment gak ada yang makan, jadi yaaa!"

Aku mengangguk, Aila kembali pamit, ia masuk ke mobilnya lalu membuka kaca depan, mengembangkan senyum manis sambil melambaikan tangan.

"Duluan yaa, Damar!"

"Yeah hati-hati!"

Aku langsung naik ke motor, pengin cepet-cepet pulang ke rumah, pengin kepo sama Adri, itu cewek siapa. Kira-kira, Adri punya nomor HP-nya gak ya???

*****

(Pengen share isi kepalanya Damar aja, males bikin work baru, jadi di sini aja)

Continue Reading

You'll Also Like

2.7K 696 72
Berlatar di benua antah-berantah bernama Manunggal; Ni'mal, pemuda culun dan lugu ini harus mengikuti sebuah sayembara demi menemukan satu-satunya ke...
52.6K 1.6K 48
Kumpulan daripada puisi-puisi hamba. Kritik dan saran dipersilahkan. "Komentar dari anda akan sangat berarti bagi saya:)"
Cemburu By Vee

Teen Fiction

1K 134 13
Persaingan antara Kim Taehyung dan Jeon Jungkook dalam mendapatkan cinta dari Gadis Cantik bernama Kim So Eun. Kim Taehyung yang merupakan Seorang Pu...
2M 123K 53
APA LIAT-LIAT? SINI MAMPIR! [π…πŽπ‹π‹πŽπ– 𝐃𝐔𝐋𝐔 π’π„ππ„π‹π”πŒ 𝐁𝐀𝐂𝐀!] [ NOTE. SEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT] GENRE : BUCIN...