Mylovelly

By chihamusen

504K 6.6K 189

Ini kisah tentang Alyra yang selalu sabar dan tetap tegar mencintai Axello yang mempunyai hati sekeras batu h... More

Pacar lama?!
Mantan temannya
Berusaha buat Lo?!
Siapa itu cewek?!
Ingat dia gak?!
Rela kotor deminya
Sahabat cowok terbaiknya
Iseng Pembalasan
Kacamata Hitam
Bukan selera gue!
Perasaan lebih
Masih Kangen
Sama yang Baru
Niat busuknya?!
Mimpi mustahil
Berhati malaikat?!
Sekalian Kencan.
Ambigu aturannya?!
Latihan praktek anu?!
Dibuat tak betah?!
Si mesum gila?!
Takdir atau nasib?!
Guru Privatenya
Benci atau suka?
Simpanan temannya sendiri?!
Apa maunya?!
Perintah Tuan?!
Kena jebakannya
Benda terlarang
Merasa kehilangan?!
Kekasih sebenarnya?!
Menipu perasaannya
Teman masa kecilnya.
Terasingkan perasaan
Sentuh atau Injak?!
Teman barunya
Saingannya
Pindah sebangku
Hukuman bersamanya.
Jawaban Cinta!!
Mengejar hati?!
Mewujudkan buktinya!!
Gebetan Baru
Permainan gila!!
Pasangan Resmi!!
Calon Mertua Idaman
Tak mengakuinya
Kencan serius!?
Masa lalunya?!
Terasa Berat Baginya
Bahaya mengancam?!

Terbayang gemas

652 45 11
By chihamusen

Happy reading!! Sorry kalau ada typo's bertebaran dimana-mana.

Ale hanya terdiam mengamati Alyra yang masih terlelap di ranjang klinik. Sebelumnya cewek itu lebih dulu tertidur pingsan di punggungnya saat menuju ke sini hingga mereka telah tiba pun Alyra belum juga sadar terbangun. Ale juga masih teringat perkataan dokter spesialis kesehatan itu saat Alyra sempat diperiksa olehnya.

"Untung anda segera membawanya dengan cepat jika tidak mungkin dia akan lebih parah lagi mengalami hal kritis yang berbahaya bisa mengancam jiwa keselamatannya." ucap dokter itu sambil membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot.

"Apa yang terjadi sama dia dokter kok, kayaknya serius banget?" Ale menautkan kedua alisnya penasaran. Sebenarnya ia tidak begitu peduli mau bagaimana pun kondisi Alyra saat ditangani oleh dokter dan suster perawat itu didalam sana ia hanya ingin sekedar mengetahuinya saja.

"Di lukanya ada sebuah racun yang ikut masuk. Jika kena pada bagian dada, mungkin darah dalam jantungnya akan membeku seketika dalam hitungan detik. Tak ada cara lain lagi untuk menolongnya. Dan itu benar-benar mustahil bagi kami juga untuk bisa mengembalikan kehidupannya yang baru,," Ale tertegun sebentar. Ia masih tidak menyangka akan hal itu. Jadi Alyra hampir mati karenanya? Kalau saja Ale yang kena tadi tertusuk tepat sasarannya yang hampir menembus tulang dadanya itu, mungkin dia sudah tak akan bisa bernapas lagi untuk yang terakhir kalinya bisa melihat semua hal berharga dalam kesempatan hidupnya itu.

"Kamu beruntung, syukur lah dia akan baik-baik saja setelah ini. Saya sudah kasih dia obat pereda sakit yang bisa mengurangi tekanannya itu." ucap sang dokter menepuk pelan pundaknya dengan tersenyum hangat dan berlalu meninggalkan Ale seorang diri yang masih termenung ditempatnya. Kilasan bayangan cewek merah itu muncul begitu saja melewati dalam pikiran kepalanya sampai dengan terakhir Alyra yang harus berada disini karena dirinya juga.

Dan disinilah ia berdiri sekarang masih menunggu Alyra untuk bangun dari pingsannya itu. Ale bisa saja membiarkan cewek itu dan pergi meninggalkannya begitu saja namun entah kenapa terasa agak berat baginya melakukan hal itu. Ale masih sedikit tidak tenang saat memikirkannya agak cemas tanpa disadari. Meski wajahnya selalu datar enggan menunjukkan perhatiannya yang lain.

Sampai akhirnya Alyra pun mulai terbangun sadar sejenak bergerak perlahan memegangi kepalanya yang terasa cukup berat pusing mendera. Alyra pun mendudukkan tubuhnya sebentar namun rasa sakit masih menghantamnya cukup keras dari dalam kepalanya. Mungkin reaksi obat itu sudah mulai berkerja saling berlawanan dengan sisa racun yang ada dalam tubuhnya itu.

"Lo mau balik ke rumah bokap?" tanya Ale bersikap seperti biasanya dingin dengan bersidekap didepan dada, sambil menatapnya begitu sinis. Dia tidak suka kalau Alyra akan kembali kerumahnya. Berharap Alyra tetap dengan keras kepalanya itu tidak akan pulang mengikuti sesuai permintaan sang Ayahnya.

"Emang Lo Sudi? Gak 'kan ngapain susah juga gue balik ke sana, kalau Lo masih benci sama gue, ya percuma entar yang ada Lo malah iri liat gue jadi ratu disana" balas Alyra menoleh ke arah samping pada cowok itu yang tengah berdiri dengan malas.

"Bagus. Gue gak perlu repot-repotlah ngurusin Lo!!" jawab Ale tersenyum remeh. Dengan rasa yang sedikit cukup puas saat mendengar jawaban Alyra seperti sebelumnya, menolak ajakan untuk kembali bersama.

"Dikira gue bocah dari rahim Lo apa eh?! Gue itu sebentar lagi bakalan jadi ibu buat anak-anak gue kelak! So, Lo jangan ikut campur deh! Bapak Lo pasti setuju sama keputusan gue!!" ucap Alyra tidak terima sedikit menyalak. Membuat Ale mulai sedikit terpancing emosinya menyimpulkan entah semua perkataan cewek itu akan selalu bersangkutan dengan ayahnya. Mengingat kedekatan Alyra dengan pria tua itu juga membuat Ale tidak terima bagaimana perlakuan Hisza menyayangi Alyra dengan perhatian yang lebih, dibandingkan dirinya yang selalu tak diacuhkan bahkan dianggap sebagai anak pembangkang.

"Apa! jadi Lo mau nikah sama bokap gitu maksudnya hah?! Bangsat sih Lo! Mau jadi ibu tiri macam apaan hmh?!" tanya Ale seakan menantangnya, walau sepenuhnya ia juga mulai emosi, Alyra pun sedikit berjangkit kaget dan menatap takut saat bentakan Ale disertai dengan pukulan keras dari tangannya pada tembok diruang itu. Ale juga tidak akan mungkin menyakiti cewek merah itu atau nyawanya akan ditukar langsung oleh sang ayah nantinya jika berani membuat Alyra sampai menangis darah. Tapi sebenarnya Ale sudah tidak perduli dengan ancaman sialan itu. Ia bisa saja melanggar peringatan keras dari ayahnya kalau Ale mau melakukannya sesuatu yang lebih pada Alyra. Ale hanya butuh lebih bersabar lagi jangan gegabah.

Alyra menghela napas lelahnya sebentar, sambil memutar jengah matanya. Dia sudah terbiasa menghadapi sikap Ale yang kadang sering keterlaluan.  "Ya gitulah, terserah Lo aja maunya gimana emang baiknya hmm?" Alyra malah tersenyum kecil menatap Ale sedikit lucu. Menanggapi cowok itu dengan leluconnya yang sedikit disengaja, untuk membuat Ale agar lebih kesal padanya.

"Pilih muda atau tua?! Saran gue sih lebih baik pas disaat Lo udah tua aja! Biar setara muka penyek Lo itu, sama umur bokap gue!!" dengus Ale sinis dengan nada sarkasme. Alyra niatnya hendak bercanda saja, tapi pada dasarnya saja Ale memang terlalu serius membawa arah pembicaraan mereka yang selalu saja berujung terjadi pertengkaran dalam masalah sebesar apapun itu.

Alyra menghembuskan nafasnya kasar sambil melemparkan bantal ke arah Ale yang berhasil ditangkap cepat oleh tangan cowok itu. "Mulut Lo dijaga tuh! Sembarangan aja! Tapi... dulu sih gue emang pernah berencana mau jadi ibu tiri buat lo, tapi gak jadi deh karena gue masih kecil entar yang Papi Lo gak puas lagi,," Jeda Alyra sebentar, sembari menggaruk tengkuknya seolah-olah membenarkan dugaan ucapan Ale itu tadi, lalu kemudian tertawa sumbang mengudara.

Ale meremas bantal itu dengan cukup kuat melampiaskan amarahnya, dengan tatapan penuh tajam, seakan ia ingin sekali menutupi wajah menyebalkan dari cewek itu agar berhenti berbicara omong kosong didepannya sekalian Ale ingin sekali melayangkan nyawa hidup Alyra dibalik bantal yang berada ditangannya itu sekarang.

"Kalau emang dasarnya keturunan jalang sudah jelas akan tetap sama gak ada bedanya! Gak ada perubahan yang lebih baik kecuali hidup terlahir dengan nista! Selalu hina dan memalukan!!" decih Ale membuang bantal itu kembali ke arah Alyra dengan kasar tepat mengenai kepalanya yang terdorong kebelakang memaksanya untuk terbaring kembali karena ulah cowok itu.

Alyra sibuk merutuki tingkah Ale barusan, ia tidak tersinggung sedikit pun, walau ia tadi sempat terdiam sejenak sampai ia pun ikutan jadi marah.

"Gak semua orang yang lo sebut itu jahat. Dia masih punya hati. Cuma caranya aja yang terlihat disalah dimata lo mungkin, yang gak bisa ngerti setiap kebaikannya dibalik dari itu semua. Gue yakin Lo pasti akan nyesel banget suatu saat karena udah sejauh itu berprasangka buruk, tanpa tau akan kebenarannya." ucap Alyra cukup tenang ditempatnya memandang cowok itu yang tidak jauh darinya berdiri.

"Kebohongan apalagi yang lo sembunyikan? Satu kesalahan gak akan cukup buat selesaikan masalah yang dulu! Gara-gara nyokap Lo, Mama gue tega pergi ninggalin gue!!" tunjuk Ale penuh murka, ia hampir lepas kendali untuk menampar muka cewek itu. Tapi Ale juga tidak akan sudi tangannya harus kotor begitu saja jika bersentuhan.

"Stop! Lo gak bisa salahkan orang tua gue satu-satunya! Gue lebih suka Lo ngejelekin gue daripada Lo harus ungkit bunda gue yang udah tiada!!" Alyra menatap lebih tajam sama hal dengannya lelaki itu. "atau mungkin gue yang akan lebih nyesal lagi karena udah terlalu baik sama Lo!!" ucapnya kemudian, sambil Alyra memalingkan muka enggan untuk melihat Ale lebih lama lagi. Jujur Alyra hampir saja menangis dengan mata yang berkaca-kaca saat hatinya juga ikut teriris setiap jika perkataan Ale selalu saja menunduh keburukan bundanya.

Alyra hanya tidak sanggup jika mengingat kenangannya bersama sang bunda dulu apalagi Ale berani sekali menjelekkan Alyra tidak akan tinggal diam begitu saja dengan membisu walau tak ada banyak kata pembelaan yang keluar dari mulutnya untuk menyangkal membenarkan perkataan cowok dingin itu yang sama juga terlukanya.

Ale mengepalkan tangannya. "Sampai sini hutang gue anggap udah selesai!" Ale memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. "Sama-sama impas bukan?! Gue gak perlu ngucapin terimakasih sama Lo! Karena gue juga gak butuh Lo ada kali ini. Dan gue gak akan pernah ikhlas buat bantuin Lo selama bokap yang minta!!" tambahnya, sebelum benar-benar berlalu pergi meninggalkan Alyra seorang diri, dia berkata dengan lebih dinginnya membuat cewek itu sedikit tidak nyaman saat mendengarkannya.

"Nanggung banget tuh anak gak nganterin gue pulang sekalian! Sakit gini gimana mau balik. Dasar gak tahu balas Budi Lo namanya!" kesel Alyra bingung memikirkan nasibnya.

Alyra hanya bergeming cukup lama sampai ia tersentak begitu Bima datang menjenguknya dengan khawatir dan menawarkannya sebuah tumpangan untuk Alyra agar segera pulang dari klinik ini beberapa saat jam lalu ketika bersama Ale tadi.

Alyra hanya tersenyum kecil. Ia tahu Bima teman sekelasnya itu masih sama seperti yang dia kenal dulu, selalu perhatian dan mengerti akan dirinya. Alyra hanya tidak habis pikir jika Bima masih mau berbaikan dengannya. Padahal Alyra cukup kejam mencampakkan cowok berwajah imut itu tanpa alasan yang jelas.

Tapi tunggu, bukannya, Alyra sempat terlintas berpikir untuk ingin mengajak berkencan dengan Ale tadi padahal dia sudah meminta izin dari Axel sebelumnya berangkat didepan mata cowok itu sendiri, entah dapat persetujuan ataupun tidak Alyra masa bodoh, lalu kenapa juga sekarang Alyra harus berakhir dengan bergantinya Ale sama dengan orang lain lagi, apalagi dia orang itu mantannya?! Ini jelas namanya selingkuh tanpa restu dari sang pihak lelaki si gondrong tampan itu kalau bukan si Axel yang merupakan temannya Ale! Tapi toh kalau jalan sama  Rendra beda lagi sih ceritanya diam-diam biar jadi urusannya sendiri. Tau ah, Alyra juga pusing saat memikirkannya.

Masa Ale selalu saja terusan membencinya sepanjang hidup cowok itu setiap kali bertatap muka. Padahal Alyra ingin sekali akur dengan cowok dingin itu. Walau Ale lebih menyebalkan persis Axel kalau tidak suka, tapi Alyra juga ingin sekali lelaki itu berubah menjadi baik padanya meski hanya sesaat sebagai teman yang hangat. Kalau tidak bisa, Alyra akan membalas Ale dengan segala cara atas keisengannya ataupun jahil sekalian, untuk mengerjai habis-habisan sampai Ale akan jera dan menyerah padanya, tidak lagi menjadi sebagai pengganggu dalam hubungan Alyra dengan Axel kelak kedepannya.

****

Flashback on

"Mylove tungguin aku dong! Kamu mau kemana sih kok buru-buru gitu?" Kejar Alyra mencoba mengikuti langkah lebar Axel yang terbilang cepat dengan gerakan kakinya yang agak lambat kesusahan menyamakan dengan kaki panjang cowok gondrong itu.

"Apa sih lu hah?! Gak usah ngikutin gue hush sana! Gue ada ada urusan penting, mau perang sinobi dunia ke 4 ngerti gak sih lo hah?!" Axel berhenti sejenak menoleh cepat dalam pikirannya ia masih teringat komik kesayangannya. Membuat Alyra menubrukkan kepalanya ke punggung cowok itu sebentar tanpa membalikkan badannya menghadapi tingkah Alyra yang selalu mengusik dirinya.

"Aku dengar kamu mau berantem? Sama siapa? Anak-anak SD ya?" tanya Alyra menahannya.

Axel berdecak kesal. "Kalau itu bocil sih mah lu aja sana urusin! Gak perlu repot-repot dong gue nginjakin kaki ke taman kekanakan!!" delik Axel gregetan ingin sekali menampol wajah lugu Alyra dengan gemas.

"Aku ikut yah!? Boleh kan? Pasti seru tuh! Ayo aku dukung dengan SEMANGAT penuh biar kamu gak bosan hibur mereka." kata Alyra sambil cengengesan kecil bergelayutan dengan manja memegangi lengan Axel.

Axel melirik kearah tangannya sekilas lalu menghempaskannya dari Alyra. "Otak lo tuh lagi eror! Servis dulu sana biar nyambung pikiran Lo sama omongan gue! Dari tadi susah banget dibilangin jangan ikut ya diem gak usah bawel!!"

Alyra mengerucutkan bibirnya ketika Axel masih tetap sama kasar mengomelinya sambil mendorong dirinya menjauh. Sedangkan cowok gondrong itu tidak perduli sama sekali dan melanjutkan langkahnya. Namun Alyra tidak akan tinggal diam ia masih kembali mengejar Axel lagi, lalu meraih tangan cowok itu dan menariknya lantas membuat Axel harus membalikkan badannya dengan wajah kesalnya.

"Apa lagi sih Lo hah--?!" ucapan Axel seketika terpotong dengan melototkan keras matanya dan langsung membekap mulutnya cepat dengan tangan cowok itu sendiri bergerak reflek, saat Alyra mulai beraksi memajukan wajahnya sendiri hendak menciumnya dengan memonyongkan bibirnya ke arah muka Axel. Sontak ia langsung memundurkan wajahnya kebelakang menghindar sebelum Alyra berhasil sempat ingin membungkamnya.

"Ayo sayang pilih mana? Mau aku cium disini atau ikut sama kamu?" ancam Alyra seraya menyunggingkan senyuman termanisnya, sambil bergaya seksi menjilati bibirnya yang penuh sensual seakan ingin menggoda lapisan iman Axel didepannya.

Axel tidak bisa menjawab sesaat bukannya ia takut, ia sempat lebih dulu melirik keadaan sekitarnya saat ada beberapa orang lewat yang tertarik memperhatikan kearah mereka berdua, dengan tatapan aneh dan geli begitu suasana masih ramai di koridor menuju belakang sekolah sebelum ia pergi hendak membolos ke medan pertempuran karena terhalang oleh satu alasan cewek merah itu masih selalu ingin mengikutinya.

Axel membolos karena kebetulan dikelas jam kosong yang satu jam lagi akan berakhir dengan bel pulang jadi ia memutuskan lebih awal untuk keluar. Beda dengan Alyra yang tentu saja kelasnya masih ada guru yang mengajar tapi cewek itu malah nekat membolos mengabaikan peringatan sang guru. Jelas Axel marah karena Alyra dalam hal pelajaran begitu bodoh tidak terlalu pintar. Axel tidak mau terlibat kena masalah jika dirinya akan disalahkan nantinya karena kebodohan gadis itu.

"Heh setan betina! Jangan berani macam-macam Lo sama gue!!" tolak Axel yang berhasil menguasai penuh kesadaran dirinya yang hampir saja nafsunya sedikit terpancing pada buah bibir ranum milik gadis itu yang membuat Axel sesaat akan tergoda untuk melahapnya habis kalau saja ia tidak ingat disituasi saat ini sedang menjadi pusat perhatian setempat.

Kalau diterawang kembali menurut Axel ciuman Alyra cukup panas dan juga terasa manis dilidah Axel, mengingat cewek merah itu sendiri  pernah mendaratkan bibirnya untuk dirinya. Sialan gue malah terbayang lagi kan jadinya? Axel pun langsung memalingkan mukanya jengah ke arah lain.

Tanpa banyak bicara lagi Axel langsung bergerak mengangkat kedua kakinya mengayun meninggalkan Alyra dan segera berlari menjauh sebelum Alyra akan melakukan hal yang lebih aneh lagi pada dirinya sebagai kelemahan Axel. Axel belum siap menerima keberadaan cewek merah cantik itu sepenuhnya ke dalam dunianya cowok itu.

"Ish my honey! Kok kabur sih kita kan belum selesai?!" gerutu Alyra mulai frustasi mengacak rambutnya dari sekian kalinya ia selalu ditolak mentah-mentah oleh cowok gondrong itu sambil menghentakkan kakinya dengan kesal berjalan saat Axel sudah menghilang begitu saja dari pandangannya ketika ia kembali membuka matanya yang sempat lebih dulu memejamkan sebelum bersiap hendak mencium kekasihnya itu.

Flashback off.

Tanpa sadar Axel terbawa larut oleh khayalannya yang sempat ia bayangkan dari dalam pikiran otaknya itu yang mulai agak gresek sebelumnya, mengingat tingkah gemas Alyra yang selalu berusaha merayu dirinya masuk ke alam dunia bawah sadar kenyataanya yang saat ini membuat Axel linglung.

Dengan mata terpejam, Axel hampir saja mencium Mea yang sedang serius mengobati luka diwajah tampannya itu yang saat kini sedang dirumah dalam ruangan tengah duduk pada sofa panjang. "Ih Axel diem dulu napa? Ini kan belum selesai!!" kata Mea berusaha menghindar dari keanehan cowok gondrong itu yang entah tiba-tiba saja mulai berkelakuan.

Kevan yang kebetulan lewat tak sengaja melihat ke arah mereka berduaan yang begitu lebih dekat dari biasanya dimata cowok itu, seketika Kevan menatap penuh tajam lalu menekan alat nada musik piano kesukaannya dengan kasar dan sekeras-kerasnya hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring mengejutkan diantara Mea dan Axel yang langsung berjangkit menoleh padanya sambil mendengus.

"Apaan lu hah? Ganggu orang lagi asik aja mimpi! Sialan lu!" kesal Axel  terganggu dengan kembarannya itu walau tidak identik.

"Jangan bermesraan di depan gue! Atau nggak gue banting nih alat musiknya! Biar tambah romantis kena muka Lo lebih parah, sekalian sampai gak ada lagi bentukannya sama sekali! Mau dicoba heh?" sengit Kevan sinis menawarkan usulannya dengan nada bicara sarkastik. Mea pun langsung menyelanya sebelum Kevan benar-benar bersiap hendak melakukannya melemparkan benda besar dan berat itu apalagi sampai merusaknya sendiri padahal piano itu adalah musik kesukaannya Kevan, tapi kalau dia sedang naik pitam tidak akan begitu peduli.

"Tadi Axel sempat pingsan gak jelas. Jadinya agak ngigau gitu sih keliatannya. Lagian tadi di bibirnya juga ada luka kok," jawab Mea agak ragu sambil berdiri. Sedangkan Axel yang mulai sadar kembali pun langsung merutuki dirinya yang salah tingkah sambil menabok kenakalan bibirnya sendiri menggunakan tangannya, atas diluar kendali cowok itu saat begitu teringat tentang bayangan Alyra yang bisa-bisanya muncul lagi dibenaknya.

"Oh." sahut Kevan cuek sambil memperhatikan sebentar ke arah mereka berdua. "Gue awasin Lo berdua kalau sampai terulang ketahuan lagi sama gue! Siap-siap sih siapa yang akan gue usir keluar dari rumah ini!!" lanjut Kevan berubah menatapnya datar. Kemudian berlalu beranjak dari hadapan Mea yang menunduk dan Axel yang hanya bisa menyumpahinya diam-diam, kalau saja Axel memiliki hak tinggal dirumah ini karena asuh tangan Jovan sedari kecil sudah pasti ia akan membalas tak kalah sengitnya atas ucapan Kevan dengan santai tanpa perlu takut oleh peringatan sialan dari kembarannya itu.

TBC....

Continue Reading

You'll Also Like

328K 9.4K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
873K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
791K 22.2K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 70.2K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...