Happy Reading
***
''Dia nggak mau, lo jangan paksa!'' tegur seorang cowok yang tadi bersama dengan gadis itu.
''Nggak usah ikut campur!'' Ucapnya sambil menarik lengan sang gadis yang sedang menangis tersedu-sedu.
''Please lepasin, gue lagi pengen sendiri'' air mata terus mengalir membasahi pipinya. Dia merasa kecewa dan sakit hati. Keadaan caffe hari ini cukup lumayan ramai orang-orang memperhatikan kearah tiga remaja yang terlihat sedang berdebat.
Cowok jangkung beralis tebal tersebut langsung menarik paksa lengan sang gadis. Untuk segera masuk kedalam mobilnya. Gadis itupun memberontak dan meminta untuk keluar dari mobil.
Mobil yang di tumpanginya melaju dengan cepat diatas batas rata-rata. Hujan pun mengguyur kota jakarta dengan deras. Mobil mewah melaju kencang menembus rintik hujan, tidak peduli dengan hujan deras dan genangan air di jalan yang terpenting membawa gadisnya pergi dari caffe tersebut.
''lo masih aja ngemis-ngemis kepada dia! agar membalas perasaan lo'' gadis ini tersentak baru kali ini cowok di sampingnya membentak seperti itu.
''gue cinta sama dia, apa salah, gue masih berjuang dan mengharapkannya?''
Cowok inipun meluapkan segala kekesalannya. ''lo bodoh! dimata lo hanya ada dia yang jelas-jelas nggak ngeharagain perasaan lo, tanpa melihat orang lain yang selalu berada disamping lo''
''gue cinta sama lo!'' lanjutnya.
Gadis ini langsung menoleh dia terkejut dan langsung melihat raut wajah cowok di sampingnya. Mencoba memastikan, apakah ucapan itu benar adanya.
''lo nggak pernah peka terhadap perasaan gue, apa lo nggak rasain perlakuan gue ke lo itu beda!''
Menangis itulah yang hanya bisa gadis ini lakukan. Apakah selama ini dia terlalu bodoh, tidak peka terhadap orang yang berada di sekitarnya. Yang dia lakukan selama ini adalah terus mendambakan seseorang yang dia cinta.
Gadis ini mulai merasa takut dan cemas. Saat mobil yang di tumpanginya melaju dengan kecepatan tinggi setelah ucapan terakhir itu, dia meneteskan air matanya. Sambil memegang erat seat belt pikirannya masih tertuju pada ucapan itu, tanpa di duga dari arah berlawanan datang sebuah mobil truk.
"Awassss!!!" Teriak gadis ini.
Brrakk
Tabrakan pun tidak dapat di hindarkan lagi. Bunyi dentuman terdengar sangat keras. Mobil yang di tumpangi sepasang remaja ini menghantam truk dan langsung tergelincir. Karena tidak bisa menyeimbangkan mobilnya, yang berakibat menabrak pembatas jalan, keadaan mereka sama-sama mengenaskan. Dia menggerang sambil memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Dia tidak peduli dengan darah yang berasal dari kepalanya, yang saat ini dia khawatirkan gadis di sampingnya.
"Rissa" Cowok ini berusaha untuk meraih tangan gadis yang sudah berlumuran darah di kepalanya. Dengan keadaan seperti ini semuanya terasa sulit, sekuat tenaga dia berusaha untuk mencoba meraih.
"Rissa!"
"Rissa bangunlah"
Gadis itu membuka kedua matanya. Sorot mata teduh dan sayu itu melirik kearah lelaki di sampingnya, sembari tersenyum manis. Lelehan air mata, masih jelas terlihat membekas. Dia berusaha menggerakan tangannya untuk meraih uluran tangan tersebut.
lelaki inipun tersenyum bahagia dia sedikit bernapas lega. "Bertahanlah aku akan menyelamatkanmu"
Sedari tadi dia berusaha untuk keluar dari mobil. Mencoba mendorong pintu yang sudah ringsek, nyatanya tidak bisa. Kakinya terjepit, dia menoleh lagi melihat gadis yang sedang meringgis menahan rasa sakitnya.
"Percaya padaku dan bertahanlah untukku" dia langsung meraih tangan gadis di sampingnya sembari menggenggam erat, walaupun ini terasa menyakitkan baginya berada di posisi seperti ini.
Pancaran mata teduh dan sayu perlahan-lahan memudar, pancaran mata indah itupun mulai meredup. Pandangannya sudah buram, sekilas dia mendengar teriakan lelaki di sampingnya. Gadis inipun tersenyum sebelum benar-benar menutup kedua matanya.
"Tidakk"
"Rissa bertahanlah"
"Rissaaa"
Dia berusaha sekuat tenaga mendorong agar pintu mobil terbuka. dia harus meminta pertolongan! usahanya sia-sia, cowok ini tidak bisa apa-apa bahkan untuk bergerak sedikitpun. Tidak ada mobil yang lewat satupun hujan semakin lebat di tambah dengan kilat petir di atas sana. Dia melihat kembali gadis yang sudah menutup kedua matanya. Dia meneteskan air mata, cowok inipun menutup kedua telinganya saat suara petir di atas sana terus saja menggelegar bersamaan dengan hujan turun yang mengguyur semakin deras perlahan lahan kesadarannya pun ikut menghilang.
El langsung terbangun napasnya memburu, keringat dingin membasahi pelipisnya. Mimpi itu, seakan selalu terus membayanginya.
El melihat sekitar dia seorang diri dan tertidur disini, kemana kedua sahabatnya pergi?
El tidak memikirkan kedua sahabatnya lagi dia langsung membuka ponsel dan menatap foto lama yang masih tersimpan baik di galeri ponselnya. "Rissa" gumam El pelan. Sorot matanya jelas menggambarkan kerinduan, saat melihat foto seorang gadis yang masih tersimpan rahasia di galeri-nya.
Kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup kita memang menyakitkan. Memang semua yang kita miliki akan hilang. Tidak selamanya bersama, karena takdir sudah menentukan. El menyesal jika saja dulu dia tidak melakukan itu dan jika saja El tidak egois jika saja. Semua itu tidak akan terjadi! mengakibatkan Rissanya pergi untuk selamanya.
"Ternyata masih simpan fotonya" Alan duduk di samping El. tatapannya lurus kedepan Alan sedikit terkejut sahabatnya masih menyimpan foto gadis itu apakah El masih menyimpan rasa kepada Risa?
Tidak ada tanggapan sedikitpun. Alan lebih memilih diam. Alan mengerti, keadaan sahabatnya saat ini. Dia menikmati suasana di atas rooftop.
"Help me!!!" Suasana hening tadi di gantikan dengan teriakan membahana dari seorang Alvan. Mereka berdua menoleh kearah pintu rooftop. El mendengus kasar sambil melepas headset yang terpasang di telinganya. ketenangannya hilang seketika dan di ganggu begitu saja, jujur saja dia sangat membenci hal itu.
"El tolongin gue. Queen shark lo ngamuk" teriak Alvan sambil berlari, Alvan mencari perlindungan dari keganasan seorang gadis yang sedang mengamuk.
Baru saja Alvan ingin mendekat kepada El, untuk bersembunyi di balik punggung sahabatnya. Tatapan tajam dan menusuk sudah menyambutnya terlebih dahulu. Aura disekitarnya pun berubah. Ini lebih parah dari kemarahan queen shark. Alvan langsung menjauh dan berdiri di belakang punggung Alan itu lebih baik, mereka sama-sama mengerikan, pikir Alvan.
Alvan tidak menyangka reaksi yang di tunjukan saat gadis shark itu sedang marah. Alvan hanya bermaksud bercanda mengganggu gadis itu. Malah petaka yang Alvan dapatkan saat ini, dia tidak salah. Memberi julukan kepada gadis yang sedang berkacak pinggang dengan tatapan marah. Jika Alvan mempunyai indera ke-enam sudah di pastikan Alvan bisa melihat dua tanduk merah di samping kepala gadis itu.
Kobaran api di dadanya sudah membeludak. Biee tidak bisa menahannya lagi, dia tidak peduli dengan tatapan El. pandangan Biee fokus kepada Alvan ingin rasanya Biee memberi sedikit cubitan pedas kepada makhluk purba sejenis Alvan.
"Ayo" El langsung menarik lengan Biee dan membawanya pergi dari rooftop. Karena El tidak mau pusing mendengar keributan antara sahabatnya dengan gadis ini. El yakin itu, di antara mereka berdua tidak ada yang akan mengalah. Lagi pula El membutuhkan gadis ini untuk sedikit mengalihkan perasaannya yang sedang kacau akibat mimpi itu.
Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap partnya!
Salam,
Sanwldr