Lil Meow Meow [Yoonmin] ✔

By Celestaeall

36.6K 4.7K 1.7K

Yoongi adalah kucing berjenis Havana Brown. Tidak seperti teman-teman kucingnya yang aktif kesana kemari, Yoo... More

Here Kitty, Come Kitty!
Come Kitty, Purr Kitty!
Purr Kitty, Look Kitty!
Kiss, Kitty. Kiss!

Look Kitty, Kiss Kitty!

4.9K 746 148
By Celestaeall

 Jimin berputar gelisah di sofa.

Anak kucing hampir dewasa itu berkali-kali melayangkan pandangan keluar jendela. Di luar langit sudah gelap, tapi tidak seperti biasanya Ayah Tae dan Bunda Kookie belum pulang juga. Apalagi Yoongi juga tidak ada. Saat bangun dari tidur siangnya tadi, Jimin melihat kandang besar tempat Yoongi dikurung kosong, Jimin juga tidak menemukan kandang kecil merah Yoongi dimanapun.

Entah kenapa dengan tidak adanya Yoongi membuat perasaan gelisah sedari tadi memenuhi pemikiran Jimin.

Kucing kecil itu tidak tenang tiap memikirkan Yoongi, seakan-akan ada hal buruk yang terjadi tanpa sepengetahuannya.

Jimin mengeong ribut di apartemen yang kosong. Si kecil itu frustasi ditinggal sendirian hingga melampiaskannya dengan sesekali mencakar sisi sofa dengan cakarnya yang tumpul. (Ayah Tae memaksa untuk memotong kukunya saat mandi kemarin.)

Kucing kecil itu berusaha mengalihkan perhatian dengan berkali-kali naik turun tower cat, bermain dengan bola-bola, tapi meski sudah melakukan banyak hal Jimin tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah yang dia rasakan sejak bangun tidur. Biasanya Yoongi yang akan menenangkannya, tapi sekarang Yoongi tidak ada.

Jimin takut.

Jimin butuh Yoongi.

.

.

.

Jungkook membuka pintu apartemen dan terkejut sekaligus senang melihat keberadaan Jimin yang menunggu di lorong depan apartemen.

"Halo Jimin!" Serunya kemudian berjongkok di depan Jimin. "Lapar ya?" tanya Jungkook dengan tangan kanan terjulur untuk mengelus wajah Jimin. Jimin mendusel di telapak tangan Jungkook sambil mengeong dengan mata tertutup.

Di belakang Jungkook, Taehyung memasuki apartemen dengan senyum terulas di wajahnya, pria itu juga tampak terkejut melihat Jimin yang tidak seperti biasanya menunggu di lorong depan apartemen. "Tumben Jimin disini?" tanya Taehyung.

Pria berambut pirang itu mengangkat Jimin dengan satu tangan dan membawanya ke dalam pelukan. Jungkook berjalan di sampingnya dengan tangan masih mengusap kepala Jimin.

Jimin membuka mata saat tubuhnya terasa enteng, kucing itu mendongak dan melihat wajah Taehyung di hadapannya, kemudian si kucing kecil menunduk melihat permukaan lantai yang jauh di bawahnya. Saat menunduk, Jimin menyadari sebelah tangan Taehyung yang bebas menenteng sesuatu yang merah.

Jimin melotot.

Itu kandang merah Yoongi!

Otomatis Jimin menggeliat, kucing kecil itu ingin bertemu Yoongi.

"Miaw! Miaw!"

"Sst, kenapa?" Taehyung kebingungan, tidak biasanya Jimin rewel saat digendong. Pria muda itu meletakkan kandang merah ke lantai kemudian menggendong Jimin dengan kedua tangan. Jimin bergerak semakin rusuh, kaki kecilnya menendang brutal ke segala arah hingga gendongan Taehyung kendor. Saat Taehyung lengah, Jimin meloncat turun ke lantai.

Jimin bergegas menuju kandang merah Yoongi. Kucing kecil itu mengeong nyaring di depan kandang yang tertutup.

Taehyung berjongkok, menggaruk belakang kuping Jimin sayang. "Oh, Jimin mencari Yoongi?" tebak Taehyung gemas. Jimin balas mengeong nyaring seolah mengiyakan.

"Aih, lucunya." Taehyung memanyunkan bibirnya lucu. "Yoongi tidak pulang, Jimin. Jimin main tanpa Yoongi dulu ya?" sambung Taehyung.

Taehyung tidak tahu apakah Jimin mengerti perkataannya atau tidak, tapi detik setelah Taehyung selesai memberitahu Jimin, kucing kecil itu mulai mengeong panik dengan suara kencang. Badan kecil berbulunya berputar-putar di sekeliling kandang Yoongi.

Taehyung melotot bingung.

Dari kejauhan, suara Jungkook terdengar dengan nada gusar.

"Taehyung! Apa yang kau lakukan ke Jimin?!"

.

.

.

"Yoongi?"

Wendy melongok ke bawah sofa, tapi tidak ada apa-apa. Wendy menggigit kuku cemas mencari keberadaan Yoongi. Sebenarnya, sejak Yoongi dititipkan ke rumahnya, kucing hitam itu langsung melesat pergi entah kemana. Sudah dua jam berlalu dan Wendy masih belum menemukan dimana Havana Brown itu bersembunyi.

Suran, kucing peliharaan Wendy mengeong dari kaki sofa, seolah menanyakan kepada Wendy keberadaan kucing jantan yang menghilang.

Wendy membungkuk, membelai puncak kepala Wendy yang hangat. "Yoongi pasti ketemu, jangan khawatir ya?"

Suran balas mengeong, kemudian berbalik menjauhi Wendy. Kucing betina itu mendekati ranjang kecilnya, bermalas-malasan merebahkan diri.

Dari kejauhan, Yoongi mengamati semua itu dari balik lemari TV. Kucing hitam itu menggulung diri di belakang lemari yang sesak dengan kabel dan penuh dengan debu dan sarang laba-laba. (Tolong jangan lupakan bahwa Yoongi memang pandai untuk bersembunyi sejak dia kecil.)

Sesungguhnya, Yoongi tidak betah berada disana. Debu-debu yang mulai menempel di bulu membuatnya gatal dan tidak nyaman. Tapi Yoogi lebih tidak mau untuk keluar dan berdekatan dengan kucing betina yang memiliki wangi buah-buahan menusuk hidung. Yoongi lebih menyukai bau bunga dan bayi seperti milik Jimin.

"Yoongi? Yoongi?" Samar-samar suara Wendy terdengar. Yoongi menggulung dirinya semakin erat, tak acuh dengan seruan namanya.

Perlahan Yoongi menutup mata, berharap Ayah Tae dan Bunda Kookie lekas menjemputnya dan memperbolehkannya untuk berdekatan dengan Jiminnya lagi.

.

.

.

Jimin hilang.

Taehyung dan Jungkook panik bukan main.

Pasangan kekasih itu baru sadar kalau anak kucing mereka hilang saat melihat mangkuk makan Jimin yang masih penuh terisi. Biasanya kucing kecil gembul itu selalu menghabiskan jatah makannya, bahkan mencuri jatah makan Yoongi.

Kepanikan mereka semakin bertambah saat mengetahui ranjang Jimin yang kosong.

Taehyung dan Jungkook mencari di tempat-tempat Jimin biasanya berada, tapi tidak ada gumpalan bulu coklat dan putih dimanapun.

Jungkook memanggil nama Jimin pun tidak digubris, padahal biasanya sejauh apapun Jimin berada, tiap Jungkook memangil pasti Jimin selalu datang.

Taehyung baru keluar dari kamar mandi saat Jungkook sedang melongok ke bawah lemari. Refleks Jungkook menoleh penuh harap ke arah kekasihnya.

"Taehyung, ketemu?"

Taehyung menggeleng lesu. Pria itu menjatuhkan diri ke sofa, menghela nafas. Matanya yang separuh terbuka melirik ke jam dinding.

23.47

Hampir tengah malam dan Jimin tidak ada dimanapun di sudut apartemen mereka. Jungkook juga mulai lelah, pemuda itu berjalan lunglai ke sofa dan duduk di samping Taehyung, bersender di bahu kekasihnya. Tangan Taehyung otomatis terangkat, membelai puncak kepala Jungkook sayang.

Jungkook bersender dengan bibir manyun, Taehyung hapal betul gestur Jungkook yang ini. Tanda-tanda kalau kekasihnya mulai mengantuk.

"Sayang, tidur ya?" ucap Taehyung hati-hati. "Besok cari Jimin lagi." Tambah Taehyung.

Jungkook menggeleng gusar. Alis pemuda itu menukik kesal. "Jimin belum ketemu, bagaimana aku bisa tidur?" dumelnya kesal.

Taehyung menepuk-nepuk pelan kepala Jungkook, bergumam 'ok ok' halus di pucuk kepala kekasihnya. Jungkook yang mengantuk berarti Jungkook yang rewel, Taehyung maklum dengan tingkah kekasihnya.

Taehyung memindai sekelilingnya dengan mulut bersenandung pelan sementara Jungkook bersender nyaman sembari menarik-narik benang yang lepas dari kaus Taehyung.

Perhatian Taehyung terhenti di jendela dengan kelambu yang berkibar pelan dihembus angin malam. Taehyung mengerutkan kening, tidak ingat sejak kapan jendela itu terbuka. "Sayang." Taehyung memanggil pelan. "Apa jendela itu memang terbuka dari tadi?" tanya Taehyung.

"Jendela?" Jungkook menengok malas-malasan ke arah yang ditunjuk Taehyung. Saat melihatnya, spontan Jungkook duduk tegak, wajahnya mendadak pucat. "Tidak. Hyung―jangan-jangan... Jimin?" rintihnya takut.

"Tidak mungkin. Jimin masih kecil, tidak mungkin dia meloncat turun." Sangkal Taehyung.

"Justru itu! Karena dia masih kecil, hyung. Bagaimana kalau dia sungguh keluar? Kemudian dia tersesat? Atau dia tertabrak mobil?" rengek Jungkook frustasi.

"Jung, tenang. Jimin tidak akan pergi jauh-jauh, oke?"

"Jimin belum pernah sama sekali keluar rumah sendirian, hyung. Jimin juga belum makan." Sambung Jungkook sedih.

Taehyung memeluk Jungkook, mengusap tengkuknya berusaha menenangkan pemuda itu. Jungkook menenggelamkan kepala ke ceruk leher kekasihnya, menghirup nafas dalam-dalam.

"Kita cari Jimin pelan-pelan, ya. Jangan panik." Tutur Taehyung lembut. Jungkook bergumam tidak jelas sebagai balasan.

"Sudah cek ranjang Jimin?" tanya Taehyung.

Jungkook mengangguk pelan.

"Kamar kita? Ruang TV? Dapur? Belakang lemari? Bawah sofa?" tanya Taehyung lagi, semuanya dibalas anggukan oleh Jungkook.

"Hmmm..." Taehyung merenung, memutar otak menebak dimana Jimin berada. Untuk sesaat Taehyung teringat dengan Yoongi dan Jimin yang selalu berdua sejak Jimin diadopsi. Secetus ide terlintas di benak Taehyung hingga pria itu membelalak.

"Oh!"

Jungkook mendongak, memandang heran Taehyung. "Ada apa?"

"Kau sudah mengecek box Yoongi?!" seru Taehyung.

Jungkook belum sempat menjawab, Taehyung terburu menariknya berdiri. Kedua orang itu bergegas menuju box tidur Yoongi yang berwarna abu-abu. Box tidur itu berukuran cukup besar untuk ukuran kucing jantan dewasa, lengkap dengan tambahan dua bantal dan selimut kecil di dalamnya.

Jungkook berharap besar ada Jimin disana, tapi box tidur Yoongi kosong. Pemuda itu sudah hampir berbalik lesu, berbanding terbalik dengan Taehyung yang berjongkok di depan box Yoongi. Taehyung mengangkat selimut Yoongi, namun nihil. Kemudian dia mengangkat bantal tidur Yoongi dan terkesiap.

"Oh, astaga!"

Taehyung berseru lega, di antara dua bantal tidur Yoongi terdapat Jimin yang bersembunyi dengan menggulung diri. Jungkook terkesiap dan langsung ikut berjongkok. Mata pemuda itu berkaca-kaca melihat Jimin yang meringkuk di ranjang Yoongi.

"Jimin?" Taehyung mengusap pelan punggung Jimin. Jimin mendengkur pelan, tidur. Pasangan kekasih itu tersenyum lega. Setelahnya Taehyung kembali meletakkan bantal tidur Yoongi secara hati-hati agar tidak menggencet Jimin. Kemudian dia menoleh ke arah Jungkook, menggelitik dagu pemuda itu sayang.

"Jimin sudah ketemu. Ayo tidur?"

Jungkook mengangguk, memeluk sebelah lengan Taehyung.

"Ayo. Aku sangat mengantuk."

.

.

.

Taehyung merasa dia baru tidur selama 30 menit sebelum dibangunkan paksa oleh dering ponsel.

Pria itu menggeliat, dahinya otomatis mengerut saat cahaya matahari pagi dari sela jendela mengenai wajahnya. Ditambah lagi dengan bunyi ponsel yang memekakkan telinga membuatnya gusar. Sebelah tangan Taehyung terangkat, merabai meja nakas mencari ponsel dalam keadaan setengah bangun.

Taehyung menyeret ponselnya mendekat, pria itu menyipitkan mata berusaha melihat layar ponsel. Belum sempat Taehyung mencerna tulisan yang ada, ponselnya berhenti berbunyi.

Pria muda itu mengucek mata, menopang tubuh dengan siku sambil memainkan ponsel. Taehyung menaikkan kedua alis melihat notifikasi panggilan tak terjawab dari Wendy. Ada delapan kali panggilan tak terjawab.

Ini bahkan baru jam setengah tujuh pagi.

Merasa ada yang tidak beres, Taehyung bergegas menelfon Wendy. Tak butuh waktu lama hingga Wendy menjawab telfon, memberitahukan kondisi Yoongi. Taehyung mendengarkan dengan seksama sebelum kemudian terduduk tegak dengan dahi mengerut khawatir. Tak lama panggilan berakhir. Taehyung bergegas melompat turun dari ranjang, mengambil celana training dan jaketnya sebelum keluar dari kamar.

"Sayang?" Taehyung berseru mencari Jungkook karena anak itu tidak ada di kamar mereka saat dia bangun.

Taehyung menemukan Jungkook duduk bersila di depan box Yoongi, otomatis pria itu mendekatinya.

"Jungkook, apa yang kau lakukan disana?" tanyanya.

Jungkook mendongak, Taehyung terkejut setengah mati melihat mata kekasihnya yang memerah karena menangis.

"Kenapa? Ada apa? Kau terluka?" Taehyung berlutut, mengusap panik lelehan air mata Jungkook.

"H―hyung, Ji..min." Jungkook terbata berkata.

Taehyung menoleh cepat ke box Yoongi. Jimin masih disana, meringkuk di box Yoongi. Tapi badannya yang kecil gemetar dengan rintihan kecil keluar.

"Mii...."

Taehyung mencelos melihatnya, belum pernah dia melihat Jimin seperti ini. Kucing itu terlihat lesu dan kuyu.

"Miii.." Jimin kembali merintih pelan.

"Hyung, ayo kita bawa ke dokter." Pinta Jungkook, namun kemudian dia menyadari Taehyung yang sudah memakai jaket. "Loh―Hyung mau pergi?" pertanyaan Jungkook mengalihkan perhatian Taehyung. Pria itu menyisir poni Jungkook sayang.

"Ke rumah Wendy noona, menjemput Yoongi." kata Taehyung.

Jungkook menatap Taehyung heran. "Menjemput Yoongi?" beonya. "Tapi Jimin?"

"Hanya sebentar. Kau jaga Jimin dulu, di lemari ada susu kucing dan hangatkan tubuhnya dengan handuk kering, aku pergi menjemput Yoongi dulu baru kita ke dokter hewan. Oke?"

Jungkook mengerutkan kening bingung, tapi tetap mengangguk juga. Taehyung tersenyum, mengecup dahi Jungkook dan kepala Jimin sebelum beranjak berdiri mengambil kunci mobil dan kandang merah Yoongi.

.

.

.

Kaki Yoongi kebas.

Kucing jantan itu tidak tahu sudah berapa lama dia bersembunyi di balik lemari dengan posisi yang sama seperti ini sampai Wendy menemukannya. Wanita itu berteriak kegirangan saat menemukan Yoongi. Tapi hanya sebentar kebahagiaannya, karena Yoongi mulai mendesis mengancam saat Wendy (atau Suran) mendekatinya. Berbicara soal Suran, kucing betina itu kentara sekali ingin mendekati Yoongi, tapi Yoongi tak peduli.

Yoongi hanya ingin Jimin, bukan yang lain.

Wendy juga sedari tadi tak jera membujuk Yoongi untuk berhenti dari aksi mogok keluarnya. Tapi Yoongi tetap diam, meski dia lapar dan risih dengan sarang laba-laba Yoongi tetap kekeuh tak mau beranjak.

Hingga Yoongi mendengar suara bass khas Ayah Tae. (Akhirnya!)

"Hei, jagoan."

Yoongi mengintip dari sela mata yang menyipit. Taehyung membungkuk di depannya, dahi pria itu berkerut mengamati kucing hitam yang diam di antara gulungan kabel di balik lemari TV.

"Ayo pulang, big boy." Panggil Taehyung lagi. Yoongi mendengkur. Ingin meloncat keluar ke pelukan Ayah Tae, tapi masih kesal karena sembarangan dititipkan ke tempat asing. Akhirnya yang dia lakukan malah membuang muka.

"Hei. Yoongi. Pus pus... Meow." Taehyung masih terus membujuk Yoongi, menjentikkan jari sampai bersiul tapi Yoongi tetap bergeming.

"Taehyung, ini minum dulu."

Samar-samar suara Wendy terdengar mendekat. Taehyung bergumam terima kasih dan meraih gelas yang dijulurkan kepadanya. Yoongi mendengus kecil, senang karena Taehyung berhenti mengganggunya.

"Maaf aku merepotkanmu, menelfon pagi-pagi."

Taehyung meringis. "Tidak apa-apa, aku yang minta maaf karena merepotkan Noona menjaga Yoongi."

Wendy mengangguk, "Tidak masalah, jangan sungkan. Oh ya, kenapa Jungkook tidak ikut kemari? Kupikir kalian berdua akan menjemput Yoongi seperti kemarin." Tanya Wendy.

"Iya, Jungkook di rumah. Jimin sakit jadi dia merawatnya sementara aku kesini."

Yoongi yang sedari tadi diam spontan menoleh. Apa kata Ayah Tae tadi? Jimin sakit?!

"Jimin? Itu anak kucing yang kalian adopsi itu, ya?" tanya Wendy tertarik.

Taehyung mengangguk kencang. "Iya, Noona harus melihat Jimin. Dia manis sekali."

Wendy tertawa, "Kapan-kapan aku akan mampir bersama Seulgi melihat Jimin―"

"―Meong!"

Perkataan Wendy terputus oleh suara keras Yoongi. Kedua orang itu refleks menoleh ke sumber suara. Di bawah, di kaki Taehyung berdiri Yoongi si kucing hitam yang kumal dan kotor.

"Meong!" Suara Yoongi mengeong keras terdengar lagi.

"Yoongi, kau keluar!" Taehyung berseru lega. Pria itu berjongkok menggaruk kuping Yoongi, mengambili sarang dan debu yang tersangkut di bulunya. Wendy juga ikut berjongkok berniat membantu, tapi Yoongi mendesis keras sekali pada wanita itu.

"Maaf, noona!" Spontan Taehyung meminta maaf melihat kelakuan kucingnya.

"Meong!" Yoongi mengeong lagi. Taehyung menggeleng heran kemudian menggendong Yoongi, memasukkan kucing itu ke kandang merahnya.

Yoongi mendengkur senang berada di kandangnya, kucing itu berputar-putar di kandang. Rasanya nyaman dikelilingi bau yang familiar di hidungnya, meski ada sedikit bau buah-buahan yang masih bisa tercium dari dalam. Tapi tidak apa-apa, yang penting Yoongi akan segera pulang dan meninggalkan tempat asing ini. Kucing jantan itu mengeong keras lagi ke ayah Tae, protes menyuruhnya untuk cepat-cepat pergi dari sini.

Saat kandang terasa bergerak dan bau buah-buahan semakin memudar, barulah kucing hitam itu bergulung nyaman dalam kandang sambil menyeringai senang. Meski sekarang badannya mulai gatal-gatal, aksi mogok keluarnya berakhir sukses besar.

Selamat tinggal, Suran!

Jimin, Yoongi datang!

.

.

.

TBC

celestaeal's note :

Hai!
Apa kabar, semua hehehe
Berjumpa lagi dengan lil meow meow chapter 4
Tinggal satu chapter lagi dan cerita ini akan tamat. (Akhirnya!)

Sampai jumpa di chap depan!


Continue Reading

You'll Also Like

276K 8.1K 29
Zawgyi ~ Unicode jk Top ,tae botton Yoongi Top ,Jimin bottom ရိုင်းဆန်းသောအသုံးနုန်းများပါမည်ဖြစ်တာကြောင့်အကြ်ုက်ရင်မဖတ်ပါနဲ့။ စိတ်ကူရင်တစ်ခုဖြစ်ပြီ...
10.8M 338K 71
You and Jungkook were childhood best friends. Theres just one thing...You hadn't realized he was in love with you.
6M 252K 63
Jungkook is a single CEO father, and Taehyung is a college student looking for work. Jungkook has children who are afraid of other people, but things...
1M 51.7K 33
Agust D was an idol who desperately needed a distraction from fame. What if a simple cafe worker becomes that? - What started as something that was m...