Love dulu buat part ini ♥️♥️
Selamat membaca kesayanganku 🤗
Jaehyun
afiqah
andreas
***
"Yang pertama bukan berarti yang terakhir. Itu sebabnya kenapa Allah menghadirkan seseorang bukan hanya satu kali dalam hidup kita, namun berulangkali. Karena kehadiran mereka bukan untuk dijadikan teman hidup melainkan pengalaman hidup. Saya senang tidak jadi yang pertama untukmu. Karena saya tidak ingin hanya sekedar menjadi pengalaman hidup kamu namun teman hidup."
.
.
Arsena menatap pintu di hadapannya ragu. Sudah lama sekali ia tidak kembali kesini. Kalau saja bukan karena untuk menikahi Afiqah. Ia enggan untuk menginjakan kakinya disini. Sambil menghela napas, ia mengetuk pintu.
Jantungnya berdebar melihat sosok yang keluar dari balik pintu itu. Wanita paruh baya itu juga tidak kalah terkejut. Mereka diam saling memandang memancarkan aura kerinduan.
"Arsena." Tanpa aba-aba Reyna meluruh memeluk kaki Arsena. Hal itu membuat pria berbalut baju dinas itu terkejut.
"Maaf... Hikss.... Maafkan ibu nak... Bukannya bunda ingin membandingkanmu dengan Ahwan. Bunda hanya takut, kehilangan kamu." Arsena ikut meluruh memeluk ibunya. Melihat ibunya yang menangis dengan tersedu-sedu membuatnya tersayat melihatnya.
"Kakak bunda meninggal karena bertugas menjaga kericuhan demonstrasi. Bunda tidak ingin itu terjadi padamu. Itu adalah alasan kenapa bunda tidak ingin kamu menjadi polisi. Bunda tidak ingin kehilangan kamu Arsena..." Perkataan itu membuat hati Arsena yang tadinya beku menjadi cair. Ternyata ibunya begitu mengkhawatirkannya. Wanita paruh baya itu hanya ingin menjaganya bukan melarangnya.
"Kamu memaafkan bundakan nak?" Arsena mengangguk kuat seraya membalas pelukan ibunya erat. Reyna bersyukur karena hubungan dengan anaknya membaik.
"Ada urusan apa kamu kemari?" Tanya Reyna setelah mereka duduk di sofa ruang tamu. Dirumah ini hanya tinggal mereka berdua. Suaminya sudah berangkat bekerja.
"Arsena mau melamar seseorang."
"Apa???"
"Coba katakan sekali lagi."
"Arsena mau melamar seseorang."
"Alhamdulillah bunda ikut senang. Siapa gadis itu? Gadis yang mampu membuatmu menginjakan kaki ke rumah ini lagi." Ucap Reyna begitu antusias. Ia jadi tahu apa alasan pertama anaknya itu kembali. Andai saja Arsena tidak ingin menikahi gadis itu. Pasti anak laki-lakinya ini tidak akan pernah kembali ke rumah.
"Nanti bunda juga tau." Jawab Arsena seraya tersenyum. Dalam hati ia menduga ibunya akan sangat terkejut ketika tahu ia melamar seorang gadis SMA yang usianya jauh di bawahnya.
"Kalau begitu kapan bunda dan ayah bisa datang ke rumah gadis itu untuk melamarnya."
"Secepatnya, Arsena tidak ingin menunda-nunda lagi."
*****
Arsena kembali ke jalan untuk patroli rutin memastikan tidak ada tindak kriminal di daerah sekitarnya. Mata Arsena menyipit melihat pemandangan yang membuatnya tertarik. Sosok pria dan perempuan berseragam putih abu-abu yang berboncengan di atas motor. Kedua sosok itu mengingatkannya dengan orang yang ia kenal.
Tanpa Arsena sadari kakinya melangkah mendekat ke dua anak SMA yang terlihat panik itu. Kebetulan sekali Rendi sudah lebih dulu menghadang. Ternyata dugaannya benar jika dua orang itu adalah Andreas dan Afiqah. Berani sekali mereka membolos di jam sekolah. Liat saja apa yang akan dia lakukan.
"Biar aku yang urus.." Rendi mundur sambil mengerlingkan matanya menggoda Arsena ketika tahu jika ada Afiqah disana.
Arsena bisa melihat raut wajah terkejut milik Afiqah ketika menyadari sosoknya. Pasti gadis itu tidak menduga jika akan tertangkap basah disaat-saat seperti ini. Arsena menyeringai menatap Afiqah.
Afiqah menelan ludah gugup ia tak menyangka jika rencana bolosnya dengan Andreas akan tertangkap basah oleh polisi yang ingin ia hindari. Akibat peristiwa semalam dimana sang ayah berencana menikahkan dirinya dengan Arsena, Afiqah mengiyakan tawaran Andreas untuk bolos. Pria itu mengajaknya jalan-jalan. Sekalian ia menenangkan dirinya. Ia belum ingin menikah. Apalagi menikah dengan orang yang tidak ia cintai.
Kehadiran Arsena di hadapannya membuat bulu kuduknya merinding. Niat awal untung refreshing berujung malapetaka. Pasti pria itu tidak akan segan-segan untuk melaporkan hal ini pada ayahnya.
"Kamu kenal sama dia?" Tanya Andreas merasa janggal dengan tatapan polisi di hadapannya dengan Afiqah. Polisi tersebut seolah menangkap basah kekasihnya yang selingkuh.
"Enggak kok."
"Tenang aja aku bawa SIM sama STNK kok."
"Tapi kalau di tanya kita ngak sekolah malah bolos gitu gimana..." Bisik Afiqah sambil mendekatkan dirinya ke Andreas. Tentu saja hal itu membuat Arsena geram. Ia nampak tidak suka melihat keintiman kedua bocah SMA tersebut.
"Tolong tepikan motor kamu ke sebrang!" Pinta Arsena sambil menunjuk pinggir trotoar dimana banyak polisi yang menangkap orang-orang yang tidak lengkap.
"Tapi pak saya bawa surat-surat lengkap sama pakai helm juga." Ujar Andreas tidak terima. Arsena seakan tidak peduli ia tetap memaksa bocah laki-laki itu agar di urus polisi lainnya. Sedang Afiqah ia tarik menjauh dari Andreas.
"Pak mau bapak bawa kemana teman saya..."
"Lebih baik kamu urus masalah kamu. Biar gadis ini juga menerima hukuman dari saya." Baru saja Andreas ingin protes. Arsena lebih dulu menarik Afiqah dan memaksanya untuk menaiki motornya. Gadis itu sudah berusaha melawan tapi Arsena begitu kuat mencengkram jemari Afiqah.
Motor besar kebangsaan polisi milik Arsena melaju meninggalkan jalan raya. Ia mengendarai motor itu dengan cepat. Hatinya bergemuruh dipenuhi kemarahan. Ia tidak suka dengan apa yang Afiqah lakukan dengan Andreas.
Setelah lebih dari tiga puluh menit perjalanan. Arsena memarkirkan motornya di Telaga Biru. Afiqah turun dari motor ragu. Tubuhnya masih bergetar karena kegilaan Arsena mengendarai motor.
Ia menatap Arsena ketika pria itu menggenggam tangannya menarik dirinya mendekat ke danau. Air telaga bewarna biru kehijauan. Ada beberapa pohon dan bunga yang tumbuh di pinggir telaga.
"Lepas..... Lepaskan pak... lepas.." Afiqah berusaha memberontak tapi Arsena seakan tuli. Ia mencengkram tangan mungil itu. Arsena bahkan tak peduli dengan ringisan Afiqah.
"Lepas... Pak.. sakit pak..." Afiqah dengan sekuat tenaga menarik tangannya. Arsena melepas cengkeramannya, mata hitamnya menatap Afiqah tajam.
"Maksud bapak membawa saya kesini apa? Bukan karena ayah saya mau menikahkan saya dengan bapak bukan berarti bapak bisa seenaknya terhadap saya. Lagipula saya tidak cinta sama bapak. Saya cintanya sama Andreas. Dia cinta pertama saya bukan bapak."
"Semenjak bapak masuk ke dalam kehidupan saya. Rasanya impian saya hancur begitu saja."
"Saya menyesal telah mengenal bapak.. hikss...hikss...hikss.. bapak jahat.. kenapa saya tidak bisa seperti remaja pada umumnya. Saya ingin merasakan bagaimana rasanya cinta pertama." Afiqah mencurahkan semua yang ada di hatinya. Ia menangis meratapi kesedihannya.
Arsena meringis mendengar penolakan dari Afiqah. Hatinya terluka mendengar apa yang Afiqah katakan. Namun ia berusaha untuk tegar. Ia yakin suatu saat nanti Afiqah akan luluh. Lagipula cinta yang saat ini Afiqah rasakan hanyalah cinta monyet yang penuh hasrat menggebu-gebu bukan cinta sesungguhnya.
"Yang pertama bukan berarti yang terakhir. Itu sebabnya kenapa Allah menghadirkan seseorang bukan hanya satu kali dalam hidup kita, namun berulangkali. Karena kehadiran mereka bukan untuk dijadikan teman hidup melainkan pengalaman hidup. Saya senang tidak jadi cinta pertama untuk kamu. Karena saya tidak ingin sekedar menjadi pengalaman hidup kamu namun teman hidup kamu Afiqah....."
Afiqah yang awalnya menangis tersedu-sedu jadi terdiam mendengar perkataan Arsena. Jantungnya berdebar tanpa ia minta. Ia tidak menyangka Arsena akan mengatakan itu padahal ia merasa apa yang ia ucapkan begitu menyakiti Arsena. Namun pria itu masih bisa tersenyum manis untuknya.
****
SPAM NEXT DI SINI YA
Apakah kalian mau jadi Afiqah? 😂
Follow Instagram @wgulla_ atau @arsena_official
Lanjut or stop
Jangan lupa Vote and Coment cerita ini..
Gratis kok!!
Love you ♥️