"Sebelumnya saya minta maaf karena mengganggu waktu dokter tadi pagi saat saya menelepon, tapi benar-benar ada hal yang ingin saya bicarakan dengan dokter. Sekali lagi, saya inta maaf sudah menganggu waktu dokter." Junho membungkukkan badannya dalam-dalam di hadapan seorang dokter yang berdiri di depannya, lengkap dengan snelli yang membalut tubuhnya dan sebuah nametag yang menunjukkan kedudukannya.
Residen Orthopedi.
Yoon Seobin mengangguk dan mencoba tersenyum ke arah Junho. Sejujurnya ia terganggu karena hal ini, bagaimanapun ia tidak mendapat waktu tidur cukup karena banyak kasus yang harus ditanganinya, tapi apa boleh buat? Jika memang ada yang perlu dikatakan dengan bertatap mata, sepertinya Seobin harus mengalah pada koass yang lebih muda 6 tahun darinya.
Junho berdeham dan menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. "Saya minta maaf karena sudah mendorong dokter tempo hari dan ikut campur ke dalam pembicaraan dokter dengan dokter Midam. Saya seharusnya tidak bertindak sekasar itu pada dokter dan tidak mencampuri urusan yang dokter miliki dengan dokter Midam."
Seobin mengangguk dan menatap Junho lurus. "Hanya itu, dek? Kalo hanya itu, kamu bisa sampaikan di telepon tadi pagi daripada harus bikin saya ke sini sebelum jam visit saya."
"Saya juga ingin mengklarifikasi bahwa tidak ada hubungan apapun di antara saya dengan dokter Midam. Apa yang saya katakan tentang hubungan saya dengan dokter Midam tempo hari di depan dokter adalah akal-akalan yang dibuat Eunsang, jadi saya terpaksa untuk melakukannya. Sejujurnya, tidak pernah terjadi sebuah hubungan istimewa antara saya dengan dokter Midam. Hubungan yang terjadi di antara kami hanyalah sebatas relasi antara dokter residen dengan koass."
Seobin tidak terlihat terkejut dengan penjelasan Junho. Ia terlihat masih sama tenangnya seperti beberapa menit lalu saat ia datang. "Sejujurnya saya juga tau kalo itu hanya akal-akalan Eunsang. Saya muncul lagi ke hadapan Midam juga bukan keinginan saya. Saya mengambil PPDS Orthopedi dan harus menjalani masa residensi di sini, yang otomatis membuat saya bertemu Midam. Sebenarnya saya juga gak tau kalo ternyaya Midam itu residen orthopedi, dek."
Junho mengangguk kaku. "Saya emang gak tau apa yang terjadi di antara dokter dan dokter Midam di masa lalu, tapi kalo itu adalah sesuatu yang menyakiti dokter Midam, saya yakin Eunsang punya caranya sendiri untuk mencegah hal itu terjadi lagi, dan mungkin salah satunya menggunakan kehadiran saya untuk menjadi tameng."
"Kamu menyalahkan Eunsang?" Seobin mengangkat sebelah alisnya.
"Saya tidak menyalahkan Eunsang." Junho menggeleng dan menatap lurus ke mata Seobin. "Saya hanya bilang kalo hal yang terjadi di antara dokter dan dokter Midam di masa lalu adalah sesuatu yang menyakiti dokter Midam, Eunsang pasti punya cara untuk mencegah hal itu terjadi lagi dan mungkin salah satunya adalah menggunakan kehadiran saya untuk menjadi tameng. Dia bilang pada dokter bahwa saya sudah memacara dokter Midam, walau kenyataannya tidak. Tapi kali ini saya ingin meluruskan semuanya, dok."
Seobin memandang Junho dengan alis berkerut dan sebuah tanda tanya besar muncul di atas kepalanya. "Apa yang perlu kamu luruskan dengan saya?" tanyanya curiga.
"Saya ingin meluruskan kalo tidak terjadi hubungan yang lebih daripada sekedar dokter residen dan koass antara saya dengan dokter Midam. Semua hubungan yang saya katakan pada dokter tempo hari hanyalah akal-akalan Eunsang. Dan saya tidak pernah peduli bagaimana masa lalu dokter dengan dokter Midam karena nyatanya itu memang tidak ada hubungannya dengan saya. Tapi segala sesuatu yang berhubungan dengan Eunsang..." Junho menggantungkan kalimatnya.
Seobin masuh menunggu Junho melanjutkannya.
"... adalah tanggungjawab saya. Dokter Midam memiliki hubungan dengan Eunsang, yang artinya juga memiliki hubungan dengan saya. Masa lalu dokter bukan sesuatu yang harus saya urusi, tapi jika masa lalu itu membua Eunsang merasa kesal ataupun tidak nyaman, maka saya akan bertindak, bahkan jika itu menyangkut dokter Midam. Saya akan menjaga semua yang ada di belakang Eunsang karena jika sesuatu itu terjadi dan membuat Eunsang sedih, itu menjadi pekerjaan tambahan untuk saya. Dan itu termasuk kehadiran dokter Seobin di sekitar dokter Midam."
.......
Eunsang bukan main kagetnya saat tiba-tiba Junho datang ke arahnya dan memeluknya erat, kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Eunsang. Untungnya, ruang koass sedang sepi karena Hyungjun dan Dongpyo sedang diajak sarapan bersama pasangan Seungwoo dan Byungchan, meninggalkan Eunsang sendirian yang menolak karena alasan belum tiba waktu sarapannya dan harus memfollow up pasien-pasiennya.
"Juno kenapa? Ada masalah?" Eunsang mengangkat satu tangannya dan mengusap perlahan rambut Junho sambil sesekali memainkannya.
Junho tidak menjawab, melainkan mengeratkan pelukannya di pinggang Eunsang dan makin melesakkan wajahnya ke perpotongan leher Eunsang.
Eunsang melirik Junho yang meluknya heran. "Juno kalo ada masalah, cerita sama Eunsang. Jangan disimpen sendiri. Eunsang gak mau Juno kenapa-napa lagi kayak dulu waktu di stase Obsgyn. Cerita sama Eunsang ya?"
Junho tidak menyahut. Ia hanya makin mengeratkan pelukannya di pinggang Eunsang.
"Juno belum siap cerita ya? Eunsang tungguin sampe Juno siap buat cerita. Kapanpun itu, Eunsang selalu ada buat Juno. Jangan sedih ya?" Eunsang menaikkan kedua tangannya untuk membalas pelukan Junho, kemudian menyamankan posisi kepalanya di perpotongan leher Junho.
Untuk beberapa saat, keduanya berpelukan tanpa suara apapun. Pelukan Junho mengerat mengikuti semakin lama durasi mereka saling memeluk, sedangkan pelukan Eunsang masih terasa sama hangatnya seperti pertama kalinya.
"Sang."
Eunsang mengangkat sedikit kepalanya dari bahu Junho. "Ya?"
Junho melepaskan pelukannya dan menatap tepat ke mata Eunsang. "Seberapa banyak gua pernah nyakitin lo? Seberapa banyak gua bikin lo kecewa? Seberapa banyak gua bikin lo berharap dan berakhir harus nyakitin lo? Seberapa banyak lo harus nangis karena sikap gua?"
Eunsang terlihat kaget selama beberapa saat, tapi kemudian ia berhasil mengendalikan ekspresinya dan tersenyum pahit. "Kita lupain aja ya, Jun? Eunsang pernah bilang kalo sebaiknya kita mulai semuanya dari awal karena gak seharusnya ada perasaan lebih di antara kita."
Junho menggeleng dan meraih satu tangan Eunsang untuk menggenggamnya. "Gua sayang lo, Sang," ungkapnya.
Eunsang tersenyum. "Eunsang juga sayang Juno karena Juno sahabat Eunsang, sama kayak Eunsang sayang Yohan, Minhee, Minkyu, Won-"
"Gua sayang lo lebih dari sahabat."
Eunsang mengatupkan bibirnya dan berusaha menghindari tatapan Junho. Hatinya terasa nyeri lagi setelah sekian lama. "Eunsang juga sayang Juno lebih dari sekedar sahabat. Sahabat macam apa sih yang bisa seperhatian Eunsang ke Juno selama ini? Tapi Eunsang tau kalo gak seharusnya Eunsang berharap setinggi itu sama Juno karena pada dasarnya Juno nyaman sama Eunsang, sama halnya kayak Juno nyaman sama Minhee selama ini. Dan kalo Juno bilang Juno gak suka berbagi Eunsang dengan siapapun, sejujurnya Eunsang sama. Eunsang juga gak suka berbagi Juno dengan siapapun, bahkan kalo itu adalah kakak Eunsang sendiri. Tapi Eunsang bisa apa? Eunsang bukan pemilik hati Juno dan Eunsang gak berhak untuk ngatur itu."
Satu tangan Junho yang bebas naik menyentuh pipi Eunsang dan mengusapnya lembut. "Sejauh itu ya gua nyakitin lo, Sang? Kenapa lo gak pernah bilang, Sang? Kenapa lo gak pernah marah? Kenapa lo gak pernah bales nyakitin gua?"
Eunsang menaikkan pandangannya dan membalas tatapan Junho. Mata bulatnya berkaca-kaca. "Karena Eunsang tau kalo Eunsang gak punya hak apapun atas hati Juno."
"Kalo gitu, jadi pemilik seutuhnya hati gua ya, Sang?"
Eunsang menatap Junho dengan mata membola lucu. "Apa?"
Junho menatap ke dalam mata indah Eunsang dan tersenyum tipis. "Gua bukan apa-apa tanpa kehadiran lo, Sang. Lo yang selama ini selalu ada buat gua, yang bantuin gua tiap gua ketinggalan perkuliahan, yang bantuin gua saat gua ketinggalan skill lab, yang selalu menemin gua tiap belajar, yang sabar ngajarin gua sebelum ujian, yang sabar ngadepin gua, yang selalu dukung gua apapun jalan yang gua pilih, yang marahin gua saat gua salah, dan yang masih berdiri di samping gua walaupun udah gua sakitin berkali-kali. Gua gak bilang kalo keluarga gua selalu ada buat gua karena nyatanya mereka cuma ngasih kebutuhan finansial gua, tapi lo adalah orang yang selalu ada buat gua. Kapanpun gua butuh, lo selalu ada di dekat gua."
Eunsang tidak menjawab. Ia masih mencoba mencerna semua yang Junho katakan padanya.
Junho menyatukan dahinya dengan dahi Eunsang, membuat ujung hidungnya beradu dengan ujung hidung mancung Eunsang, dan membuat matanya lebih dekat menatap mata Eunsang. "Gua gak tau sebrengsek apa gua selama ini dan sebanyak apa gua udah nyakitin lo, tapi kali gua datang dengan sepenuh hati gua di depan lo, Sang. Have my heart completely, make me yours and I will make you mine."
Eunsang menaikkan kedua tangannya dan memeluk leher Junho, kemudian menyembunyikan wajahnya di bahu Junho. Ia tidak menjawab apapun, namun terdengar isak tangis yang teredam bahu Junho setelah beberapa detik ia memeluk leher Junho.
Junho tersenyum dan membalas dengan memeluk pinggang Eunsang. "I used to be confused where I should go home, but now I have found the home where I have to go home."
Junho melepaskan sejenak pelukan Eunsang dan menatap ke dalam mata Eunsang yang berair. Ia mengangkat tangannya untuk menghapus jejak air mata di pipi gembil Eunsang, mengagumi betapa indah sosok di hadapannya. Hingga tak seberapa lama kemudian, Junho menyatukan bibirnya dengan bibir Eunsang.
Eunsang memejamkan matanya saat Junho mulai memberikan lumatan kecil di bibir bawahnya. Bukan sebuah ciuman yang menuntut, hanya sebuah ciuman penuh perasaan yang menyatakan bahwa kini Junho telah menemukan tempat ke mana hatinya harus pulang setelah perjalanan panjang.
Well, kadang-kadang aku, kamu, atau mereka membutuhkan sebuah perjalanan panjang dan sedikit terjal untuk tahu di mana rumah untuk kita pulang. Sejauh apapun kita berjalan dan menjadi seorang pengembara, nyatanya rumah tetapnya tempat ternyaman untuk pulang, daripada sebuah persinggahan.
.
.
.
Cinta segi mbulet udah resign 2 orang. Tersisa 4 orang. Midam-Wooseok-Jinhyuk-Seobin. Kita tunggu saja drama mereka hehehe 😁
.
.
.
.
Well, selamat sore💙