Childhood Love

Por indiegorose

13.1K 1.3K 174

Drabble SasuHina saat masa kanak kanak, kisaran umur antara 5-12 tahun. ~Enjoyyy~ Más

HALLOWEEN
New Student
otouto-zone
Bad mood

Imunisasi

1.8K 191 32
Por indiegorose

"Huwaaaaaaaa....sakiiit...hiks...mama dokternya..hiks...jahaaaat!!!!"

Anak laki laki itu hampir bergetar di tempat. Ia menelan ludahnya paksa.  Tangisan shino, anak paling pendiam di kelasnya sudah cukup untuk mematahkan keberaniannya.

Mama...sasuke mau pulang.

"Sudah anak-anak, tidak sakit kok"
Guru mereka mengatakan sebuah kebohongan kepada murid-murid yang lebih percaya ekspresi kesakitan temannya ketimbang perkataan ibu guru. Anak anak sd konoha kini sedang mengantri untuk menunggu giliran disuntik oleh dokter yang menghancurkan hari menyenangkan penuh tawa mereka. Katanya sih, setelah melewati rasa sakit tanpa akhir itu mereka akan dapat coklat. Tapi sasuke mana peduli, semangatnya sudah terlanjur patah mendengar tangisan teman temannya. Lagipula ia tak suka coklat.

Ingin mundur, tapi itu pantang bagi sasuke. Kakaknya sudah menyemangatinya dari belakang sana, hinata-chan juga berdiri tepat di belakangnya. Mau taruh dimana muka gantengnya jika ia berlari menangis seperti lee.

Lagipula ada hadiah besar yang menantinya jika sasuke mampu melawati imunisasi campak ini tanpa menggigit dokternya. Ayahnya menjanjikan sepeda, ibunya menjanjikan pie tomat, dan itachi menjanjikan....'rahasia' katanya.

"Sasuke-chaaan! Ingat apa yang kakak katakan semalam!!"
Itachi menyemangati adik kesayangannya yang tremor dari belakang. Inginnya membawa pom pom milik temannya yang merupakan anggota pemandu sorak, tapi mama mikoto mengancam untuk mengutuknya jika itu terjadi.

Sasuke menoleh ke arah kakaknya, wajahnya pucat. Yang di katakan kakaknya? Memang apa yang dikatakan kakaknya?

'Laki laki itu tak takut apa pun'

itu kalimat motivasi dari kakaknya semalam. Dan itu sukses membuat rasa percaya dirinya tumbuh setinggi pohon kacang di dongeng jack dan pohon kacang semalam. Tapi kalau sudah seperti ini...

"Selanjutnya!!"

"Enggak! Kiba ngga mau!!! Mama tolong! Akamaru tolong!!! Aku bisa mati disini!! Tidaaaaak"

Lengan kiba di tarik paksa oleh si dokter yang terlihat menyeringai di mata sasuke. Lengan bajunya di gulung paksa, setelah itu si dokter meneteskan cairan anti septik di kapas untuk di usapkan di target suntikannya. Saat jarum suntik yang berisi cairan vaksin telah siap, teriakan kiba semakin histeris. Ia berteriak seolah dunianya akan berakhir saat jarum suntik itu menembus pembuluh darahnya.

"TIDAAAAAAAAK!!!"

Glek

Proses imunisasi untuk kiba berlalu dengan iringan tangisan kiba sambil mengunyah coklat. Bocah itu meminta diselimuti karena katanya ia merasa trauma. Sasuke menahan tremor dikakinya saat melihat lengan kiba yang memerah. Bagaimana ini, tinggal tiga orang lagi sebelum giliran sasuke.

"Sa-sasuke-kun, bu dokternya..s-seram ya.."
Tubuh gadis kecil itu bergetar, dan ia tak mencoba menutupinya seperti sasuke. Bibirnya terus menghitung mundur dari angka seratus sejak kiba disuntik. Itu kebiasaannya agar dirinya siap dan tidak terlalu terkejut.
Sekaligus untuk menghilangkan rasa gugupnya juga.

"I-itachi-nii datang ya?"
sasuke mengangguk. Hinata melambai pada itachi, namun ada ekspresi sedih di wajahnya saat melihat ke arah kerumunan. Mungkin karena keluarganya tak ada untuk menyemangatinya. Ayahnya sibuk, ibunya telah meninggal, dan kakaknya tak mau melewatkan sekolahnya. Maka dari itu, sasuke kecil tak boleh takut. Ia harus jadi penyemangat untuk hinata, siapalagi kalau bukan sasuke?

"Sa-sasuke-kun tidak takut disuntik?"
Heh, jangan ditanya, ya takut lah! Tapi sasuke menolak keras untuk menjadi penakut di depan hinata. Hinata tak akan menganggapnya keren jika sasuke gentar.

"Ti-tidak lah!"

"Aaa...hebatnya, a-andai saja aku seperti sasuke-kun"
Kuhuhuhu, sasuke tertawa bangga dalam hati. Mendapat pujian dari hinata-chan itu rasanya seperti menjadi orang paling superior di dunia. Ketakutannya hilang sesaat, ia jadi merasa tusukan suntik seperti tusukan nyamuk kalau hinata sudah mengatakannya hebat.

"Ah! Kiba payaah! Masa sama suntik saja takut!"

Seruan dengan nada sok hebat itu datang dari bocah di depannya, naruto. Sasuke menekuk alisnya, karena merasa dikatain secara tidak langsung.

"Aku saja berani! Aku bahkan suntik lima kali sehari! Yang takut begitu lemahhh!"

Bualan naruto semakin membuat sasuke sebal. Apanya yang tidak takut, dari tadi sasuke melihat tangannya bergetar.

"Na-naruto kun hebat"
Seruan suara manis dari belakangnya membuat sasuke melotot. Ia berbalik dengan gerakan dramatis. Tidak terima dengan pujian yang hinata alamatkan ke orang selain dirinya. Masa hinata percaya bualan naruto sih? Ya...walaupun sasuke yang mengatakan tidak takut di suntik itu juga membual. Tapi parahnya gadis kecil yang ketakutan itu masih sempat merona karena mendengar kisah keberanian naruto. Sasuke ngga ada dikasih rona merah begitu tuh!

"Aku memang hebat hinata-chan! Aku kan calon kepala sekolah sd konoha"
Anak yang selalu memamerkan cita citanya pada semua orang itu menepuk dadanya dengan bangga. Setelah itu mereka terus mengobrol, menyisakan sasuke yang berada di tengah tengah mereka dengan perasaan sebal.

"Aku lebih hebat! Keberanian ku lebih besar!"
Ungkap sasuke tak mau kalah.

"Aku yang lebih besar, keberanianku itu segunung besarnya!"
Naruto juga tak mau kalah.

"Aku yang lebih besar, keberanianku sebesar negara china, negara paling luas di dunia!"
Hm...bocah dengan pengetahuan.

"Keberanianku sedunia lagiii!!"
Hmm...ada banding?

"Keberanian-a-awwww"

"Jika kalian masih ribut, ibu suruh dokternya menyuntik bibir kalian!"
Keributan berhenti dengan jeweran kecil di daun telinga dari bu guru. Kedua bocah yang hampir gelud itu mengusap usap telinga mereka. Mata mereka saling melayangkan tatapan tajam saat ibu guru telah pergi.

"Su-sudahlah, sebentar lagi giliran naruto-kun"
Hinata memperingati dari belakang sasuke. Tak terasa dua orang di depan naruto telah dieksekusi. Seruan 'selanjutnya' telah dilayangkan sejak tadi.

"Iya aku-tunggu, APA? giliran k-ku?"
Kini giliran naruto yang berbalik ke arah bu dokter dengan gerakan dramatis. Ibu dokternya telah mengacungkan suntik dengan jarum yang mengkilap.

Glek

Naruto segera bediri di belakang sasuke, mendorong dorong temannya itu untuk disodorkan pada dokter galak.

"Ka-kau saja deh yang duluan maju"

"Ti-tidak! Kenapa aku!?"
Si uchiha bungsu tak terima. Ia masih belum siap lahir batin. Ia juga belum berpamitan pada ayah, ibu dan kakak.

"Keberanianmu kan sebesar negara china, berarti kau yang maju duluan!"
Anak semata wayang keluarga uzumaki memberikan pembelaan. Apa pun asalkan kesakitannya bisa ditunda.

"Hei! Kau yang bilang keberanianmu sedunia! Dunia itu lebih besar dari negara china tau! berarti kau yang maju duluan!"

Aksi saling dorong tak terelakkan, Hinata semakin mundur, sedangkan si dokter dengan tampang ular itu memutar bola matanya jengah. Ia berdiri dengan tegas, mendekat kearah bocah bocah polos itu dengan amarah. Mereka merasa menciut di depannya.

Telunjuk yang dibalut sarung tangan ketat itu mengitari anak anak yang entah sejak kapan berbaris horizontal. Denyutan jantung kecil mereka semakin liar hingga akhirnya telunjuk itu mengarah ke.....






hinata

"Kau bocah kecil, kau yang selanjutnya!"

Eh, suaranya kok berat begitu? Anak anak polos itu baru sadar bu dokter sebenarnya adalah pak dokter.

"A-a-a-akuu...?"
Wajah hinata pucat pasih. Setetes keringat dingin mengaliri pelipisnya.  hitungan hinata masih belum selesai!
Tangan berbalut masker itu menarik lengannya paksa, membawanya ke daerah eksekusi. Sasuke yang tak terima hinatanya disakiti langsung bertindak. Baiklah, kali ini biar sasuke bertindak sebagai pahlawan. Ia berdiri diantara mereka, menarik nafas dalam, menggesekkan gigi atas dan bawahnya, lalu...

"Aaaawwww, sakit bocah!"

Satu gigitan dilancarkan sepenuh hati oleh sasuke pada tangan dokter orochimaru. Hinata lepas, sasuke menariknya untuk berdiri dibelakngnya, merentangkan tangannya di depan gadis itu. Hadiah istimewa dari ayah, ibu dan itachi sepertinya harus ia lepas karena melanggar perjanjian. Biar sajalah!

"Sasuke uchiha! Apa yang kau lakukan!?"
ibu guru datang menghadang, itachi ikut ikutan, barisan murid murid jadi kacau karena melihat kengerian dokter imunisasi tadi. Sasuke bertindak seperti anjing yang melindungi tuannya.

"Sasu-chan, nanti kakak adukan pada mama"

"Adukan saja! lebih baik dokter jeleknya tarik aku aja! Jangan hinata-chan! Di belum siap"
Well, secara teknis sasuke juga belum siap sih.

"Iya! Sasuke saja!"
Naruto berteriak dari barisan paling belakang.

"Baiklah, kalau begitu sini kau bocah! Biar sekalian ku sunat jika perlu"
Wajah sasuke yang tadinya garang kembali pucat. Cukup suntik, jangan sunat.

"Su-sudah, hinata saja yang disuntik duluan"
Hinata berujar lirih, sasuke segera berbalik, menggeleng ďengan kuat.

"Aku kuat kok!"

Setelah satu seruan itu, ia maju mendekat ke arah dokter dengan langkah mantap. Bahkan ia sendiri yang menggulung lengan bajunya dan menjulurkan lengannya untuk di suntik dengan wajah menantang. Si dokter menyeringai. Ia menekan sedikit bagian suntik yang ada di jempolnya, mengakibatkan sedikit cairan di dalamnya memercik. Itu ancaman non verbal dari pak dokter. Tapi tak sukses membuat sasuke gentar.

Iyalah, sasuke kudu kuat.

Ia menoleh kebelakangnya, hinata memasang wajah cemas dengan tangannya yang terus sasuke genggam. Bocah yang akan dieksekusi itu menggeleng seolah mengatakan tidak apa apa, bibir mungilnya membentuk kalimat 'doakan aku'. Itachi menahan tawa melihatnya. Padahal ia patut dipersalahkan karena ia yang sering mengajak sasuke nonton film film drama.

Saat jarum suntik telah membidik target, sasuke menarik nafasnya dalam, dokter orochi semakin melebarkan seringainya, hinata menggigit bibir bawahnya dan itachi terus membisikkan kata deg deg deg ke telinga sasuke.

Makin dekat

Makin dekat

Dan

"A-aaa-a...."
Sasuke menahan teriakannya sekuat tenaga. Jarum suntik menembus kulitnya dan bertahan disana untuk menginjeksi cairan di dalam suntik.
Cengkraman tangan dokter di tangan sasuke menyebabkan cengkraman sasuke di tangan hinata ikut menguat. Ia seprti ibu hamil yang memegang tangan suaminya full force saat proses persalinan. Tetapi tetap saja tak ada teriakan yang keluar.

Ingat, sasuke kudu kuat

"Udah sasuke-chan, kalo mau teriak, teriak aja. Kasihan kakak liat muka kamu kaya orang ngeden begitu"
Itachi mulai khawatir. Pasalnya urat urat mulai muncul di pelipisnya. Tapi walaupun begitu, tangan itachi masih setia memegang handycam, momen ini akan masuk album 'momen berharga keluarga' dengan judul 'imunisasi pertama sasuke di sd'.

"Teriak saja sasu-chan"

Ogah! Hancur harga diri sasuke di depan hinata kalo sampai teriak kaya cewek liat kecoak. Batin sasuke.

Itachi menyadari keengganan sasuke berteriak karena ada sosok makhluk kecil yang manis di dekatnya. Ia baru ingat sasuke mau selalu terlihat kuat di depan putri keluarga hyuuga ini. Sebagi contoh kakak teladan 2019, itachi betindak cepat. Ia menutup telinga hinata dan menyuruh gadis kecil itu memejamkan matanya. Gadis kecil itu menurut tanpa bantahan.

"Sasuke! Sudah teriak saja, hinata tidak akan dengar kok"

Sasuke menoleh ke belakangnya, itachi miris melihat wajah sasuke yang merah padam dan ada setitik air mata di ujung matanya. Bocah uchiha itu mengangguk dan kemudian semua harus rela telinga mereka berdenging.

"AAAAAAAAAAA..MAMA...SAKIIIIT!!!"



"Eeeh...ada hinata-chan...masuk sayang. Sasukenya ada di atas"

"Te-terimakasih bibi"
Gadis kecil yang tampak segar dengan dress kuningnya membungkuk untuk memberi penghormatan pada tuan rumah. Mikoto sungguh gemas melihatnya. Di tangannya ada keranjang besar berisi pie tomat. Ini sebagai hadiah untuk sasuke karena sudah mau menunda rasa sakit hinata akibat imunisasi.

"Lengan hinata-chan bengkak tidak? "
Mikoto bertanya mengingat imunisasi semalam meyebabkan lengan sasuke memerah dan gatal gatal. Mereka memasuki ruang tamu. Kamar sasuke di lantai dua, entah apa kerja putra bungsunya saat ini.

"Ti-tidak, tapi kata bibi di rumah hinata, hinata demam semalam"
Hinata menempelkan punggung tangannya di keningnya sendiri. Ia ingat rasa panasnya saat ia juga melakukan hal itu semalam.

"Sungguh? Sekarang bagaimana? Masih panas?"
Naluri keibuan mikoto muncul. Tangannya menyentuh leher hinata. Hangat. Gadis kecil itu belum sembuh sepenuhnya. Walaupun demam merupakan respon yang wajar setelah imunisasi, tapi tetap harus diwaspadai.

"Masih demam. Hinata mau Bibi buatkan apa? Susu mau? Atau cinnamon roll?"

Gadis kecil itu menggeleng. ayahnya tak mengizinkan ia berlama lama di luar hari ini. Ia juga dididik untuk tidak merepotkan orang lain.

"Hinata mau susu saja boleh?"

"Jangan bertanya, tentu saja boleh. ayo bibi antarkan dulu ke kamar sasuke"
Ibu dari dua orang putra itu menggenggam tangan hinata menuju lantai dua. Pintu berdaun kayu itu terbuka sedikit, hinata bisa merasakan dinginnya ac yang berhembus dari dalam.

"Sasuke, ada yang datang"

"Usir saja maaa"
Dua perempuan itu terkejut mendengarnya. Sasuke bukan tanpa alasan mengatakan itu. Hari ini, sudah tiga orang anak perempuan di sekolahnya yang memboyong keluarganya untuk mengunjungi sasuke. Dan sasuke harus rela mendengar celotehan mereka tentang rasa sakit imunisasi sambil memamerkan lengan bengkak mereka. Orang tua mereka pun tentu punya tujuan kemari. Tentu saja untuk mengakrabkan diri dengan keluarga konglomerat.

"Yakin nih diusir saja?"
Nada mikoto terdengar jahil. Hinata sudah siap melangkahkan kakinya keluar mansion uchiha jika memang sasuke tak ingin di ganggu.

"Yakinlah!"
Keyakinannya sebulat tahu bulat.

"Beneeer? Nanti nyesell"
Mikoto memperingati dengan nada jahilnya.

"Nggak!"

"Emang sasuke tahu siapa yang datang?"

"Siapa?"
Yakin tapi masih kepo.

"Yasudahlah, yuk sayang...kita pergi saja. Sasuke tak ingin bertemu hinata-chan"

Mikoto menahan tawa saat mendengar kegaduhan dari dalam kamar. Sesaat kemudian, seperti yang mikoto duga, sasuke membuka pintunya lebar lebar dengan wajah panik. Matanya menyorot sosok putri hyuuga. apa mikoto bilang, Nanti menyesal.

"Hinata-chan?"
Sasuke kecil berdiri dengan tampang semangat. Selimutnya juga ikut saat sasuke berlari dari tempat tidurnya.

"Haaah...tapi sasu-chan bilang usir saja. Ya sudah, hari ini hinata-chan milik mama"
Mikoto memasang tampang bangga. Hinata berdiri dengan canggung. Dan sasuke berubah kesal.

"Maaaaaa..."
Rengeknya. mikoto tertawa lepas. Jarang jarang sasuke merengek begitu. Akhirnya mikoto menyodorkan hinata ke sasuke, yang langsung ditarik oleh putra bungsunya untuk masuk ke kamarnya. Ia akan kebawah untuk membuat susu dan memotong pie tomatnya. Putra bungsunya itu pasti kegirangan. Soalnya ia baru saja dikecewakan oleh hilangnya hadiah yang dijanjikan karena Itachi mengadukan insiden gigitan sasuke.

Baguslah.



"Kak, punya hinata-chan juga berbekas"

Sasuke melaporkan observasinya terhadap lengan atas hinata.
kata itachi, kalau ada bekas, berarti imunisasinya berhasil. Entah darimana ia dapatkan informasi itu. Tapi yang jelas itachi bilang, setelah mereka di imunisasi campak,
Mereka akan terhindari dari yang namanya 'dicampakkan'. Dua anak kecil itu hanya menganggu paham, walaupun tak mengerti makna konotasi dari kalimat itu.

Di depan mereka ada gelas kosong dan pie tomat yang telah digigit setengahnya. Sasuke merasa bahagia hari ini. Lengannya yang terasa panas dan gatal tak dirasakannya lagi. Terlebih lagi, ada hinata disini, dengan pie tomat pula.

Sedari tadi, sasuke terus bercerita tentang ia yang tak merasakan sakitnya imunisasi. Kata 'Aku kuat' selalu terselip di kalimatnya. Terlebih lagi naruto yang terserang demam membuatnya merasa semakin superior.

"Ini tidak sakit sama sekali. Kalau besok disuntik lagi, aku mau. Karena aku memang tidak merasa sakit"

Itachi mencibir adiknya dari belakang. Gadis kecil sepolos hinata jelas percaya saja bualan adik kecilnya itu. Padahal semalam itachi dan yang lain sudah jenuh medengar keluhan sasuke yang merasa lengannya ngilu dan gatal. mungkin kapan kapan akan ia pertontonkan video sasuke yang berteriak semalam pada hinata. Atau itu bisa jadi ancaman ampuh agar adik kecilnya mau lebih jinak padanya.

Hinata mengangguk angguk sembari mengunyah pie tomatnya. Mendengar cerita sasuke membuatnya lapar. Setelah ini ia berencana mengajak sasuke ke rumah sakura dan naruto. Jika bocah uchiha itu mau sih.

"Jadi menurut hinata, siapa yang paling berani? Aku atau naruto? Aku disuntik duluan dari dia. Naruto bahkan sembunyi di balik bu guru kita yang paling besar saat cuma dia yang belum disuntik"
Si kecil itu memberi pilihan. Dari penjelasannya jelas ia sedang  mengarahkan hinata untuk memilihnya. Sedangkan itachi mulai membisikkan tentang bagaimana sasuke yang mengeluh semalam. Sasuke hampir menjambak rambutnya karena hasutan yang diberikan itachi pada hinata.

"Tidak kok, sasuke yang paling berani menurut hinata"
Si kecil hyuuga menerbitkan senyumnya. Sasuke merona. Merasa betul betul bangga karena diakui hinata keberaniannya. Kalau sudah begini, ia siap diapakan saja, bahkan disunat sekalipun ia siap.

"Owowo...kau bisa jadi manis juga ya sasu-chan"
Si kakak menggoda adiknya yang memerah. Sasuke makin merah, dan itachi tertawa lepas melihat kelucuan tingkah sasuke yang tak biasanya. Semakin lepas hingga ia tak sadar telah menabok sasuke...



...tepat di lengannya.

Aawwww....ngilu

Baiklah, siapkan telinga kalian untuk berdenging kembali.

"AAAAAAAAAAA..MAMA...SAKIIIIT!!!"






Coco dapat inspirasi buat melanjutkan fic ini dari sebuah meme. Ini dia

Seguir leyendo

También te gustarán

610K 60.9K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
405K 4.3K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
431K 34.6K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
627K 18.3K 14
LAPAK BROTHERSHIP ✔️ NOT BOYS LOVE...❌ SUDAH END TAPI TETEP VOTE + FOLLOW PROSES REVISI Kamu tahu obsessi? Ya apa saja bisa dilakukan bahkan bisa m...