ALLESYA [END]

By fatehanu12

60.8K 3K 613

Amazing cover by : @seulwoonbi "Gue ingin bahagia, tapi kebahagian sangat sulit untuk mendekat kearah gue. Ke... More

1. Allesya Arfani
2. 11 Otomotif 1
3. Geng Cabe
4. Illa Mazka
5. "Gue kangen lo, All,"
6. Agil Mahendra Dinar
7. "Gila aja, lo!"
8. Hari Senin
9. Bad Day
10. Dia...Datang!
11. Rest
Visualisasi Tokoh
12. What Heppen?
13. Pelipur Lara
14. Kejutan Pahit
15. Tonight With You
16. Oh, Shit!
17. Penampilan Baru
18. Satu Fakta
19. Moodboster
20. Penguat Diri
21. Perjalanan
22. Sebuah Pengakuan
23. Refreshing
24. Sebuah Pengakuan [2]
25. Perjalanan Berakhir Kesinisan
26. Dia Yang Kembali
Playsong Allesya
27. Dia Yang Terdiam
28. Kabar Memilukan Semua Insan
29. Kacaunya Sang Pelabuhan
31. Whats Wrong?
32. Trapped
33. Clubbing
34. Rusuh
35. Pertunangan
36. Salma dan Allesya
37. Ungkapan Rasa Yang Pernah Hilang
38. Terbongkar
39. Akhir dari Semuanya
40. Kacaumu Kacauku
41. Belum Berakhir
42. Akhir

30. Luka Menyakitkan

1.2K 76 5
By fatehanu12

Hidupkan data seluler kalian, dan tap video diatas sembari membaca. Semoga feel-nya dapat, dan selamat membaca~

***

Petang mulai beranjak dengan tenangnya. Membawa hingar-bingar kesenduan yang diselimuti keheningan. Membiarkan insan-insan terhanyut dalam luka kelam.

Tidak ada yang berubah.

Di ruangan ini Agil, Ilham, dan juga Rani masih setia menunggui Allesya.

Mereka semakin resah karena Allesya yang tak kunjung siuman.

“Allesya ... bangun, dong. Udah dua hari kamu gak bangun.” Agil menggenggam tangan Allesya dengan erat.

Agil seperti bunglon yang mimikri. Hanya saja bunglon merubah dirinya dengan warna yang sama di sekitarnya. Namun, jika Agil merubah sifat dan kepribadiannya.

Ketika di hadapan semua orang, ia memasang sifat dingin dan juga berwibawa. Namun, saat dihadapan Allesya, ia menjadi orang yang hangat dan juga rapuh dalam waktu yang bersamaan.

Banyak orang menghina orang lain yang melakukan apa saja demi pasangannya dengan menjatuhi hujatan sebagai orang yang diperbudak cinta. Padahal tidak seperti itu.

Hanya saja ... mereka belum pernah merasa dicintai dan disayangi juga mencintai dan menyayangi dengan teramat dalam.

Ilham sudah terlihat membaik daripada kemarin. Ia sudah bisa tersenyum meskipun singkat. Tatapan matanya juga sudah tidak seperti kemarin.

Sekarang ... hanya Agil yang masih terlihat sayu.

“Allesya ...” Agil membelai pipi Allesya dengan lembut.

Barangkali jika dirinya berperilaku seperti itu bisa membuat gadisnya siuman. Tidak bisa di definisikan perasaannya, yang ia ingin hanya satu, Allesya harus segera bangun.

Allesya layaknya senja untuk Agil. Ia sangat dibutuhkan kehadirannya. Akan selalu hadir di cuaca mendung sekalipun. Jika senja tidak datang ... itu mustahil.

Agil membulatkan matanya ketika jari Allesya yang digenggamnya bergerak. Ia tersenyum senang.

“Agil ... ” Allesya memanggil dalam keadaan berusaha membuka matanya.

Ilham dan Rani yang mendengar langsung menghampiri ingin melihat keadaan Allesya.

Mereka menghela napas lega. Bersyukur dan berbahagia karena Allesya-nya sudah siuman.

Rasa bahagia yang sebenarnya adalah bisa berkumpul dan berbagi suka duka dengan orang yang spesial di hidup diri-sendiri. Seperti yang di rasakan mereka saat ini.

“Alhamdulillah.” Mereka tersenyum bahagia.

Ilham dengan tanggap memencet tombol darurat di dinding yang terletak di atas kepala Allesya. Agar dokter segera datang dan memeriksa keadaan gadis itu.

Allesya memegang kepalanya yang terasa sangat berat, “Awh ... sakit.” Lantas ia menggerakkan kakinya. Ia merasakan linu di kaki kanannya, “Hngh, linu.”

Agil, Ilham, dan Rani hanya terdiam.

Allesya memegang perut kirinya, “Kok sakit?” Ia menekan perutnya, “awh!” jeritannya yang parau itu membuat mereka panik, “kenapa rasanya ada yang hilang, ya?” Allesya berkedip lugu.

Ia menatap Ilham -meminta penjelasan, “Bang, apa yang terjadi sama aku?”

Ilham menarik napas panjang, “Dek, kalo Abang kasih tau kamu, kamu jangan syok, ya?”

Allesya hanya mengangguk ragu. Ketika Ilham mulai membuka mulutnya ...

Cklek!

Dokter dan suster memasuki ruangan Allesya. Mereka memberikan senyuman hangat kepada pasiennya. “Selamat malam, Allesya.” Dokter menyapanya sembari menggunakan stetoskop.

Beliau mulai memeriksa kondisi Allesya dengan teliti.

“Dok, apa yang terjadi sama saya?” tanya Allesya tidak sabar ketika dokter selesai memeriksa dirinya. “Kenapa kepala saya sakit, kaki kanan saya linu, dan perut saya seperti ada yang hilang?” Allesya bertanya ambigu di akhir kalimat.

Dokter itu melihat Ilham, dan mulai menjelaskan ketika Ilham hanya mengangguk, “Anda gagar otak kecil. Tulang kaki kanan Anda  retak, itu yang menyebabkan rasa linu di kaki.” Dokter hanya mengangguk mencoba meyakinkan.

“Anda juga ...” Dokter itu menatap Allesya ragu, “ginjal Anda hancur satu karena tertindih setir.”

Allesya terkejut dengan penjelasan dokter di akhir kalimatnya. Ia meneteskan air mata tidak terima. Ia terkekeh creepy, “Dokter pasti bercanda.” Ia menggelengkan kepala tidak percaya.

“Dokter pasti bohong, kan?” Allesya bertanya parau, ia meradang ketika dokter itu tidak menjawab, “Dokter pasti bohong, kan?!” teriaknya terisak.

“Hidup dengan satu ginjal tidak masalah. Asal Anda bisa menjaga kesehatan.” Dokter itu tersenyum, ia menundukkan kepalanya sedikit. “Saya permisi dulu.”

Ketika dokter telah keluar, Allesya menangis sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka jika harus kehilangan ginjal. Memang tidak masalah, setidaknya ... ia ingin organ tubuhnya lengkap.

Supaya ia tidak perlu beristirahat dengan maksimal. Jika sudah seperti ini ... ia yakin bahwa berpeluang kecil untuk melakukan pekerjaan yang berat.

Bagaimana bisa ia mewujudkan mimpinya yang ingin memiliki industri kendaraan sendiri seperti Ilham jika kondisinya seperti ini?

Allesya menangis meraung-raung, membuat mereka yang menemani ikut merasakan pilunya hati Allesya, “Shit!” Ia menutup matanya dengan telapak tangan. “Kenapa, sih, harus aku yang dipermainkan takdir?” Ia mengeraskan rahangnya. Seolah-olah muak dengan keadaan yang ada.

Ya, seperti itulah takdir kehidupan.

Takdir selalu menyatu didalam hidup. Takdir selalu menyamar menjadi serangkaian kebetulan yang terjadi di dalam kehidupan.

Apapun yang terjadi, sungguh tidak bisa mengelak. Didalam kehidupan ini, hanya tercipta dua golongan manusia.

Satu, golongan yang selalu kuat dan senantiasa berusaha meski gagal sekalipun. Dua, golongan lemah yang mudah putus asa, sekali takdir mempermainkan, lebur sudah kehidupan.

Namun, daripada itu ... Allesya lebih memilih manusia golongan pertama. Sekalipun takdir membuat hidupnya terombang-ambing, merasakan sakit nan pilu yang silih berganti, ia akan tetap bertahan.

Tetapi, untuk saat ini Allesya merasa sangat rapuh dan lelah dengan semua yang menyandingi hidupnya.

Ia menutup matanya dengan telapak tangan, dengan mulut mungil yang terlihat bergetar menahan isakkan.

Terlihat tangan yang basah karena lelehan air mata yang membuat hati dan raganya sakit luar biasa.

“Dek?” Ilham mengelus puncak kepala Allesya dengan lembut. Ilham berusaha untuk membuat adiknya tegar. Ia tersenyum dan berkata dengan hangat, “Udah, ya, gak pa-pa.”

Allesya masih terdiam.

“Maafin Bang Ilham yang gak becus jagain kamu, ya.” Ilham mengulum bibir bawahnya, terlihat sangat gugup. Ia mengimbuhkan, “kamu adalah adik kecil Abang yang sangat kuat.”

Ilham mengecup puncak kepala Allesya dengan lembut. Kakak yang beristri satu itu mengangguk meskipun Allesya tak melihatnya, “Abang keluar dulu, ya. Barangkali kamu butuh Agil.”

Setelah mengucapkan itu, Ilham mengajak Rani untuk keluar. Tergantikan oleh Agil yang terduduk di kursi sisi brankar sembari menunduk menatap kekasihnya dengan sendu.

Agil mengelus-elus tangan Allesya yang bebas. Ia tersenyum kecut, “Maafin aku yang gak bisa jagain kamu.”

“Allesya, kamu tau apa yang lebih menyakitkan daripada apapun?” Agil menatap tangan yang menutupi mata Allesya. Berharap agar ia bisa menatap mata gadisnya ketika tangan itu dibuka.

“Yaitu melihat seseorang yang teramat disayangi terbaring lemah dengan beribu rasa lara yang mendera. Apalagi jika itu karena kesalahan diri-sendiri yang lalai dalam menjaga.” Agil mengusap rambutnya. Frustasi.

“Kalo udah kayak gini, sekecewanya kamu, tolong jangan menyalahkan garis takdir yang udah ditentuin Tuhan. Tuhan mengujimu karena rasa sayang. Didalam rasa sakit, akan ada rasa senang setelahnya. Aku percaya itu. Dan kamu pun harus percaya.”

Ya ... Agil sudah dipaksa untuk bersikap dewasa sebelum waktunya. Ketika ia masih remaja labil, ia mencoba untuk tidak terpengaruh oleh lingkungan keluarga dan friendship yang kacau balau.

Dan memang benar. Jika adanya satu kesalahan, akan mendewasakan sikap dengan perlahan.

Allesya menjauhkan tangannya yang digunakan untuk menyembunyikan air mata. Ia menatap Agil sembab.

Agil mengelus-elus pipi Allesya dengan lembut, “Kalo mau nangis ... nangis aja. Kalo pengen marah, marah aja. Kalo butuh pelampiasan, lampiasin aja semuanya ke aku. Asal kamu lega.”

Tangisan Allesya pecah kala itu. Ia menangis meraung-raung.

Ia marah. Sangat marah.

Ia kecewa. Sangat kecewa.

Ia ... sangat rapuh.

“Gue harus gimana?! Gue CAPEK!” Allesya menjerit dikalimat terakhirnya.

“Gue muak!” Allesya menarik kerah baju Agil dengan kasar. “ARGH!!!” Gadis itu meninju dada Agil dengan keras tanpa melihat arah tangannya. Ia menatap langit-langit yang pucat dengan tatapan kosong.

Agil terbatuk-batuk karena pukulan Allesya yang sangat keras. Ia hanya tersenyum sendu. Rasa sakit ini tak sebanding dengan yang dirasakan oleh kekasihnya.

Melihat Allesya yang semakin kacau, Agil lantas memeluk kepala gadisnya dengan perlahan. Menyalurkan ketenangan barangkali bisa membuat Allesya nyaman.

“Kamu segalanya untukku. Maka, bangunlah, tegarlah. Aku akan selalu di dekatmu.”

Tepat dikalimat terakhirnya, Agil meneteskan air matanya, membasahi perban yang ada di dahi Allesya.

Mereka yang menemani berjuang, mereka yang menguatkan ketika diri lemah, mereka yang mengerti ketika diri marah, maka jangan pernah lepaskan genggamannya!

***

Vote, plis!
Makasih, ya:)

Continue Reading

You'll Also Like

572K 42.2K 29
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

749K 36.5K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
845K 84.2K 47
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
5M 376K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...