Love dulu buat part ini ♥️
Jika sholat saja dia tinggalkan dan Allah sang pemilik semesta alam dia lupakan. Apalagi hanya seorang dirimu?
.
.
.
Membuang rasa malu, Afiqah akhirnya menuntun motornya masuk ke dalam kantor polisi. Jantungnya berdebar, ia takut jika nanti ada polisi yang menegur dirinya. Untungnya SIM dan STNK-nya ia bawa. Jadi kejadian memalukan seperti kemarin tidak akan terulang lagi.
Afiqah memarkirkan motornya di sebelah motor yang Afiqah yakini motor yang sama dengan orang yang kemarin mengantarnya. Kalau tidak salah namanya Arsena Anggara Putra. Baru saja Afiqah ingin berjalan ke posko tapi sudah ada polisi yang menghadangnya.
"Adik ada keperluan apa malam-malam?" Sapa polisi tersebut yang ternyata sama seperti polisi yang kemarin bertemu dengannya.
"Ban saya bocor pak," ujar Afiqah takut.
"Ban bocor dibawa ke bengkel dong adik manis masa di bawa ke kantor polisi." Rendy dalam hati tertawa melihat anak remaja ini diam tidak berkutik. Ia baru sadar jika gadis itu sama seperti anak perempuan yang kemarin hanya saja ia datang sendiri kalau kemarin bersama temannya yang sedikit berisi itu.
"Bengkelnya bocor pak. Saya tidak tahu mau kemana lagi.. hikss... Hikss.. makanya saya ke sini.. saya bawa SIM sama STNK kok pak." Afiqah panik ia bahkan tidak sadar dengan kata-katanya yang ngawur. Ia menangis sambil mengeluarkan surat-surat miliknya dan memberikan pada polisi muda itu yang tertawa mendengar ucapan Afiqah yang aneh mana ada coba bengkel yang bocor.
Rendy reflek menerima kartu itu. Matanya mencari nama gadis ini. Ia terkekeh ketika tahu siapa nama gadis itu. Mengingatkan dia dengan bintang iklan Oreo di Televisi. Disana tertera "Afiqah Shafa".
"Jadi nama kamu Afiqah?" Afiqah mengangguk.
"Jadi keperluan kamu kesini ada apa?" Afiqah diam ia bingung. Ia ingin mengatakan meminta tolong agar diantarkan ke tukang bengkel atau ke rumahnya kemudian besok ia bisa mengambil motornya. Tapi ia takut mengatakan itu. Hingga satu nama muncul di kepalanya.
"Saya mau bertemu pak Arsena." Rendy yang awalnya berniat menggoda gadis cantik nan imut ini lebih jauh jadi tidak melanjutkan lagi. Ia menelan ludah gugup ketika mendengar nama atasannya itu. Apa gadis itu tidak tahu berurusan dengan siapa? Apa mungkin mereka punya hubungan khusus karena kejadian kemarin, atasannya itu mengantar mereka ada sesuatu yang ia lewatkan.
Afiqah menunduk siap menerima reaksi pak polisi di hadapannya. Namun sebuah suara yang tak asing untuknya membuatnya mendongak dan mencari asal suara itu.
"Ada apa ini?" Arsena yang tidak sengaja lewat menghampiri mereka. Khususnya karena ia merasa postur tubuh gadis yang sedang berbicara dengan Rendi sama seperti gadis yang kemarin.. Ternyata benar gadis remaja itu ada disini dan seperti biasa sedang berurusan dengan Rendi yang hobi menggoda anak perempuan.
"Ban adik ini bocor." Timpal Rendi.
Sena menatap gadis itu tajam. Ia mendesah ketika tahu gadis ini hanya sendirian di hari yang hampir tengah malam ini. Apa dia tidak tahu jika sekarang lagi marak rampok dan begal? Padahal kemarin ia juga sudah memperingatkan gadis ini untuk tidak keluar tanpa pengawasan orang tua.
"Motornya taruh disini saja. Kamu saya antar pulang. Besok siang kamu kesini untuk ambil motornya!"
Afiqah mengangguk mendengar itu. Rendi langsung pamit kembali ke posko meninggalkan kedua orang itu. Ia jadi curiga jika atasannya itu memiliki hubungan khusus dengan gadis bernama Afiqah ini.
"Kenapa kamu hanya diam saja disitu."
"Eh.. iya pak.." Afiqah tersadar ia kemudian mengikuti Arsena berjalan. Jantungnya berdebar melihat tatapan tajam pria itu. Bulu kuduknya merinding merasakan aura tidak menyenangkan dari diri pria itu. Apakah Arsena marah padanya? Tentu saja marah, padahal kemarin pria itu sudah memperingatkan mereka untuk tidak keluar malam sendirian.
"Kamu dari mana malam-malam begini?" Tanya Arsena sambil berjalan ke arah motornya.
"Nonton bioskop," ucap Afiqah pelan dibalas dengan dengusan oleh Arsena. Sudah ia tebak kelakuan anak remaja sekarang hanya bersenang-senang tanpa memikirkan dampaknya.
"Kamu sudah sholat isya?" Afiqah reflek menggeleng. Tadi mereka nonton lalu makan dan pulang. Tidak sempat untuk sholat.
Arsena mengambil jaket yang ia simpan di joknya. Lalu menyampirkan jaket miliknya di bahu gadis itu. Hal itu membuat Afiqah terpaku apalagi mata hitam yang tajam itu menatapnya lekat-lekat. Afiqah menelan ludah gugup ketika aroma Arsena memeluknya dari jaket itu.
"Ambil helm kamu! Nanti kita mampir ke masjid sebentar." Arsena berpaling ke arah helm yang berada di motor matik Afiqah. Afiqah mengangguk kemudian merapatkan jaket hitam milik Arsena. Ia sadar ia lupa mengenakan jaket padahal udara sangatlah dingin malam ini. Ia hanya mengenakan gamis merah muda polos. Kemudian Arsena menyalakan motornya. Memerintahkan Afiqah untuk naik.
Afiqah gugup karena di bonceng Arsena. Baru kali ini ia merasakan debaran di dekat laki-laki. Padahal ia biasanya -biasa- saja bahkan dengan Andreas.
"Pegangan!" Perintah Arsena. Mau tidak mau Afiqah menuruti itu. Ia memegang baju samping dinas Arsena.
Motor melaju membelah jalan raya. Seperti kemarin jalan ini nampak sepi. Dan diterangi dengan lampu yang temaram. Lalu Mereka berhenti sebentar di sebuah masjid yang tak jauh dari kantor polisi. Arsena meminta Afiqah untuk sholat sedang dirinya menunggu di kursi dekat air mancur di depan masjid. Sekitar lima belas menit kemudian Afiqah muncul menghampiri Arsena yang sedang duduk sambil termenung.
"Minumlah." Arsena menjulurkan sebotol air mineral untuk Afiqah.
Afiqah mengambil botol itu dengan ragu. Namun ia juga meminumnya sambil mengatakan terima kasih. Pria itu tahu saja jika ia sedang haus. Mereka duduk di kursi itu berdua berdampingan. Afiqah merapatkan jaketnya, ia sangat menyukai aroma Arsena. Ia menggelengkan kepala menyadari kebodohannya memikirkan jika pria itu memeluknya.
"Kemana teman kamu yang kemarin? Kenapa pergi sendirian?" Kata-kata Arsena seperti sedang menginterogasi seorang penjahat yang melakukan kesalahan.
"Tidak ikut. Sebenarnya aku tidak pergi sendirian... Tapi..."
"Tapi apa?" Tanya Arsena tak sabaran.
"Kami berpisah di alun-alun jadi terpaksa aku pulang sendiri."
"Kenapa berpisah?" Desak Arsena ingin tahu. Ia tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu pada gadis itu.
"Rumah kami beda arah. Lagipula aku tidak ingin ibu tahu jika aku pergi dengan laki-laki."
"Kamu sudah punya pacar?" Jadi sekian banyak kalimat Arsena merutuki dirinya yang malah mengatakan hal itu. Menanyakan nama gadis itu saja ia tidak berani tapi ia dengan lantang menanyakan siapa pacar gadis itu. Memang saat ini ia harus bersikap seperti orang asing. Ia mencoba mendekati gadis itu perlahan seperti orang-orang pada umumnya.
"Bukan, kami tidak pacaran kami hanya TTM-an." Arsena terkekeh mendengar itu. Kenapa anak remaja sekarang aneh sekali? Dilain sisi Arsena marah karena ada laki-laki lain di hidup Afiqah. Ia tidak suka dengan kenyataannya ini jika gadis yang ia sukai ternyata lebih dahulu menyukai pria lain.
"Ibuku melarang aku pacaran. Jadi ketika Andreas menembakku, aku menolaknya. Lalu Andreas memberi usul agar kita TTM-an saja." Bodoh! Itulah yang terpikir di kepala Arsena. Apa bedanya pacaran dan TTM-an? Jika mereka sama-sama mengucapkan sayang dan berkencan seperti saat ini. Apalagi pria yang bersama gadis itu tidaklah gentle. Sampai membiarkan gadis ini pulang sendirian bahkan menggantungkan hubungan.
"Jadi kalian tadi berkencan." Pipi Afiqah bersemu mendengar itu. Melihat itu menjawab jika tebakannya benar. Dalam hati Sena mengumpat karena kecolongan. Sepertinya ia baru menyadari sesuatu jika ia menginginkan gadis SMA ini.
"Dan kalian berkencan sampai tidak tahu waktu bahkan meninggalkan sholat?" Arsena ingin menyadarkan Afiqah jika pria itu tidak baik untuknya dan hanya ingin mempermainkan Afiqah.
"Iya." Ujar Afiqah. Begitu menyadari jika ia melalaikan kewajibannya karena sibuk berkencan dengan Andreas.
"Tinggalkan dia." Afiqah yang tadi hanya menatap ke depan jadi menatap Arsena. Pria itu menatapnya dalam. Seakan memerintahkannya untuk mengikuti ucapannya. Debaran jantung Afiqah semakin cepat. Lalu Batin Afiqah bergejolak untuk apa polisi tampan ini menyuruh dia meninggalkan Andreas. Apa polisi ini menyukainya? Hingga memberi larang padanya. Bukannya tugas polisi untuk melindungi masyarakat bukan melarang kita menyukai seseorang bukan?
**
Gimana part ini?
Ada yg mau di sampaikan ke Arsena?
Ada yg mau di sampaikan ke Afiqah?
Jangan lupa Follow Instagram @wgulla_ atau @arsena_official
Lanjut atau stop?
Jangan lupa Vote and Coment cerita ini..
Gratis kok!!
Love you ♥️