My Mommy (PINDAH KE DREAME)

By pinkyyy_bee

2.7M 26.9K 1.2K

PINDAH KE DREAME! . . . Plagiat menjauhh!!!! . . . Olivia Clarissa Abraham seorang gadis cantik, ramah, d... More

Prolog
Cast
Part 1
Part 2
Part 4
Pindah ke Dreame
EXTRA PART

Part 3

77.4K 4.1K 71
By pinkyyy_bee

#Kediaman Abraham

Sean bangun terlebih dahulu karna ia merasa kedinginan. Namun ketika ia bangun, ia tak menemukan Mommynya. Ia tau ini bukan kamarnya, karna baru pertama kali kesini. Seingatnya kemarin ia ikut dengan Mommynya, tapi sekarang ia tak tau keberadaan Mommynya. Pikiran negatif pun muncul di pikiran Sean, ia takut Mommynya meninggalkannya lagi. Ia tau Mommy Via bukan Mommynya, namun ia begitu nyaman berada di dekat Via. Ia pun memutuskan untuk membangunkan kakaknya.

"Kak... Kakak... Mom ana? Kok gak ada?" ucap Sean dengan bahasa cadelnya, sambil membangunkan kakaknya.

"Kak.. Angun... Mom ndak ada. Hikss... Kak Falel" Farel yang mendengar suara adiknya menangis pun menjadi bangun.

"Eh kenapa Sean? Kok nangis?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. Farel menyenderkan badannya di kepala ranjang, ia masih dalam keadaan setengah sadar.

"Hiks.... Hikss.... Mom.... Hikss... Ndak ada.... Huaaa" tangis Sean pun pecah.

"Benelan? Coba kita cari disekital kamal ini dulu" mereka berdua pun turun dari atas ranjang dan mengitari kamar milik Via, dari kamar mandi, walk in closet, bahkan sampai ke balkon namun tidak menemukan Via.

"Hikks.... Kak... Mom ana?" Farel pun menggelengkan kepalanya, akhirnya Farel ikut menangis karna tidak menemukan Via.

"Hikss....Kakak gak tau Sean"

"Mom ndak....hikkss.... akan pelgi agi kan kak?" tanya nya dengan tatapan sendunya.

"Hiks.. Pasti Mommy.... Hikss..
gak akan ninggalin kita" ucap Farel. Mereka pun memutuskan keluar kamar itu, sambil menangis dengan manyebut nama Mommy.

Jadilah pagi ini, kediaman Abraham di buat heboh oleh dua monster kecil itu. Ada yang beberapa orang yang belum mengetahui dua monster kecil itu. Banyak pelayan yang lewat menatap mereka heran, karna mereka tidak mengenali dua bocah itu. Tasya, Ara, dan Nadia yang sedang memasak pun mendengar suara gaduh itu.

"Kok pagi-pagi udah pada brisik ya" ucap Tasya.

"Iyaa, anak-anak kalo gak di bangunin gak akan bangun, tau sendiri mereka kebo banget" ucap Ara.

"Iyaa nih Ra, tapi kok kayak bocah nangis yaa, Gilang gak kyk gitu kalo nangis"

"Ma, Mama denger suara nangis gak? Kok dari tadi diem aja?"

"Iyaa Mama denger, Mama lagi mikir siapa itu yang nangis. Anak tetangga kalo nangis gak akan sampai sini."

"Masa pagi-pagi udah horor aja Ma" celetuk Tasya sambil memegang belakang lehernya.

"Ma, kok tambah nangis kejer gitu sih, manggil siapa sih, anak-anak gak ada yang manggil kita dengan sebutan Mommy"

Mendengar ucapan Ara, Nadia langsung tersadar, ia lupa tadi malam ia membawa dua bocah kecil kerumahnya bersama dengan Via.

"ASTAGFURULLAH..... MAMA LUPA ITU SEAN SAMA FAREL" Nadia berteriak membuat Ara dan Tasya terkejut. "Mama pergi dulu nemuin Sean sama Farel, kalian lanjut dulu masaknya. Astaga kok bisa Mama lupa gini" tanpa menunggu jawaban dari Tasya dan Ara, Nadia pun melangkahkan kakinya menuju ke suara tangisan Farel dan Sean.

"Anjiirrr, teriakan Mama, sungguh cetarr membahana. Jantung gue rasanya mau copot" ucap Tasya setelah Nadia pergi.

"Gillaaaa,,, petcaahhh banget teriakan Mama, untung tabung gasnya gak meledak denger suara merdu Mama" ucap Ara.

"Gitu-gitu mertua kita Ra, walaupun gitu dia sayang sama mantunya. Beruntung banget kita tau"

"Nahh iyaa bener, temen-temen gue pada curhat soal mertua mereka, katanya pada gak betah tinggal sama mertua mereka. Mereka bilang cerewet lah, malah kayak babu lah, banyak lagi dehh"

"Ho'oh temen-temen gue juga gitu" mereka pun melanjutkan masak mereka yang sempat tertunda.

.
.
.
Saat ini, Farel dan Sean duduk di ruang keluarga sambil berpelukan, mereka masih menangis. Nadia pun datang dengan terpogoh-pogoh. Ketika sudah di depan Farel dan Sean, ia menduduk kan dirinya di dekat mereka sambil mengatur napasnya.

"Astaga Farel, Sean... Maaf Oma lupa kalau ada kalian" Nadia mendekati mereka dan memeluknya. Mereka membalas pelukan Nadia dengan erat.

"Maaf Oma lupa sayang, sstt jangan nangis lagi yaa ada Oma disini" Nadia masih terus mengelus punggung Sean dan Farel. Tak lama kemudian, Edgar pun datang ke ruang keluarga, ia duduk tak jauh dari mereka. Ia melihat interaksi istrinya dan cucu-cucu barunya. Ntah lah ia merasa terpesona dengan dua bocah itu.

"Omaa, Mom ana? Hikks....Ean akut Mom pelgi agi" ucap Sean dengan sesegukan.

"Iyaa Oma, Mommy mana? Kenapa Mommy pelgi lagi?" ucap Farel dengan suara seraknya karna habis menangis. Ia sedikit lebih tenang.

"Mommy lagi pergi olahraga sayang, bentar lagi Mommy pulang kok. Jangan nangis lagi yaa, nanti pas Mommy pulang trus liat Sean dan Farel habis nangis, nanti Mommy ikut sedih. Kalian emang mau liat Mommy Via sedih?" mereka kompak menggeleng di dekapan Nadia.

"Nahh sekarang jangan nangis lagi yaa, bentar lagi Mommy pulang kok"

"Mau Mom Omaa Hikss... Hiikkss"

"Iya sayang, sabar yaa Mommy lagi di jalan mau pulang"

"Mom Oma, Ean mau Mom Hikkss"

"Hallo Sean, Farel" sapa Edgar. Mereka berdua pun menoleh ke arah Edgar. Mereka hanya memperhatikan Edgar karna mereka baru bertemu dengannya. Suasanan menjadi hening, namun tidak dengan Sean, ia masih nangis sesegukan.

"Sama Opa Edgar yuk" mereka masih diam, seolah takut dengan Edgar.
"Jangan takut, sini main sama Opa" mereka menggeleng dengan kompak.

"Ean mau Mom, Opa... Hikkss... Hiikkss" Edgar pun mendekati Sean yang kini dalam pangkuan istrinya itu.

"Ehh anak tampan gak boleh cengeng dong, nanti jelek"

"Ean mau Mom, Opa. Sekalang Pa Hikss...Hikkss" Sean masih nangis sesegukan dan melingkarkan tangannya ke leher Nadia, kepalanya pun ia senderkan di dada Omanya itu.

"Opa gendong yuk, biar Oma yang telpon Mommy kalian yaa. Tapi janji Sean jangan nangis lagi" Sean pun mengangguk kemudia merentangkan tangannya kearah Edgar, dengan senang hati Edgar menggendong Sean.

(Anggap aja habis nangis, trus di gendong Opa Edgar)

Sedangkan Farel masih bersender di sofa.

(anggap aja matanya sembab habis nangis yaa hehe)

Nadia memeluknya dari samping dan menyenderkan kepalanya di dada Nadia. Nadia pun mengangkat Farel dan memangkunya, dengan posisi sama persis dengan Sean tadi.

"Kamu telpon Olive deh Ma, kasian nih mereka nyariin terus sampe nangis gini"

"Iya Pa" Nadia pun mengambil ponselnya yang ada meja ruang keluarga itu.

"Assalamualaikum Ma"

"Waalaikumsalam, Liv cepet deh kamu pulang"

"Iyaa ini Via mau pulang"

"Kamu dimana sih? Dari tadi kok gak pulang-pulang. Sean sama Farel nangis nyariin kamu. Sekarang juga kamu harus pulang ya"

"Iyaa iyaa ini mau pulang Mama, ini udah di deket rumah kok, lima menit lagi nyampe"

"Ya udah kalo gitu cepetan. Assalamualaikum"

"Iyaa, Waalaikumsalam"

"Mereka ada dimana Ma? Kok gak sampai-sampai dari tadi?"

"Katanya Olive sih mereka udah di deket rumah Pa. Bentar lagi sampai kok" Edgar mengangguk.

"Mau nunggu Mommy kamu di depan?"

"Iyaa Opa" ucap Sean dengan suara seraknya karna habis menangis.

"Kak Farel mau ke depan juga?" tanya Edgar. Farel menjawab dengan anggukan. Nadia pun menggendong Farel. Mereka berjalan keluar menuju teras depan. Untung saja cucu-cucunya tidak terbangun. Jika terbangun, Edgar dan Nadia akan pusing menanganinya. Apalagi jika Gilang sudah terjaga, mereka membutuhkan tenaga ekstra, karna anak itu sangat aktif dan tak bisa diam.

Mereka pun duduk di kursi yang ada di teras depan rumah mereka. Edgar meminta pelayan untuk membawakan beberapa mainan milik Gilang dan juga membawakan kue cookies dan susu.

Farel dan Sean kini pun memainkan mainan itu. Sambil menunggu kedatangan Via. Sesekali mereka memakan cookies dan meminum susu itu.

"Punten tuan, itu anaknya siapa ya?" tanya pak Jarwo yang kebetulan lewat di depan teras itu.

"Ohh ini anak rekan kerja saya, mereka menginap disini tadi malam"

"Oo, mereka lucu-lucu, pengen saya karungin trus bawa pulang deh hehe"

"Jangan dong Wo, cucu-cucu saya ini" ucap Nadia.

"Hehe bercanda Nonya" Tak lama kemudian, Via, Aland, dan Nathan pun sudah sampai di rumah. Peluh membasahi wajah cantik dan tampan mereka.

"Assalamualaikum Ma, Pa, Pak Jarwo" ucap mereka serempak sambil menyalami mereka satu persatu. Mereka juga menyalami pak Jarwo, itulah ajaran orang tua mereka, tidak membeda-bedakan kasta seseorang dan kita sebagai yang muda harus menghormati orang tua.

"Waalaikumsalam" jawab mereka.

"Mommy!" pekik Farel dan Sean, mereka segera turun dari kursi dan langsung memeluk kaki milik Via.

"Ehh, kok manggil non Via 'Mommy'?" tanya Jarwo dengan bingung.

"Iyaa pak, kasian mereka kangen sama Mamanya jadi aku biarin mereka panggil aku Mommy" pak Jarwo hanya menganggukkan kepalanya, walaupun masih banyak pertanyaan di benaknya, tapi ia tak ingin ikut campur urusan orang lain. Tapi, jika ada mereka yang bercerita dengannya, ya pak Jarwo akan mempersilahkan.

Via pun menyamakan tingginya dengan Farel dan Sean.
"Mom bersih-bersih dulu yaa. Badan Mom bau nih habis olahraga. Kalian udah mandi?" mereka kompak menggeleng.

" Ya udah mandi sama Mom yuk" mereka mengangguk semangat.

"Ayo Mom!" ucap mereka penuh semangat.

Via pun berdiri, ia berpamitan kepada Mama, Papa, dan pak Jarwo untuk membersihkan diri. Begitu pula dengan Nathan dan Aland mereka juga pamit untuk membersihkan diri.

Via pun memandikan Sean dan Farel terlebih dahulu, memang sedikit susah karna mereka asik bermain air. Bahkan mereka ingin terus berendam.

"Udah yuk, nanti kalian masuk angin"

"Bental agi Mom"

"Udah dong, kita kan mau sarapan bareng. Kasian dong mereka nunggu kita" Dengan sabar Via merayu mereka hingga mereka mau menyudahi acara mandi itu, dengan telaten Via memberi minyak telon dan bedak bayi kebadan mereka. Kemudian Via memakaikan baju milik Gilang untuk mereka. Ada beberpa pasang baju milik Gilang yang sedikit kebesaran, jadi baju itu pas dengan Farel. Jangan heran di kamar Via lengkap dengan bedak bayi, karna selain menyukai aroma bayi, Gilang juga sering mandi dan tidur dikamar Via. Keponakannya yang satu itu sangat lengket dan manja padanya.

Setelah selesai, Via pun membersihkan dirinya. Ia membiarkan Farel dan Sean di atas ranjangnya dengan beberapa mainan milik keponakannya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Via membersihkan diri. Kini, ia sudah rapi dengan pakaian casualnya.

"Hallo my baby boys"

"Hay Mom" ucap mereka serempak.

"Tadi kenapa kalian kok nangis hmm?"

"Habisnya Mommy gak ada pas kami bangun tidul" ucap Farel.

"Iyaa, Ean cali-cali Mom, api ndak ada. Telus Ean angis, angunin kak Falel" ucap Sean masih fokus dengan mainannya.

"Kami takut Mommy pelgi ninggalin kita lagi" ucap Farel dengan menatap mata Via. Disana Via melihat kerinduan seorang anak pada ibunya. Farel menatap Via dengan sendu, seolah benar-benar takut kehilangan seorang ibu. Mendengar ucapan Oma dan Opanya beberapa bulan lalu yang memberi taunya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan. Walaupun belum sepenuhnya mengerti, tapi yang Farel tangkap Mama dan Papanya tak akan kembali lagi. Kata Omanya, orang tuanya sudah ada di surga. Mereka tergolong anak yang cerdas di usianya yang masih kecil. Farel dan Sean juga membutuhkan sosok seorang ibu dimana mereka masih dalam masa tumbuh dan berkembang.

"Sayang, Mommy gak akan ninggalin kalian. Kalau kalian sudah berjumpa dengan keluarga kalian dan kembali kepada mereka, rumah ini akan selalu terbuka untuk kalian" Via pun mengelus kepala Farel dengan sayang. Farel pun langsung memeluk Via dengan erat. Tangannya ia kalungkan di leher Via, dan kepalanya ia letakkan di ceruk leher Via.

"Falel sayang Mommy, please don't leave me Mom" ucap Farel dengan lirih.

"Iyaa sayang, Mom disini sama kamu dan Sean. Mom gak akan ninggalin kalian" Farel semakin mempererat pelukannya pada Via, Via pun membalas pelukannya dan mengusap punggung Farel. Sean yang melihat Mommy dan kakaknya berpelukan pun mendekatkan dirinya dan ikut bergabung. Via pun mendekap Sean dan mengusap punggungnya.

"Mom, angan pelgi-pelgi agi yaa, Ean nanti cali-cali Mom"

"Iyaa sayang, Mom gak pergi-pergi kok. Ya udah kita sekarang sarapan yuk." mereka mengurai pelukannya.

"Ayo Mom" ucap mereka serempak. Mereka pun keluar dari kamar dan turun kebawah untuk melaksanakan sarapan bersama.

.
.
.
.
.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

23.9K 1.3K 22
• 𝘔𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘧𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵𝘬𝘶 • ―ꦱꦏꦶꦪ [TAHAP REVISI, SABAR] ⚠️DILARANG KERAS MEMPLAGIAT KARYA INI DALAM BENT...
17.4K 1.3K 14
Akhirnya Helena tahu bahwa itu semua bukan mimpi. Masa lalunya hanya disabotase hingga ia menjadi seperti orang gila setiap terbangun dari tidurnya...
109K 9.7K 26
[Joy X Dohwan] "Lo nggak ada niatan buat jelasin ini anak siapa?" "Ya anak gue lah." Kisah Yara Maheswara sebagai CEO sekaligus single parent. Banya...
25.2K 839 13
Bagaimana jika kalian makan malam dengan pacar kalian dan pada saat ingin pulang kalian menemukan kerdus yg berada di samping Mobil dan isinya adalah...