My Perfect Luna (COMPLETE)

By fatifides2_

1.1M 67.1K 1K

Devanio Alexandro, putra mahkota dari Bluemon pack. Calon Alpha dari pack terbesar dan terkuat dari wilayah t... More

MPL-2
MPL-3
MPL-4
MPL-5
MPL-6
MPL-7
MPL-8
MPL-9
MPL-10
MPL-11
MPL-12
MPL-13
MPL-14
MPL-15
MPL-16
MPL-17
MPL-18
MPL-19
MPL-20
MPL-21
MPL-22
MPL-23
MPL-24
MPL-25
MPL-26
MPL-27
MPL-28
MPL-29
MPL-30
MPL-31
MPL-32
MPL-33
MPL-34
MPL-35
MPL-36
MPL-37
MPL-38
MPL-39
MPL-40
MPL-41
MPL-42
Cerita Baru

MPL-1

119K 4K 188
By fatifides2_

Devanio POV

Sinar matahari pagi merambat lurus menembus jendela kaca kamar. Membuat Aku terbangun dari tidur lelap.

Aku segera bangun dan mandi. Mengingat pagi ini aku harus berangkat bimbel. Jika bukan demi persiapan UN, aku tidak akan bangun pagi di hari Minggu.

Selesai bersiap aku segera turun ke ruang makan. Di sana aku melihat Mama, adik perempuanku dan beberapa maid yang membantu menyiapkan sarapan.

"Pagi, Ma!" Sapaku ke Mama sebari duduk di kursiku.

"Pagi sayang. Kamu mau kemana sudah rapi seperti itu?" Mama bertanya heran. Rapi? Biasanya aku juga berpenampilan seperti ini.

Saat ini aku hanya memakai kaus hitam lengan pendek, yang kututupi dengan hem kotak kotak berwarna biru donker lengan pendek tanpa kukancingkan, serta celana jens hitam. Tak lupa sepatu snekers hitam putih.

"Les Ma," jawabku singkat

"Pagi, sayang! Maaf aku terlambat." Tiba-tiba ayah datang. Ia langsung menarik kursinya yang berada di kepala meja.

"Tumben Minggu pagi kamu sudah rapi. Mau kemana?" Tanya ayah di sela sela makan.

"Bimbel yah. Nanti jam delapan," jawabku tanpa melihat ayah.

"Yha sudah. Yang semangat yha sayang," tutur mama dengan senyuman tulusnya. Aku dapat melihat banyak sekali harapan yang ada di mata dan senyuman mama.

Aku hanya mengangguk dan memberikan senyuman kecil. Yap kecil. Mengingat aku memang jarang sekali tersenyum, apa lagi tertawa.

Selesai sarapan aku langsung bergegas ke lantai dasar masion. Aku berniat akan menaiki motor agar lebih cepat sampai di tempat bimbel.

"Selamat pagi tuan Devanio! Apakah tuan akan pergi? Apakah tuan perlu saya antar?" Tanya Billy berbondong.
Ia adalah beta ayahku. Aku tidak sengaja berpapasan dengannya.

"Tidak Bil. Aku naik motor saja,"

"Baiklah tuan, saya permisi," pamit Bili. Tak lupa ia memberi hormat kepadaku.

aku segera mengambil motor dan melajukannya dengan kecepatan tinggi menerobos hutan.

Aurora POV

Kring......

Suara jam beker membangunkanku dari tidur nyenyakku. Aku segera bangun dan mematikan jam teresbut. Tak lupa melihat angka yang tertera. Menunjukkan pukul 7 tepat.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi kecil rumahku. Rumah ini tidak terlalu besar untuk kutinggali sendiri.

Ibuku sudah meninggal saat usiaku 12 tahun. Sementara ayah, ia tewas saat di medan perang melawan munsuh di pack yang kutinggali dulu. Setelah kejadian itu, ibuku memilih berbaur dan tinggal bersama manusia.

Selesai mandi aku mengenakan pakaianku yang sederhana. Blus warna crem, dipadukan dengan jens warna hitam serta sepatu yang berwarna senada. Tak lupa rambut coklat panjangku kuikat ekor kuda ke belakang.

Oh iya.. aku lupa. Aku sedang merebus mie instan. Mengingat itu aku segera mematikan kompor dan menambahkan bumbu-bumbu kedalam mangkuk.

Dengan kecepatan kilat aku makan mie tersebut. Segera kuambil tas lalu bergegas menuju halte, menunggu bus.

Hari ini memang hari Minggu, tapi berhubung besok UN maka hari ini ada les tambahan yang menurutku bila tidak diikuti akan rugi.

Hari ini adalah hari keberuntunganku. Bus datang tak lebih dari 5 menit setelah aku tunggu.
Aku segera menaiki bus dan mencari tempat duduk. Namun, ternyata nihil. Tidak ada kursi yang kosong. Alhasil aku terpaksa berdiri.

"Kiri pak.." teriakku kepada supir dan bus pun berhenti. Aku segera membayar dan turun dari bus.

Perjalanku tak sampi disitu. Aku masih harus berjalan sekitar 150 m dari tempatku turun dari bus. Sekitar 5 menit akhirnya aku sampai juga di tempat bimbel.

Aku melihat dari depan tampak sudah ramai dengan sekumpulan orang. Aku melihat ada seseorang yang melambaikan tangannya kepadaku seolah sedang memanggilku.

"Rara..!" Teriak gadis tersebut. Ia melambai-lambaikan tangannya ke arahku.

Merasa ia memanggilku, aku segera menghampirinya. Ternyata ia adalah Sila dan Tania.

"Hai...! Kalian udah pada datang ternyata," sapaku berbasa-basi.

Tak lama kemudian kami pun dipersilahkan masuk dan duduk di bangku-bangku yang kosong.

Aku duduk di samping Sila. Tempat kami tidak terlalu belakang ataupun depan. Kira kira 5 meja dari depan dan 8 meja dari belakang.

Memang jumlah murid pada saat ini sangat banyak. Karena, hanya ada satu sesi dalam tambahan les kali ini. Sehingga, semua jadwal digabungkan menjadi satu.

Devanio POV

Sekitar 35 menit perjalanan dari mansion ke tempat bimbel. Aku langsung memarkirkan motor dan berjalan menuju teras. Terlihat hanya ada tiga orang saja yang sudah tiba disini.

Karena masih sepi aku dapat menjatuhkan tubuhku ke kursi yang terdapat di teras dam membuka ponsel. Mencari soal-soal onlane di internet.

Tak kurang dari 20 menit, tempat ini sudah mulai ramai dengan orang-orang yang asik mengobrolkan hal-hal yang tidak penting.

Entah mengapa tiba-tiba hidungku mencium bau harum yang sangat nyaman untukku hirup. Aroma yang membuatku mabuk serta kecanduan. Aroma lavender yang dipadukan dengan mint membuat aromanya menyegarkan.

"Mate....mate kita ada di sekitar sini, Dev. Mateku...," teriak serigalaku, Eright dalam pikiranku.

"Kau ada-ada saja, Rig. Mana mungkin kita menemukan mate secepat ini," balasku melalui mindlink.

"Cih.., seharusnya kau bersyukur. Kita tidak perlu mencarinya. Kita dapat menemukannya tanpa harus mencarinya," guman Eright kesal.

Aku langsung saja memutuskan mindlink secara sepihak sebelum serigalaku ini membuat kapalaku menjadi pusing.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Tanpa pikir panjang aku pun segera masuk dan memilih duduk di bangku paling depan yang menghadap ke selatan. Tempat yang paling dekat dengan guru.

Segeraku ambil soal yang berada di depan meja guru dan membacanya sekilas.

Tiba-tiba perhatianku teralihkan dengan aroma yang sama. Lavender mint.

Secara refleks atau mungkin dorongan dari Eright, kepalaku terangkat. Memperlihatkan gadis cantik dengan rambut panjangnya masuk ke dalam ruangan.

Ia duduk di meja baris kelima dari depan yang menghadap ke arah timur. Aku dapat melihatnya dengan jelas di sini. Ataupun sebaliknya.

"Devan, mateku ternyata sangat cantik," ucap Eright memujinya.

"Mate kita," protesku datar.

"Cih..., memangnya kau sudah menganggapnya sebagai matemu?"

Tanpa berbasa basi aku langsung memutuskan mindlinkku secara sepihak tanpa menanggapinya sedikitpun.

Pelajaran segera dimulai. Namun, tiga detik sebelum itu ada segerombolan cowok sekitar 9 hingga 10 orang masuk dan mengambil soal. Mereka kemudian mengambil bangku yang berada di belakang mate-ku. Haa brengsek.

"Seharusnya kita yang duduk di sana. Cih..., kau sih tidak menyetujuiku," Eright terus memprotes ketidak setujuanku untuk memilih bangku yang berada di dekat mate kami.

Setangah jam berlalu. Suasana yang tadinya tenang dalam seketika berubah menjadi berisik dengan candaan para cowok-cowok yang duduk di belakang gadisku tadi.

Mereka melemparkan beberapa protes pada jawaban yang terdapat di soal yang di bahasa dan diselingi oleh lelucon-lelucon mereka.

Pelajaran pun akhirnya dilanjutkan dengan higmad. Sampai ada satu soal lagi yang mereka proteskan yang membuat hampir seluruh orang yang berada di sini ikut tertawa.

Tanpa sadar mataku melirik gadisku, mate-ku yang tertawa lepas. Ia terus tersenyum dengan memperlihatkan gigi putihnya yang berjajar rapi dalam mulutnya. Entah sihir apa yang masuk ke dalam diriku. Tiba-tiba saja bibirku sedikit terlihat. Membentuk sebuah senyuman kecil setelah aku melihat mate-ku.

Aurora POV

Tiga puluh menit telah berlalu daengan keadaan tenang. Namun, sesudah menit tersebut suasananya berbanding terbalik. Sangat ramai dengan suara lelucon dan tawa mereka.

Aku tidak terlalu terganggu saat ini. Walaupun suasananya berubah menjadi ramai, setidaknya mereka dapat membuatku tertawa.

Tak lama setelah itu, guru pembimbing memerintahkan kami untuk menulis apa yang ada di papan tulis.

Dan pada saat itu pula aku melihat salah seorang cowok. Aku baru menyadari ada cowok yang duduk di depan. Karena hampir semua yang berada di depan adalah cewek.

Entah kenapa cowok tersebut mencuri perhatianku. Apakah karena wajahnya? Fasionnya? Kepintarannya? Apapun itu, aku tidak mengetahuinya.

Wajahnya lumanyan tampan. Dengan hidung yang mancung, bibir yang pas, serta matanya yang menatap tajam.

Fasionnya santai, simpel, aku suka itu.

Pintar? Hem... aku tidak tahu ia pintar atau tidak. Tapi menurutku ia mempunyai ambisi yang besar. Terlihat dari wajahnya yang datar dan selau memperhatikan guru.

Beluma ada lima menit, segrombolan cowok yang berada di belakangku ini membuat lelucon lagi yang membuat seisi ruangan pecah dengan suara tawa hampir semua orang yang hadir. Aku pun ikut tertawa, sesekali aku melihat cowok yang berada di samping guru tadi. Cowok tersebut tetap dalam muka datarnya tak memperdulikan suasana.

Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain dengan keadaan masih tersenyum. Tanpa sengaja aku melihat cowok itu lagi, dan siapa sangka ia mulai tersenyum. Walau senyuman kecil itu sangat terlihat manis di wajahnya. Kalian banyangkan saja. Ada seseorang yang jarang tersenyum, tapi  kalian dapat melihatnya orang itu tersenyum adalah hal yang paling luar biasa.

Aku tidak tahu kenapa ia bisa tersenyum. Jika aku perhatikan dari tadi, ia tidak tersenyum apalagi tertawa sama sekali sewaktu cowok-cowok yang berada di belakangku ini membuat lelucon. Entah apapun itu aku senang.

Devanio POV

Akhirnya selesai sudah membahas soal-soal tadi. Segera kumasukkan alat tulis ke dalam tas dan tanpa pikir panjang aku segera beranjak dan keluar dari ruangan sebelum jalan keluar dipadati oleh gerombolan manuasia.

Aku memilih duduk di bangku teras depan sembari menunggu para pemilik motor yang menghalangi motorku keluar. Jika saja saat ini aku berada di packku, aku sudah memerintahkan para wariorku untuk motor-motor sialan itu.

Aroma itu lagi. Lavender mint. Aroma itu sangat kuat masuk ke indra penciumanku. Membuatku mabuk seketika. Namun aku masih tersadar di mana saat ini diriku berada. Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku dan aroma tersebut perlahan-lahan menghilang yang diikuti oleh perginya mateku.

"Kau membiarkannya pergi?" Serigala itu akhirnya membuka suara lagi setelah sempat marah karena aku acuhkan.

"Belum saatnya kita memilikinya," jawabku datar.

"Kau... Dev banyak hewolf yang sudah memiliki mate saat usia mereka 19 tahun, dan kau merasa belum saatnya kau memilikinya."  Jelas Eright panjang lebar.

"Bukan seperti itu Righ. Kau harus tau saat ini kondisinya berbeda. Statusku saat ini masih sebagai seorang pelajar dan aku ingin fokus belajar," aku mencoba menjelaskannya kepada Eright alasannya.

"Itu statusmu sebagai manusia saat ini, tapi statusmu di dunia kita adalah Calon Alpha yang harus mempunyai Calon Luna-nya." Protes Eright meluap-luap.

Aku memutuskan mindlink secara sepihak. Akhir-akhir ini entah kenapa serigala itu sering bawel. Apalagi setelah bertemu dengan mate kami.

Tak kurang dari sepuluh menit tempat parkir sudah sepi. Aku segera mengambil motorku dam melesat menuju mansion, rumahku.
.

.

.

.

.

.

______________________________________
Maaf kalau banyak typo bertebaran....
Ini cerita werewolf-ku yang pertama. Semoga kalian suka...
Jangan lupa komen dan vote-nya...

Continue Reading

You'll Also Like

807K 71.4K 53
Cup Dari sanalah awal semua kehidupan gadis itu berubah... Dimana Sesha berciuman dengan mumi FIRAUN.
4.4M 294K 56
(ENDING) "APA YANG KAMU UCAPKAN, VINCENT!?" Dadaku terasa sangat sesak, bagai terhimpit benda berat tak kasat mata. Dia, orang yang berada di depan...
4.2M 266K 81
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
1.1M 141K 47
"I'm Hanzel Lee Alpha of Dark Moon Pack reject you, Devia Alexander as my mate." Penolakannya terngiang-ngiang di kepalaku. Menghantarkan rasa bahagi...