Bintang

By dyawp_

13.5K 2.4K 4.2K

"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan cuma diam. Biar orang yang sayang sama lo tahu apa yang harus dia lakukan."... More

"BINTANG"
(2)Perkataan
(3)Rencana
(4)Janji
(5)Keadilan
(6)Kabar
(7)Cafe
(8)Hanya Rindu
(9)Keong Mas
(10)Es krim
(11)Bucin Akut
(12)Pulang bareng
(13)UKS
(14)Mainan
(15)Pulpen
(16)Lomba
(17)Lapangan bola tenis
(18)Berubah
(19)Sebuah lagu
(20)Rumah Sakit
(21)Ditolak sebelum menembak
(22)Pacaran yuk!
(23)Lapangan bola tenis 2
(24)Sakit?
(25)Ada apa?
(26)Kenapa?

(1)Bertemu

1.4K 186 499
By dyawp_


***

Pertemuan tak terduga bisa jadi awal dari sebuah cerita

***


Bintang menghentikan laju motornya di depan rumah berpagar hitam dan bercat tembok warna hijau. Tadi sebelum berangkat dari rumah, Ibunya menitipkan pesanan kue untuk diantar ke rumah ini.

Rumahnya Pak dokter.

Begitu Bintang menyebutnya. Karena pemilik rumah ini ialah seorang dokter spesialis. Bintang menuruni motor dan berjalan melewati gerbang yang kebetulan terbuka.

Sampai depan pintu utama yang memiliki dua daun pintu. Satu terbuka dan satunya lagi tertutup, dia mengetok pintu.

"Assalamu'alaikum."

"Permisi ...."

"Assalamu'alaikum."

Tidak ada sahutan, mungkin pemilik rumah tidak mendengar. Melihat rumah yang besar ini, kecil kemungkinan suara Bintang akan terdengar. Cowok itu beredehem untuk menyiapkan suaranya.

"ASSALAMU'ALAIKUM, PERMISIIII ...."

Bintang mengulanginya lagi lebih keras.

"Wa'alaikumsalam," sahut seseorang tak lama kemudian. Cewek dengan seragam putih abu dan tas yang menyampir di bahu, keluar menghampiri Bintang.

"Gak usah teriak-teriak kenapa sih? Ini rumah bukan hutan," omel cewek itu setibanya di depan Bintang. Melirik sinis pada seorang cowok di depannya yang memakai seragam sama seperti dirinya sambil membawa paperbag.

"Lagian daritadi gak ada yang keluar," balas Bintang memperhatikan cewek di depannya.

Cewek itu melipat kedua tangannya di depan dada kemudian menyandarkan tubuhnya ke pintu.

"Lo tau gunanya bel apa!?" cewek itu menekan tombol bel yang berada di sampingnya.

Bintang melototkan matanya. Sejak kapan ada bel disitu? Atau sejak kapan dirinya tidak memikirkan ada bel di rumah ini atau tidak.

Bodoh.

Tahu begitu, tadi Bintang tekan bel saja dan tidak perlu teriak-teriak yang membuat tenggorokannya sakit. Bintang menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia merutuki kebodohannya sendiri.

Cowok itu berdehem untuk menutupi tingkah konyolnya,
"Gue lagi menetralisir suara gue ... Ehem ... hem ... ehem."

Cewek itu, Airin. Memicingkan matanya aneh.
"Jangan-jangan lo gak liat ya ada bel rumah?" tanya Airin tepat sasaran.

Bintang melebarkan matanya.

"Iyakan?" Airin menuding Bintang dengan telunjuknya.
"Ck, aelah bego banget si lo? Atau mata lo minus? kalo minus tuh pake kacamata!" cewek itu menarik kembali tangannya dan memutar bola matanya.

"Eh! mata gue sehat walafiat gak minus sama sekali! Pake ngatain bego lagi!" sewot Bintang tak terima dikatain-katain oleh Airin.

Airin hanya mendesis sinis mendengarnya.

Selang beberapa detik, wanita paruh baya yang sudah rapi mengenakan baju kedinasan keluar menghampiri keduanya.
"Eh ... itu kue pesanan saya yah?"

Bintang menyerahkan paperbag berisi kue ke wanita tersebut.
"Iya Tante," ucapnya sambil tersenyum.

Tante Ratna yang merupakan bunda Airin menerimanya.

Kata Ibunya Bintang, tante ini sudah membayar kuenya waktu memesan jadi Bintang langsung berpamitan. "Ya udah Tante, saya pamit takut telat ke sekolah," pamitnya lalu membungkukkan badannya sebelum berbalik badan.

Entah ide darimana, Airin yang melihat punggung Bintang itu langsung menyeletuk, "Bunda aku berangkat sama dia ya? Kita satu sekolahan soalnya." Airin juga menunjuk seragam yang dipakainya dengan yang dipakai oleh cowok itu.

Bintang menghentikan gerakan melangkahnya saat mendengar ucapan Airin. Cowok itu berbalik sambil melototkan matanya ke Airin. Wajahnya memasang tanda tanya besar.

Tanpa menunggu jawaban Bintang, Airin langsung mencium tangan bundanya dan menyeret Bintang menuju motor cowok tersebut sebelum bundanya menanyai lebih.

Bintang yang masih kaget dan bingung tak ayal terseret paksa oleh cewek itu. Ia hanya pasrah karena tidak tahu harus bagaimana dan protes bagaimana.

Bintang tidak mungkin menolak di depan bundanya cewek tadi. Ia juga tidak diberi kesempatan untuk memprotes.

Akhirnya Bintang pasrah dan menyalakan mesin motornya. Lalu motor scopy warna putih itu pun melaju dengan cewek yang diboncenginya—yang bahkan ia tak kenal namanya.

***

Di tengah perjalanan.

"Stop! berhenti udah berhenti disini aja," pinta cewek itu seraya menepuk-nepuk bahu Bintang.

"Apa sih lo? Ini belum nyampe." Bintang memprotes tapi juga menepikan motornya karena risih cewek itu sedari tadi menepuk-nepuk bahunya, membuat Bintang terganggu saat menyetir.

Setelah benar-benar menepi, Airin segera turun dari boncengan motor. "Makasih tebengannya," ucapnya sambil menepuk bahu kiri cowok tak dikenalnya yang sudah berbaik hati memberinya tebengan kemudian berbalik badan.

Bintang mencekal pergelangan tangan cewek itu.
"Mau kemana? Sekolah masih jauh loh darisini," tanyanya. Bintang takut nanti ia yang disalahkan oleh ibu gadis ini. Yang Bintang tahu, ibu gadis ini berteman dekat dengan ibunya. Nanti kalo Bintang kena marah karena ada apa-apa sama cewek ini gimana?

Airin melirik tangannya yang dicekal. "Bukan urusan lo!" sentaknya sambil menghempaskan tangan Bintang lalu berlari pergi.

Bintang mengernyitkan dahi heran. "Lah??? Gimana??? Situ yang minta bareng kok gue yang ditinggal?" herannya. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya menatapi cewek itu yang berlalu pergi.

Tak perlu memikirkan cewek tadi, Bintang kembali melajukan motornya. Toh cewek tadi bukan siapa-siapanya, hanya tetangga satu kompleks. Bahkan dia tak mengenal nama cewek itu. Jadi bukan urusan Bintang mau dia berangkat pake ojek, angkot, atau ngesot pun bukan lagi urusan Bintang.

***

Airin melipir ke tempat yang sepi. Ia kemudian memakai hoodie yang selalu ia bawa dalam tas punggungnya. Airin sengaja memilih hoodie yang kebesaran ini untuk menutupi seragam sekolahnya. Panjang hoodienya saja sampai nyaris menyentuh lutut. Oleh karena itu, rok abu yang pendeknya di atas lutut tertutup alias tidak kelihatan.


Kalau jam sekolah begini pake seragam terus keliaran, nanti bisa diciduk polisi. Jadi, Airin sudah menyiapkan semuanya. Ia kemudian berjalan mencari pedagang makanan. Tadi pagi ia belum sempat sarapan. Kebetulan sekali Airin melihat pedagang dengan gerobak bertuliskan 'Bubur Ayam'.

Airin bergegas menghampiri abang tukang bubur ayam itu lalu memesan satu porsi bubur ayam. Sambil menunggu pesanan datang Airin membuka ponselnya.

Airin tersenyum ada chat masuk dari teman sebangkunya, Vanya.

Vanya: Sendiri ....
Sendiriku diam ....
Diam dan merenung ..... Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi .....

Airin: :(

Vanya: Tolong yah kalo bolos tuh ngajak-ngajak dong

Airin: Anak baik gak boleh bolos ya :)

Vanya: Berarti lo anak jahat dong

Vanya: Huhuhuhuh.... Terharu gue dibilang anak baik sama seorang Airin

Vanya: CIH! pdhl lo sndri bolos

Airin: Gak bolos syng, cuma males berangkat aja heheh :)

Vanya: -__-

Airin: Izinin gue dong Vanya cantik :*

Vanya: Izin si Airin bolos gt???

Airin: Vanya cantik2 kok bego yah

Vanya: Gak jadi gue izinin nih

Airin: Eh jgn dong :(

Airin: Vanya cantik

Airin: Beb :(

Airin: Nya

Airin: Vanya

Airin: Ntar biasa deh! Gmn?

Vanya: Oke ^^

Vanya: Btw si Leon nyariin tuh

Airin: Tuh orang masih idup?

Vanya: Dia pacar lo bego!

Airin: Oiya lupa :(

Vanya: Makanya klo pacaran jangan gonta ganti mulu. Udah kaya pembalut ajah

Airin: Nyari yg terbaik itu susah :(

Vanya: Lu kata Boboyboi 'terbaik?'

Airin: NGOMONG SM LO EMNG HRS SABAR YA :)

Vanya: Lo ngetik bukannya ngomong

Pesanan Airin datang, ia buru-buru menyimpan ponselnya. Tak lagi membalas pesan dari Vanya. Yang mungkin jika terus dibalas akan membuatnya emosi.

Airin lalu mulai melahap bubur ayam itu. Ia begitu menikmati bubur ayam. Meski bubur ayam bukan menu favoritnya.

Tidak butuh waktu lama, satu porsi bubur ayam telah ia habiskan. Ia berdiri lalu menghampiri si pedagang. Selesai membayar ia berjalan pelan menuju halte terdekat.

Tujuannya hari ini ialah bersenang-senang. Berharap bisa menghilangkan sedikit kesedihannya.

Airin tidak mau berangkat bersama bundanya. Nanti ia tidak akan bisa bolos seperti hari ini.

Airin sedang tidak ingin ke sekolah. Hari ini ia ingin bersenang-senang setelah semalaman ia menangis.

Ia jadi ingat semalam ia menangis sampai ketiduran. Sebenarnya ini bukan kali pertama Airin seperti ini.

Airin mendongakkan kepalanya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Tidak, ia tidak boleh menangis di depan umum seperti ini.

Airin menggeleng-gelengkan kepala untuk menghilangkan semua fikiran yang membuatnya sedih.

Airin gadis yang kuat.

Ia terus merapalkan kalimat itu berulangkali di kepalanya.

***

Rumah Bintang berada di kompleks perumahan blok C. Saat ini Bintang melewati blok A. Sengaja memilih jalan ini yang tidak ramai. Jalanan disini cukup lenggang.

Di sepanjang perjalanan pulang sekolah ini Bintang bersenandung riang. Penyebabnya tak lain dan tak bukan ialah hari ini ia pulang cepat. Sekolah menyuruh seluruh murid pulang karena guru akan mengadakan rapat. Itu yang Bintang dengar dari teman-temannya.

Tiba-tiba seorang cewek dengan hoodie kebesarannya muncul dari sebuah gang kecil dan langsung menghalangi Bintang.

"STOOOOOP!!!" cewek itu berdiri di depan motor Bintang dengan tangan terlentang dan kaki yang ia buka lebar.

Bintang refleks menarik rem mendadak. Kaget setengah mati. Hampir saja ia menabrak orang.

"LO MAU MATI HA?!" amuk Bintang. Tak terbayang jika tadi terjadi kecelakaan.

"KALO NTAR GUE DIPENJARA GARA-GARA NABRAK LO GIMANA?!! HAAA?!!!" Bintang benar-benar kalut. Tubuhnya sedang dikuasai oleh emosi sekarang ini.

"LO SAKIT JIWA YA?!!"

Teriakan Bintang tak dihiraukan oleh Airin, cewek itu. Airin langsung duduk di boncengan motor Bintang.

"Cepet jalan!" suruh Airin menepuk-nepuk bahu Bintang dan sesekali menoleh ke samping tempatnya tadi muncul.

Nafas Airin memburu.

"Gue bukan tukang ojek!"
Bintang memulai protesnya. Sekarang saatnya pembalasan atas apa yang dilakukan cewek itu tadi pagi. Tak disangkanya bahwa ia akan bertemu kembali dengan cewek ini.

"Gue bayar deh," Airin menghela nafas lelah. Dia harus cepat pergi dari sini sebelum ketahuan.

"Nggak!" ucap Bintang menolak.

"Ya udah minggir, biar gue yang nyetir sini!" ucap Airin menepuk-nepuk lengan Bintang.

"Nggak!"

"Gue bakal ngasih apa pun yang lo mau??!" tawar Airin. Airin menggigit bibir, keringat mengalir di dahinya. Dia benar-benar cemas.

Bintang menggelengkan kepalanya.

"Hp!? sepatu!? tas!? jam tangan!? jaket!? helm!?" Airin menyebutkan barang-barang yang sekiranya cowok ini pakai.
"Atau ....????" ia menjeda kalimatnya.































"Hati gue aja gimana???"

Bintang melongo.

Baru kali ini ia menemukan cewek sesinting ini.

Gila aja! hati ditawar tawarin.

"Eh bukan hati organ bukan! Hati ini nih," Airin mengacungkan tangan kanannya, menempelkan ibu jari dan telunjuk. "Cinta ...." katanya tak lupa dengan senyum lebarnya.

"Gue gak butuh apa-apa!" tolak Bintang mentah-mentah. Tubuhnya bergedik ngeri mengingat tawaran cewek tadi. "Gue maunya lo turun dari motor gue!" tuturnya, tidak mau diajak bernegoisasi.











"AIRIIIIIIIIIINN!!! TUNGGU!!!" seorang cowok dari kejauhan berteriak memanggil-manggil nama Airin. Membuat Airin kelimpungan sendiri.

"Jalan...." suara Airin mulai memelas.

Bintang malah melipat tangannya di depan dada.
"Enak aja lo nyuruh-nyuruh gue. Emang gue babu lo apa?!" ucap Bintang kesal.

Airin menggeram marah kemudian turun dari motor. Ia memukul kepala Bintang yang terbungkus helm.

"Ck. Apaan sih lo!?" Bintang berdecak kesal.


"Airin!" cowok yang berteriak tadi tiba-tiba sudah disamping Airin dan mencekal pergelangan tangan Airin.

"Rin jangan tinggalin aku gitu aja. Aku tuh salah apa sampai kamu mutusin aku? Aku butuh penjelasan, Rin."

Airin berusaha keras melepas cekalan tangan tersebut.

Rasa-rasanya Bintang tengah melihat drama di depan matanya. Bintang tak peduli dengan Airin yang sedang berontak menghadapi seorang cowok—yang mungkin adalah pacarnya Airin.

Merasa bukan urusannya Bintang mulai beranjak untuk pergi.

Tapi belum sempat Bintang pergi Airin lagi-lagi mencegahnya, "Eh tunggu!"

Airin melirikan matanya ke badge nama Bintang.

Bintang menaikan sebelah alisnya.

Terlihat Airin menarik nafas dahulu sebelum berkata,
"Ini Bintang, pacarnya Airin."

***








Tbc!

JANGAN LUPA

VOTE+COMENT+SHARE

TERIMA KASIH

dyawursita






JANGAN JADI SILENT READERS!😭

Continue Reading

You'll Also Like

2M 112K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
635K 53.8K 35
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
1.9M 61.4K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPPE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
3.7M 218K 58
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...