Dependencia (Tamat)

By fairypatetic

9.3M 406K 30.7K

(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) Kalya Risaluna memberikan seluruh hidupn... More

Dependencia
Prolog
Part 1
Part 2
Part 4
Part 5
Berpisah Itu Mudah
Promote Cerita Baru
Pindah ke Dreame
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46 (Ending)
Ekstra Part
Sekuel
perayaan juara kedua

Part 3

232K 11.3K 25
By fairypatetic

Bunyi bel apartemen mengagetkan Kalya hingga buku yang tadi dibacanya jatuh menimpa wajah. Akh, tidak. Bukan Kalya yang sedang membaca buku, tapi ia yang dibaca oleh buku karena matanya justru memejam dan segera larut dalam tidur. Sayang sekali, bunyi bel tadi memaksa Kalya terbangun tak siap.

"Kamu siapa?" tanya seorang pria berumur dengan pakaian kemeja garis-garis.

Kalya tergagap, bingung harus menjawab apa. Pasti orang ini ada hubungannya dengan Nevan.

"Aku ... Kalya. Bapak siapa, ya?" tanyanya ragu-ragu.

"Kamu nggak perlu tahu," jedanya, "ini apartemen Nevan, kenapa kamu di sini?" Mata pria itu menyipit.

Benar, kan, dugaan Kalya, bapak ini memang mengenal Nevan.

"Benar, apartemen ini punya Kak Nevan."

"Oh ... diam-diam dia ngenyewain apartemennya ternyata. Awas itu anak."

Alis Kalya saling tertaut, menatap takut-takut. "Aku nggak nyewa. Kak Nevan yang suruh aku tinggal disini ...."

Kini giliran orang di depannya yang menunjukkan ekspresi kaget. "Bukan numpang sebentar?"

Kalya mengangguk."Bukan." Dia sudah beberapa bulan di sini, dan itu bukan waktu yang singkat.

"Ya udah, saya pergi dulu."

Berlalu, meninggalkan Kalya terbengong.

***

"Kal, gantiin aku bawa makanan ini ke meja yang di sana, dong. Lutut aku mendadak keram."

Walau enggan, Kalya dengan sigap menerima uluran nampan kayu dari Dea. Usai mengantarkan makanan di sudut resto, Kalya kembali ke belakang. Tak ditemukannya keberadaan Dea. Kalya pun memendang ke penjuru ruangan dan menemukan Dea, teman yang bersamaan dengan Kalya saat diterima sebagai pelayan di Skyra.

Termasuk Dea, beberapa pekerja resto sedang menyimak pemuda yang baru Kalya lihat hari ini. Dengan langkah ragu, dia pun mendekat.

"De." Disenggolnya tubuh Dea pelan. "Siapa?" Ekor matanya menyorot pemuda good looking yang sedang berbicara.

"Itu bos kita," bisik Dea tanpa memandang Kalya.

Oh ... Kalya mengguk paham. Pantas saja tampangnya bagus begini, eh ternyata dia pemilik resto yang tak pernah Kalya lihat.

"Sekali lagi saya bilang, sama pelanggan harus ramah. Jangan lupa senyum. Beberapa pelanggan bisa sebel kalau liat muka dongkol kalian. Sebisa mungkin harus bersikap ramah. Pasti kalian tahu itu, saya sekadar mengingatkan kalau-kalau kalian lupa."

"Baik, Pak!" jawab mereka kompak.

"Ayo, balik kerjakan tugas kalian. Harus hati-hati, tapi tetep enjoy, ya. Semangat! Good luck semuanya! Semoga betah kerja di Skayra. Saya pamit dulu, ada urusan lain."

Senyum si bos menjadi penutup pembicaraan, setelah itu meninggalkan para pekerja yang semangatnya sedikit lebih meningkat.

"Ternyata bos kita ganteng, guys," cetus Sasa tersenyum malu-malu.

Wajah Dea yang tadi ikut berbinar berubah masam. "Ganteng sih, tapi kayaknya udah ada yang punya."

Benar. Pak Raihan memang memiliki paras tampan. Wajar bila karyawan restoran mendadak jatuh hati dan mengkhawatirkan Pak Raihan sudah memiliki kekasih atau tidak. Sebab nyatanya, pemuda-pemuda tampan biasanya sudah memiliki tambatan hati masing-masing.

Bicara soal tampan, Kalya jadi mengingat Nevan. Kalya kuliah di kampus yang sama dengan Nevan, tapi selama memakai almamater yang sama, tak pernah sekalipun Kalya melihat batang hidung Nevan.

***

Aleta terus menolak titahan Nevan untuk menggunakan kursi roda. Tawa Aleta lepas melihat mimik kekesalan yang terpancar dari kekasihnya. Lama tak bertemu langsung, bolehlah membuat Nevan sebal sekali-kali.

"Nggak, nggak usah pake kursi roda. Aku udah kuat jalan, kok. Nggak lemes lagi."

"Ya udah, aku gendong aja."

Spontan, Aleta menjauhkan tangan Nevan yang sudah mendekat ke bawah lekuk lututnya.

"Malu, ih. Diliatin orang pasti."

Pipi Aleta merona.

Nevan pun tersenyum, refleks tangannya menyapu lembut permukaan wajah Aleta. Lalu mundur selangkah memberikan Aleta ruang untuk menetralkan raut wajah yang semakin memerah.

Aleta berjalan dengan bahu dirangkul oleh Nevan. Usai melakukan pembayaran biaya rumah sakit, Nevan pun mengantar Aleta pulang ke rumahnya. Sampai di sana sudah disambut oleh mama Aleta yang seperti dulu-dulu, tetap ramah kepadanya.

"Tante kangen, deh, sama Nevan. Harusnya sering temenin Aleta," ucap Mama Aleta tak memedulikan cemberutan sang anak.

"Yang boleh kangen sama Nevan cuma aku, dong, Ma."

"Aku maunya juga selalu nemenin Aleta, tapi ... Tante pasti nggak lupa soal Om Tama."

Suasana mendadak hening. Binar gembira Aleta turut lenyap meski senyum tipisnya tetap tersungging.

"Aku yakin, nanti Papa pasti akan setuju sama hubungan kita berdua ... Papa cuma ... belum rela kalau aku punya lelaki lain selain Papa yang perhatian sama aku. Ingat deh, buktinya, selama hampir 3 tahunan ini kita masih sama-sama. Masih bisa ketemu. Iya, kan, Ma?"

Mamanya memangguk terpaksa. Sedangkan Nevan, mulutnya membisu. Ya, betul. Mereka pasti bisa berakhir bersatu. Walau ... entahlah, satu sisi dia yakin, satu sisi pula dia menginginkan Aleta menjadi satu-satunya wanita dalam hidupnya sebagai pasangan.

Hari ini, Nevan ingin menemani Aleta tanpa memikirkan kesibukan sesaat saja. Menyuapi wanita itu meski pada awalnya dorongan sendoknya tadi ditahan, hingga dengan malu-malu Aleta menelan bubur yang masuk ke mulutnya. Aleta jelas tersanjung. Perhatian Nevan masih sama, masih sehangat dahulu.

"Aleta."

Suara bernada tegas itu mengalihkan pandang keduanya.

"Papa? Kok, udah pulang?"

Nevan meletakkan mangkuk bubur di meja, lalu berdiri mengulurkan tangan kepada Natama Hariawan. "Om Tama," sapa Nevan berusaha ramah.

Sayang, niat baiknya tak disambut. Dengan kikuk Nevan menarik kembali tangan kanannya.

"Apa berada di kamar perempuan yang belum sah untukmu adalah hal wajar?"

"Papa ...." tegur Aleta melihat Nevan tak berkutik.

"Maaf, Om. Kami nggak melakukan hal di luar batas wajar, kalau itu yang Om khawatirkan."

"Iya, Pa. Nggak, kok. Kita nggak ngapa-ngapain."

Papa Aleta memandang Nevan dengan rahang menegas.

"Kita bicara di luar."

Lalu meninggalkan keduanya yang sudah tak berkutik. Sebisa mungkin, Nevan menahan dengkusan yang ingin meluap lepas. Hembusan napasnya berakhir memelan seiring telapak tangannya yang mengelus pundak Aleta lembut.

"Tenang. Semuanya pasti baik-baik aja."

Nevan mendekat, mecium puncak kepala Aleta yang menautkan jemari tangan akibat takut.

***

"Saya kira kamu nggak lupa kenapa saya larang kamu dengan Aleta," kata Papa Aleta telak.

"Saya nggak lupa. Cuma, saya meragukan alasan Om ngelarang saya."

Papa Aleta menatap Nevan tajam. "Anak muda seperti kamu mungkin belum mengerti kejamnya dunia bisnis."

Bukannya tertantang, Nevan justru balas memandang Om Tama santai.

"Soal mengerti cuma perihal proses. Jalannya waktu dan pengalaman akan sebanding dengan pemahan yang akan didapatkan. Saya pikir ... semakin seseorang banyak pengalaman maka semakin baik pula sikapnya menghargai orang lain, tapi ternyata saya keliru. Om sebagai orang yang memiliki banyak pengalaman, pasti Om paham maksud dari perkataan saya."

Hening di sekitaran komplek perumahan seakan mendukung tegangnya adu argumen antara Nevan dan Papa Aleta.

"Maksud kamu, saya ini orang yang nggak bisa menghargai orang lain, begitu?"

Sekarang, Nevan mengerti mengapa dulu papanya dan Om Tama berselisih. Nevan pun jadi tahu bahwa dunia bisnis sebenarnya tidak kejam, melainkan egolah yang membuatnya dikatakan kejam. Ketika sama-sama ingin berada di puncak, tak peduli merugikan orang lain atau tidak, maka di situlah beberapa ego tergerak berteriak menginginkan kuasa. Ia tak menyangka bila persoalan kesalapahaman masa lalulah yang menjadi penghambat antara hubungannya dengan Aleta.

»---------------------------------------«

Follow Instagram:

@ceritadarifulv

»---------------------------------------«

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 56.9K 43
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
5.8K 493 120
Translate NovelπŸ“Œ Seribu tahun di ujung neraka. No Edit❌
2M 47K 54
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

371K 44.9K 100
hanya fiksi! baca aja kalo mau