ALLESYA [END]

By fatehanu12

60.8K 3K 613

Amazing cover by : @seulwoonbi "Gue ingin bahagia, tapi kebahagian sangat sulit untuk mendekat kearah gue. Ke... More

1. Allesya Arfani
2. 11 Otomotif 1
3. Geng Cabe
4. Illa Mazka
5. "Gue kangen lo, All,"
6. Agil Mahendra Dinar
7. "Gila aja, lo!"
8. Hari Senin
9. Bad Day
10. Dia...Datang!
11. Rest
Visualisasi Tokoh
12. What Heppen?
13. Pelipur Lara
14. Kejutan Pahit
15. Tonight With You
16. Oh, Shit!
17. Penampilan Baru
18. Satu Fakta
19. Moodboster
21. Perjalanan
22. Sebuah Pengakuan
23. Refreshing
24. Sebuah Pengakuan [2]
25. Perjalanan Berakhir Kesinisan
26. Dia Yang Kembali
Playsong Allesya
27. Dia Yang Terdiam
28. Kabar Memilukan Semua Insan
29. Kacaunya Sang Pelabuhan
30. Luka Menyakitkan
31. Whats Wrong?
32. Trapped
33. Clubbing
34. Rusuh
35. Pertunangan
36. Salma dan Allesya
37. Ungkapan Rasa Yang Pernah Hilang
38. Terbongkar
39. Akhir dari Semuanya
40. Kacaumu Kacauku
41. Belum Berakhir
42. Akhir

20. Penguat Diri

1.2K 76 5
By fatehanu12

Cinta datang dari keterbiasaan.

***

“Cepet, Allesya! Masak dari tadi kok belum selesai, sih.” Ucap Agil tak sabar.

“Ya, bentar dong. Lo tinggal makan tanpa masak kok protes terus!” Kesal Allesya kepada Agil.

Agil sungguh manusia yang tak sabaran. “Gue udah laper!” jawabnya.

“Bodo amat! Sini masak sendiri sup lo! Gak mau lagi nerusin masakan ini.” Ucap Allesya semakin kesal. Ia berbalik melihat Agil dengan tangan yang disedekapkan.

“Ya, kan gue gak bisa masak. Gimana, sih, lo itu?!”

“Makannya jangan banyak protes! Diem bisa gak?”

“Ya, iya, maaf deh.”

Allesya tak menghiraukan Agil lagi. Ia melanjutkan masaknya. Ia harus bisa masak yang enak supaya tidak dihina oleh Agil.

Agil itu ... bermulut pedas-manis. Allesya harus tahan emosi jika bersama Agil. Bisa-bisa ia terlihat tua jika harus marah-marah setiap hari.

Allesya fokus memasak, sedangkan Agil fokus melihat Allesya dengan senyuman tipisnya.

Agil benar-benar jatuh cinta kepada Allesya. Ia tak menyangkal itu. Yang sekarang ia pikirkan adalah ... bagaimana membuat Allesya percaya dan berbalik mencintainya?

Jika Agil mengingat-ingat, dulu sempat mereka saling membenci. Melempar caci-maki disetiap hari.

“Benci itu ... benar-benar cinta, kan?” tanya Agil kepada Allesya tiba-tiba.

Allesya terperangah dan berbalik melihat Agil yang tengah berjongkok diatas kursi, “Maksud lo?”

“Benci itu benar-benar cinta.” Jawab Agil.

“Iya, tapi maksud lo apa?” tanya Allesya tak paham.

“Kayak gue yang dulu benci lo sekarang jadi cinta sama lo. Maka dari itu gue nyimpulin kalo benci itu singkatan dari benar-benar cinta.” Jelas Agil membuat Allesya merasakan dadanya berdenyut.

“Ngigo lo. Ngaco!” Jawab Allesya berbalik kembali untuk melanjutkan masaknya. Sebenarnya, ia menyembunyikan semburat di pipinya yang terasa panas.

“Kalo lo gak lupa, kita itu ... tunangan, loh.” Ucap Agil dengan senyum tipisnya. Tunangan pura-pura yang bakal gue jadikan tunangan beneran —Imbuh Agil di dalam hatinya.

Katakan Agil egois. Orang yang sudah menjadi budak cinta pasti akan melakukan apa saja demi meraih rival -nya.

Allesya tak menjawab ucapan Agil. Ia menyentuh dadanya yang sedari tadi berdetak kencang. Ia juga menyentuh pipinya yang masih terasa panasnya.

“Apa gue juga udah cinta sama dia? Tapi kenapa semudah itu?” Batin Allesya.

“Masakannya udah matang. Mau makan apa mau ngaco terus?” tanya Allesya ketus.

“Mau makan.”

Allesya segera menaruh semua masakannya didalam wadah yang berbeda-beda.

“Biar gue bantu.” Ucap Agil tiba-tiba. Ia telah berada di samping Allesya dengan senyum tipisnya yang kemudian menarik makanan yang ada di tangan Allesya.

Kini mereka makan bersama. Agil terlihat menikmati masakan Allesya. Sedangkan Allesya menunggu sebuah kata yang keluar dari mulut Agil.

Agil mengernyit ketika Allesya tak makan melainkan melihat dirinya. “Kenapa?” tanya Agil heran.

“Gimana masakan gue?” tanya Allesya.

“Enak banget. Gue gak nyangka, sih, lo pinter masak.” Jawab Agil tak menyangkal. Ia sedikit salah tingkah dilihat Allesya seperti itu.

“Lo, sih, ngeremehin gue!” Sinis Allesya.

Mereka kembali melanjutkan makannya yang hanya menghasilkan bunyi dentingan sendok dan piring.

Setelah beberapa menit mereka selesai makan dan mencuci piring bersama.

“Gue selalu ngebayangin kalo kita kayak gini terus.” Ucap Agil yang sedang melap piring yang telah di cuci oleh Allesya.

“Udah, deh, jangan ngaco.” Jawab Allesya.

“Gimana caranya lo bisa percaya?” tanya Agil tanpa melihat Allesya.

“Emang lo beneran cinta sama gue?”

“Heem.”

“Cinta apa obsesi?”

“Cinta.”

“Preet. Udah ah jangan ngaco.” Jawab Allesya ketika telah selesai mencuci piring.

Ia segera menuju ke ruang televisi. Disana ia mendapati ponselnya yang tengah bergetar tanda ada panggilan masuk.

Papa?  -tanya Allesya didalam hati.

Allesya segera mengangkat telepon.

“Halo?” Ucap Allesya lirih. Ia tak pernah sekalipun bersikap dingin kepada orang tuanya. Meskipun ia sangat kecewa dengan keduanya.

“Sayang, Papa tau kalo kamu sekarang pindah di Jakarta, ya?” tanya Sang Papa diseberang telepon.

“Iya. Kenapa?”

“Papa udah tau semuanya. Tapi maaf, Papa gak bisa datang ke kamu.”

Halah, udah biasa. Batin Allesya.

“Iya, gak pa-pa, kok.”

“Kamu mau mobil apa, Nak? Biar Papa ambilkan di sini. Buat kamu sekolah.”

“Nghh ... Terserah.”

“Yaudah, besok mobilnya biar anak buah Papa aja yang nganter. Papa sibuk. Maaf, ya.”

“Hm. Terimakasih.”

Setelah itu ia mematikan panggilan sepihak. Ia terlalu rapuh. Ia sebenarnya tak ingin mendengar suara orang yang tak pernah memberinya perhatian. Ia sesekali merasa muak dengan orang tuanya. Mereka bisa memberikan banyak kemewahan tapi mereka tak bisa memberikan sedikit kasih sayang. Lagian ... apa-apaan mereka ini?

Sebenarnya, Papa Allesya seorang pengusaha sukses. Beliau memiliki industri mobil dan industri motor yang terkenal. Bahkan produksi yang telah dibuat di industri sudah mendunia. Tak heran jika beliau selalu sibuk.

Kekayaan dari keluarganya selalu turun-temurun. Kakak Allesya pun memiliki usaha sendiri. Ia memiliki industri moge dan juga sperpack. Juga telah mendunia.

Jika Mama Allesya, beliau seorang desainer ternama. Baju-baju desainnya hanya kalangan orang kaya saja yang mampu membelinya, pun telah mendunia.

Maka dari itu, Allesya hidup tak pernah kekurangan harta. Ia hanya kekurangan kasih sayang. Meski begitu, ia tetap berusaha untuk mandiri dan tidak mengandalkan uang bulanan yang ditransfer oleh Papa, Mama, dan Kakaknya.

Agil menyusul Allesya ke ruang televisi. “Siapa tadi yang telpon?”

“Kepo.” Jawab Allesya ketus.

Agil melihat raut kesedihan yang berada di wajah Allesya. “Lo kenapa, Allesya?” tanya Agil mendekati Allesya yang tengah duduk di sofa. Agil kesulitan melihat wajah Allesya. Sehingga, ia berjongkok dan melihat wajah Allesya.

“Lo nangis?” tanya Agil lagi.

Ia melihat punggung Allesya bergetar. Ia menarik rahang Allesya dengan kedua tangannya agar bisa melihat jelas. “Kenapa lagi, sih?” tanya Agil melembut.

Agil selalu saja bersikap manis ketika seperti ini. Membuat Allesya semakin nyaman saja. “Kan, lo udah janji kalo gak bakal nangis lagi. Siapa yang bikin lo nangis lagi kayak gini, hmm?” Agil mengusap air mata yang mengalir di pipi Allesya menggunakan ibu jarinya.

Allesya tak menjawab melainkan ia menubruk dada bidang Agil. Menumpahkan segala rasa yang berkecamuk di hati. Agil membiarkan Allesya menangis dan mengusap-usap kepala Allesya.

“Lo bohongin gue. Lo juga bohongin diri lo, Allesya.” Ucap Agil.

“Lo gak bisa konsisten sama janji lo.”

“Ini harus yang terakhir kalinya lo nangis, ngerti?”

Agil tak mendengar jawaban Allesya. Ia hanya merasakan jika Allesya mengangguk didalam pelukannya.

Allesya rapuh. Agil juga rapuh, namun ia selalu berusaha menyembunyikannya agar Sang Perapuh-nya tak semakin meremuk.

Punggung rapuh ini ... harus selalu ditopang.

Dada rapuh ini ... harus selalu ada penjaga yang menjadi penyangganya.

Keduanya sama-sama rapuh. Sebisa mungkin mereka saling menguatkan. Di lindas dengan sekejap pun mereka akan hancur lebur.

Kehancuran rumah tangga orang tua itu sangat menyakitkan. Sekalipun bergelimangan kemewahan, terasa hambar bila tak pernah mendapat secuil kasih sayang.

“Jadilah penguat gue, maka gue akan jadi penguat lo, Agil.” Ucap Allesya didalam dekapan Agil. Tangisnya sedikit mereda.

Ia melepaskan pelukannya, “Gil, berhubung besok udah mulai libur semester genap, lo mau gak temenin gue pulang kampung?” tanya Allesya.

“Pulang ke Jawa?” tanya balik Agil.

“Heem.” Allesya mengangguk, mengimbuhkan, “kalo lo gak keberatan, sih.”

“Gak kok, gak keberatan. Nanti pulang dari sini gue mau pamitan sama Bunda.” Jawab Agil sembari menggeleng meyakinkan, “berapa hari?”

“Kita perjalanan itu sehari semalam lah, ya.” Ucap Allesya menatap dinding sambil mengira-ngira, “Yah, kita nginep dua hari semalem aja disana. Gue cuma mau ambil barang aja, kok. Sekalian mau nengok rumah gue yang disana.”

“Rumah lo tinggal gitu aja? Gak angker, tuh?” tanya Agil heran.

Allesya menggeplak kepala Agil pelan, “Heh! Disana rumah gue dijaga sama ART. Ya, kali angker. Paling juga angker kalo ada lo.”

“Halah, gue gak bisa ngapa-ngapain lo, dong.” Ucap Agil mempautkan bibirnya.

“Besok setelah mobil gue dateng, jeda sejam kita berangkat.” Ucap Allesya tak menghiraukan omongan Agil yang sangat tidak jelas.

“Oke, Bu Bos, terzheyeng!” Jawab Agil semangat.

Allesya mengerenyitkan kedua alisnya. Merasa geli dipanggil dengan sebutan alay. “Zheyeng apaan?”

“Zheyeng itu bahasa gaul jaman sekarang, artinya sayang. Yaelah, kudet banget lo.”

“Alay.”

“Gaul kok dikatain alay.”

“Halah-halah, alay.”

“Gaul, Bege!”

“Alay, ya, alay.”

“Gaul, Allesya Zheyeng.”

“Sekali lagi lo ngucap gitu, gue bikin lo mampus!” Ucap Allesya melotot ngeri.

“Iya, deh. Gak ngulangin lagi. Kalo gue ngulangin lagi, gaplok aja gue pake bibir lo. MAK CEPLOK! SEGER, BUNDAA!” Teriak Agil ngelantur. Empat kata terakhir membuat Allesya ingin mual.

Agil ... selalu saja memiliki cara tersendiri untuk menghilangkan kesedihan Allesya. Sekalipun itu terasa merisihkan juga bagi Agil untuk mengibur dengan kata-kata yang ngawur.

“Agil! Lo manusia paling menjijikkan!” Teriak Allesya tertahan.

I try to make you happy and always keep smile.” - Batin Agil didalam hatinya sembari melihatkan deretan gigi putihnya karena mendengar respon Allesya. Sesungguhnya, ia juga sangat jijik dengan gaya bicaranya.

***

Nghh ... MOHON DIBACA!

Pengen cepet-cepet update biar nanti makin greget. Tapi aku gak tau juga kalo besok besok malah update ngaret, hihi.

Sempet kehilangan mood buat nulis karena ada masalah yang gabisa aku ceritain. Yang pastinya sangat mengguncang buat aku. Untung aja, aku punya draft ini setelah aku update chapter 19.

Ada yang berharap Allesya dan Agil jadian? Maaf ya karena dari awal aku selalu ngegantung hubungan Agil dan Allesya, hahaha.

Setelah ini aku akan buat mereka bahagia kok. Tentu saja setelah itu aku akan menyiksa mereka. Ups spoiler. Nghh ... Mungkin chapter 21 dst lah, ya puncaknya.

Jadi, kalian maunya konflik yang gimana?

Oke, jangan lupa vote dan komen. Jangan jadi sider alias silent reader. Nulis gak gampang loh, kalo kalian gak ninggalin jejak berati kalian gak ngehargai usaha penulis. Yah, meskipun aku masih pemula. But, itu justru yang sangat berharga!

Jangan jadi orang jahat, ya. Aku harapnya sih punya reader yang mau ngehargai usaha penulis meskipun kadang-kadang alur gak sesuai ekspetasi reader. Dibalik semua itu, pasti penulis punya konsep alur yang bahkan lebih bisa mengguncang dan bikin ceritanya bisa hidup, yah meskipun hidupnya harus kelamaan hahaha.

Okeoke, aku akhir-akhir ini jadi bawel hahaha

Jangan lupa vote dan komen, pembaca tercinta ...

Continue Reading

You'll Also Like

852K 84.6K 47
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
582K 42.7K 30
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
5M 376K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
6M 260K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...