KissMark|| Jaeyong ⚠️🔞

By Milouniverse724

2.4M 153K 60.1K

Taeyong dengan segala imagine mengenai sang Jung tampan menjadikannya tak bisa menolak sentuhan manis yang su... More

Let Me Know You
Dare Me
.... .
Gak jadi
hemmm
F************
Ujian Hidup
Dear FF,
UpDate😘
What?!
Save.
BRoKe uP
Broke Up (no tipu-tipu)
Pamit
Ron
Hap
L
Share
So Hot
Werewolf(?)
What Do You Mean?
For Some Reason
Rise
Fifty Shades Of Jay
Miss Me?
Papa?
I Won't Let U Go like, Let It Go
Disappear
RUSUH ASTOFIRULOHHH :V
Eh Duntak :v
Stupid Stalker
That Day....
"Channie Is Mine!"
After We Bare Our Choice
Daddy's Activites
Beauty Inside
Hello Btch
No One Asking
Because
Sparkling
Never Say Never
Celebration
Beach Mada-
My Daddy's Love
Affairs
If I Die Young
Level 17
Starry Night ( Level 17 Part 2 )
Bonus Chap : A New Year
The War
Bukan Notif Ayank mu
After War ( Level 17 Part 3 )
DUKUNG AKU DI NOVELME!
Spread My Legs For U

New❗

55.3K 3.9K 1.8K
By Milouniverse724

Gaes
Otakku kalo disuruh mikir ginian tuh....
Hemm...

Seseorang itu tersenyum pada Taeyong.

"Apa, kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Taeyong.

Seseorang itu tertawa sekencang-kencangnya. "Kau tidak mengingatku, Lee?"

Taeyong menggeleng. Ia tak pernah bertemu dengan orang asing sepertinya. Bahkan, ia sangatlah aneh. Melebihi stranger manapun. Ya, ia sadar kok kalo ia itu banyak banget yang naksir. Mungkin, karena ia dikaruniai oleh wajah yang can-

*PLAKKK! / ngelusin jidat sendiri.

*"Gue itu ganteng, please!" Taeyong berontak.

*"Tapi, Yong... Lo itu cantik, sumpah! Gua aja kalah ma lo!" kataku. Taeyong masih ngotot.

*"Buktinya mana kalo gua cantik?"

/nyodorin foto di hape gua.

*"............"

*"Gua..........

*"Tenyata, ganteng banget!"

*PLAKKK!!!!

*"Gini masa dibilang ganteng sih?! Sapa yang bilang lo itu ganteng?!" gua ngotot setengah mati.

/ngepalin tangan, bersiap buat jotos  tapi, aslinya gak ikhlas.

*"Ihhh!! Lu mana tau dulu gua itu ganteng! Liat aja foto kecilan gua!"

/balik nyodorin selembar foto.


*"............."

*"Lo cantik banget sumpah, Yong."

/ngambil palu Thor, bersiap buat kejar-kejaran ama depi.

*"GUA ITU GANTENG!!"

/kejar-kejaran ampe malem menjelang. Jadinya, lupa buka puasa. Alhasil, puasa mereka sia-sia.

G dheng.

Oke, kembali ke realita.




Seseorang itu menyodorkan tangannya. "Kenalin, gua Kim Taehyung. Satu angkatan ama lo. Aslinya, dulu kita kelasnya bareng sebelum kita nentuin fakultas. Gua anak fakultas ekonomi. Jurusan manajemen. Lo anak MIPA, bukan?"

Taeyong membalasnya. "Ah, Iya. Aku di jurusan biologi. Tapi, aku juga ambil peminatan di jurusan manajemen."

Seseorang itu semakin mengapit jari jemari Taeyong. "Wahh, nanti siang aku ada kelas campuran sama anak MIPA! Soalnya, Ssaem lagi sakit dan gak bisa ngajar. Asistennya suruh gabung kelas aja! Nanti mau duduk denganku?"

"Ah, iya iya." Taeyong hanya mengangguk sambil tersenyum. Taehyung banyak sekali bercerita tentang ini itu. Tanpa sadar, seseorang sedang memperhatikan mereka dengan perasaan yang berapi-api.

.
.
.

"Baiklah, karena Ssaem berhalangan hadir, saya gabung kelasnya sama anak ekonomi. Gak keberatan, kan?" tanya asisten dosen, Ji Chang Wook. Semuanya menjawab iya. Mereka menyambut anak ekonomi dengan senang hati. Toh, ini kelas peminatan bagi mereka.

Semua murid ekonomi masuk, Taehyung sudah melambai ke arah Taeyong. Bersiap untuk duduk di sebelah Taeyong. Taehyung sudah menggeser bangku, namun dengan lancangnya seseorang duduk begitu saja di bangkunya. Meletakkan tasnya begitu saja. "Hei, ini tempat dudukku!" Taehyung tidak terima. Seseorang itu mengangkat kakinya, melipat tangannya. "Siapa cepat dia dapat." jelas orang tersebut. "Tapi aku yang mengambil bangku ini! Kau bisa pindah sekarang!"

Taeyong hanya terdiam. Orang tersebut masih tidak beranjak dari sana. "Ehh, Tae kau bisa duduk disebelah sini!" kata Taeyong sambil menunjuk bangku sebelahnya. Ya, seengaknya gak jauh-jauh dari Taeyong. Taehyung mengerti, langsung duduk di sebelahnya. Namun, lelaki itu langsung melempar tasnya ke sana. Taehyung terkejut. "Maumu apasihh!?" Taehyung frustasi. Pria itu menunjuk bangku belakang. "Duduk saja disana."

Taehyung mengepalkan tangannya. Menghampirinya dengan wajah kesal. Taeyong menghentikannya. Menarik lengan Taehyung. "Sudahlah! Mungkin, lain kali kita bisa duduk bersama lagi. Jangan buat keributan, ne?" Taeyong berusaha menenangkan Taehyung yang sudah kalap itu.

Taehyung menarik napas panjang. "Baiklah, aku akan mengalah. Kau janji kapan-kapan mau duduk denganku, lagi?"

Taeyong mengangguk. "Eung! Tapi, untuk kali ini, biarkan saja orang ini, oke?" Taeyong mengelus dada Taehyung. Taehyung tersenyum. Lalu, beralih ke kursi paling belakang. Pelajaran di mulai namun, ditengah-tengah kegiatan pembelajaran ia menulis kan sebuah surat.


Taeyong mengernyitkan alisnya. Seseorang itu malah membuang muka, berpura-pura sedang memperhatikan papan tulis. "Maksudmu? Dia pacarmu?"

Lelaki itu menatapnya sebentar. "Bukan urusanmu."

"Kau menyukainya?" tanya Taeyong. Lelaki itu mendelik. Wajahnya memerah. "Kepo."

Taeyong tersenyum. Lalu, kembali memperhatikan pelajaran.

.
.
.
.

Pelajaran usai. Taeyong membereskan barang-barangnya. Taehyung dengan langkah ceria menghampiri Taeyong. "Ayok, kantin! Gua traktir!"

"Boleh! Emang, gak ngrepotin?" Taehyung menggeleng, "Gak lah! Lo kan, gua anggap adek sendiri! Hehehheh." Taeyong suka dengan senyum Taehyung. Senyumnya begitu unik. Berbentuk kotak dan manis. Membuat siapapun yang melihatnya gemas sekaligus pengen nyulik seketika.

Mereka melangkahkan kakinya keluar kelas.

.
.
.

"Ini, tteobokki mu!" Taehyung menyodorkan mangkok pesanan Taeyong. "Makasih!" Taehyung mengangguk. Lalu, duduk di sampingnya. "Enak kaga?" tanya Taehyung. Taeyong mengangguk. Masih mengunyah makanannya. "Iya, enak banget! Mau nyoba?"

Taeyong menyodorkan sumpitnya. Menyuapi Taehyung. Dengan senang hati, Taehyung membuka mulutnya. Namun, seketika makanan pemberian Taeyong dilahap oleh seorang laki-laki.

Taehyung mendelik. "Kau lagi, kau lagi! Maumu apasih?! Bikin rese aja!" teriak Taehyung. Ia juga tanpa sadar menggebrak meja hingga, anttention orang-orang teralihkan ke arah ketiga orang itu.

"Enak juga. Apa karena ini makanan gratis, ya?" Taehyung mengepalkan tangannya. "Makanan gratis itu emang enak!! Apalagi, hasil nyolong punya orang!"

Taeyong menyuruh Taehyung untuk duduk, menenangkan diri. "Udah, jangan bertengkar disini! Nanti, dipanggil guru BK!"

"Gak bisa gitu, dong! Dia dari tadi ganggu mulu! Lo siapa, sih?! Fans gua?! Ya, ngefans gak sampe kek ginilah! Merusak kehidupan gua!" teriak Taehyung. Lelaki itu mengangkat wajahnya, balik menatap manik-manik coklat Taehyung. "Fans? Siapa bilang gue fans lo?! Dan, maaf kalo gua merusak kehidupan lo! Gua pergi."

Lelaki itu melangkah pergi dari kantin. Taehyung bersmirk. "Bagus! Pergi sana! Yang jauh! Jangan kembali!" Taehyung mengibaskan tangannya.

Taeyong berdiri. "Tae, orang itu-"

"Iya, emang gila orang itu! Biarin aja dia pergi! Dia gak bakal ganggu kita lagi!" jelas Taehyung. Tersenyum menang.

"Dia suka padamu."

Taehyung mendelik. "Apa? Menyukaiku? Hah! Dia cuma fans!"

"Orang itu namanya Jeon Jungkook. Anak jurusan Seni. Ia sangat terkenal. Dan, sepertinya ia mengincarmu." jelas Taeyong.

"Aku tau jika aku ini tampan, tapi dia sudah kelewatan! Dia bertindak seenaknya padaku! Dia bukanlah fansku!"

"Tapi, ia adalah orang yang mencintaimu." sambung Taeyong. Taehyung berbalik. Menatap Taeyong. "Tau dari mana?"

Taeyong menyodorkan selembar kertas. Taehyung membacanya. "Susul dia. Sepertinya, dia terluka karenamu. Sebelum terlambat."

.
.
.
.

Taeyong masuk ke dalam rumah aka mansion Jaehyun. Ia meletakkan tasnya. Lalu mandi. Ia tampak sangat kelelahan hari ini. Tidak tau kenapa. Hanya saja, hari ini begitu panjang saja. Setelah keluar dari kamar mandi. Ia masih mengenakan handuk sepinggul. Hanya menutupi sampai paha. Dadanya tereskpos. Ia melihat bayangannya di cermin. Memperhatikan perutnya. "Apa iya aku hamil? Seperti sebuah kebohongan saja! Ini seperti lelucon!" katanya. Ia mengelus perutnya yang masih datar.

"Ekhem, bersenang-senang hari ini sayang?"

Taeyong terkejut, berbalik ke sumber suara. Itu suara bariton Jaehyun. Jaehyun melipat tangannya. Bersandar di pintu. Memasang smirk mengerikannya.
Taeyong menunduk. Memegangi handuknya sendiri.

Jaehyun melangkah ke arah Taeyong. "Hari ini kau tampak bahagia. Ada seseorang yang membuatmu senyum-senyum sendiri seperti ini?" dengan sekali tarikan, Jaehyun meloloskan handuk yang menutupi paha Taeyong begitu saja. Ia terkejut. Masih menunduk. Tangannya menutupi selangkangannya. Jaehyun menyingkirkan tangan itu. Mencambuknya dengan sabuk kulit. "Siapa yang menyuruhmu, sayang?" suara dominan Jaehyun membuat merinding. Tangannya juga merasakan perih. Taeyong masih terdiam.

Jaehyun menggendongnya. Melemparkan tubuh kurus itu ke kasur king size nya yang empuk. Setidaknya, tubuh Taeyong tidak menabrak sesuatu yang keras. Taeyong menutupi wajahnya sendiri. Jaehyun menariknya. "Siapa yang memerintahkanmu untuk menghalangiku melihat wajahmu?" suara sensual Jaehyun berhasil menbuat libido Taeyong semakin tak karuan. Jaehyun tersenyum. "Katakan padaku, siapa yang seharian ini menemanimu? Dia selingkuhanmu?"

Taeyong mendelik. "Tidak, papa! Dia adalah Taehyung! Dulu, kami sekelas sebelum memilih jurusan masing-masing!"

CTARRR!!!

"Akghhh!"  Taeyong menjerit.

"Bohong." tatapan Jaehyun menusuk ke ulu hati Taeyong.

"Tidak, papa! Aku berani sum-Akkhgggghhh!" Taeyong kembali menjerit setelah penis Jaehyun langsung terhentakkan ke arah hole Taeyong. Tanpa pelumas. "Aku tidak mau mendengar nonsense." jawabnya dingin. Tatapannya kosong. Ia segera menggerakkan penisnya maju mundur secara kasar. Dengan cepat ia mengatur temponya. Taeyong merasa perih. Tubuhnya seperti terbelah dua. Lubangnya serasa mau sobek. Perih melandanya. Taeyong menangis tidak kuat merasakan perlakuan Jaehyun yang kelewat brutal dan kasar ini.

"Anghhh~ Eunghhh~Papahhh, hentikanhhh!! Dedek Mark!" teriak Taeyong. Jaehyun serasa tuli.

"Ayo kita gugurkan saja dia. Aku tidak mau punya anak dari seorang jablay darimu."

Kata-kata itu seolah menyihir Taeyong untuk mendorong Jaehyun sekuat tenaga. Jaehyun terdorong hingga terjatuh dari kasur. Hole Taeyong serasa perih sekali setelah, melepas penis Jaehyun.

"PAPA JAHAT! AKU BENCI KAU!"

Taeyong berlari keluar kamar. Jaehyun masih merasakan punggungnya yang sakit karena terjerembab ke lantai.

"TAEYONG! KEMBALI KEMARI!"

Jaehyun segera mengejar Taeyong. Namun, bagaimana bisa Taeyong bisa berlari begitu cepat setelah Jaehyun membuat lubangnya serasa mau sobek?

Jaehyun tidak menemukan Taeyong dimanapun. Ia segera pergi ke depan gerbang. Ia melihat Taeyong masuk ke dalam taksi. Dengan tubuh bagian bawah masih terlilit selimut.

"Taeyong, kembali!" teriak Jaehyun. Ia segera berlari ke mobil. Menyalakan mesin dan segera mengejar taksi Taeyong.

.
.
.

Kejar-kejaran dengan taksi Taeyong terjadi di jalan raya yang padat ini. Jaehyun tidak melepaskan Taeyong begitu saja. Ia merasakan dadanya sesak. Ini salahnya. Seharusnya, ia tidak berkata seperti itu kepada Taeyong. Andai, ia bisa memutar balik waktu.

Konsentrasinya terpecah. Ia kehilangan jejak Taeyong. Ia segera melacaknya lewat handphone. Namun, sinyal itu seperti hilang dari radarnya.

Jaehyun membanting stir. Memukul kemudi. "Sial! Kau bodoh sekali, Jung Jaehyun!!" ia frustasi, meremat rambutnya sendiri. Membenturkan kepalanya sendiri di kemudi hingga, memencet klakson. Suara klakson yang membuat bising telinga menjadi soundtrack lagu patah hati Jaehyun.

.
.
.
.

Taeyong membayar biaya taksi itu. Taeyong menutup pintu, lalu melangkah ke sebuah rumah sakit. Masih berjalan tertatih-tatih. Ia masih memiliki kekuatan untuk berjalan. Walau, mungkin cara berjalannya aneh. Atau, karena ia mengenakan selimut yang menutupi bagian bawahnya. Orang-orang sekitar menatap aneh padanya. Ia tidak peduli. Segera, ia mendaftar terlebih dahulu dan mengambil nomor antrian.

.
.
.
.

"Untungnya, kondisi bayi anda baik-baik saja. Tidak ada yang terlalu serius. Anda masih merasakan perih di bagian bawah?" tanya dokter kandungan. Taeyong mengangguk. "Sudah agak mendingan saat dokter memberikanku suntikan pereda nyeri. Terima kasih, dok."

"Iya, Taeyong. Aku selalu siap sedia membantumu. Biar aku yang bayar biayanya." dokter itu tersenyum. "Ah, jangan! Biar aku bayar sendiri, saja!" Taeyong tidak enak. Sungkan gitu. Duh, jadi merepotkan saja!

"Udah gua urus, Tae. Terlambat. Besok aja kalo kesini bayar sendiri, ne? Sekarang, anggep aja aku mengurangi sedikit kekayaanku yang berlipat ganda ini." jelasnya. Taeyong jadi merasa utang budi ama dokter cantik ini. "Makasih, Joshua hyung! Aku tidak akan melupakan kebaikanmu!" dokter itu tersenyum. "Iya, gak apa-apa. Tapi, kok kamu bisa hamil? Hamil di luar nikah?"

Taeyong menunduk. "Ak-akuu..... Hiks! Iya, aku jadi babysugarnya seorang CEO dari perusahaan Jung's Cooperation." Taeyong mulai menangis. Sambil menunduk. Joshua berusaha menenangkannya. "Shhh, buat apa kamu nawarin diri jadi babysugar?? Kamu butuh uang? Kenapa gak bilang sama aku, aja?? Kenapa kamu mau nyerahin harga diri mu sama om-om mesum gak jelas itu!?" Joshua agak membentak Taeyong. Taeyong semakin menangis. "Gatau, hiks! Dulu, dia yang mau nawarin aku buat jadi babysugarnya. Karena, aku bisa tinggal di rumahnya. Karena, aku udah diusir dari kontrakan. Belum bayar uang bulanan. Aku gatau harus kemana lagi!" Joshua menatap Taeyong intens. "Kamu kan, bisa bilang sama aku! Aku bakal nolong kamu dengan senang hati, kok! Kamu mau tinggal di mana sekarang?"

Taeyong mengusap air matanya sendiri. "Aku mau nyewa apartemen aja, aku gamau ngerepotin kak Jichu."

"Lho, gak ngerepotin kok! Gua udah nganggep kamu seperti keluargaku sendiri. Kamu mau jelasin ke aku kenapa kamu bisa kek gini?" tanya Joshua. Taeyong menghela napas. Lalu, secara runtut ia menjelaskan semuanya. Awal hingga akhir.

"Taeyong, kamu terlalu polos menurutku. Kamu itu korban penipuan om-om pedo itu!" Taeyong memiringkan kepalanya. "Sepolos itukah? Keknya kepolosanku ini parah sekali."

Joshua menepuk jidatnya. "Kau kan punya otak yang lumayan pintar tuh! Kenapa kaga dipake, sayang? Duhhh, kamu ini belum ngerti ama hal-hal berbau NC."

"Aku tidak mengerti. Bisa kau jelaskan padaku?" Joshua menjelaskan Taeyong tentang segala hal yang berbau dengan bab 5 di buku paket biologinya. Dan, sedikit sistem bdsm yang diterapkan oleh Jaehyun. Secara lengkap. Tanpa kecuali.

Taeyong membelalakkan matanya.

"Kau sudah mengerti?" tanya Joshua. Taeyong mengangguk.

"Lalu hyung, apakah peach blossom itu benar-benar ada? Apakah hal semacam itu benar-benar exist di dunia ini?" pertanyaan Taeyong itu disambut tawa Joshua. Taeyong semakin keheranan.

"Lalu kau ini apa? Aku juga apa? Kita dikaruniai oleh sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh pasangan sesama jenis lainnya. Kemampuan kita istimewa, Taeyong! Kita punya rahim seperti omega! Ya, Peach Blossom itu versi realnya. Kita juga menghasilkan indung telur kita sendiri! Kita tak bisa menikah dengan perempuan. Tapi, kita bisa menikahi laki-laki pujaan hati kita. Mungkin, ini agak menyimpang secara seksual. Tapi, siapa yang tau takdir seseorang seperti apa?"

Perkataan Joshua kembali menyadarkannya. Ia kembali menangis. "Dia mau menggugurkan kandunganku, hyung! Setelah dia mengikatku dengan kontrak dan aku mengizinkannya memperkosaku! Aku tidak mau!" Taeyong terisak, tangisannya semakin kencang.

"Shhh, jangan gugurkan kandunganmu. Dia tidak bersalah. Dia berhak hidup. Buktinya, ia sudah melewati banyak hal bersamamu. Seperti, pernah hampir keguguran karena kau meminum racun, dan melakukan hubungan intim selama kehamilan. Dan, dia melakukannya secara frontal. Itu bisa saja menggugurkannya. Namun, ia bertahan dari semua itu. Ia ingin mendampingimu, Taeyong. Dia akan jadi anak yang kuat yang melindungi ibunya dari siapapun yang ingin menyakiti.

Joshua tersenyum. ".....jaga dia baik-baik, Taeyong. Karena suatu saat, anak ini akan sangat berpengaruh di hidupmu kelak."

.
.
.
.

Taeyong meraih card nya. Lalu, berjalan menuju lift. Menekan tombol lantai yang dituju. Setelah sampai di lantai tujuan, pintu lift terbuka. Ia melangkah keluar. Ia sekarang ada di depan pintu apartemennya. Kak Joshua memberikannya kartu kredit. Sebenarnya, Taeyong menolaknya mentah-mentah namun, Joshua terus mendesaknya agar ia mau menurutinya. Yah, Taeyong akhirnya harus berutang budi lagi dengan Joshua. Ia bertekad suatu hari, ia akan membalas kebaikannya.

Taeyong masuk dan langsung menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia menatap langit-langit kanar. Ia menangis. Meringkuk sambil memegangi perutnya sendiri. Meremat sprei.

"Ayahmu jahat sekali, Mark! Ia ingin membunuhmu! Aku menolaknya. Bagaimanapun, kau adalah bagian dari diriku. Aku tidak menyesal. Takdirku memang berjalan seperti ini. Sangat menyedihkan, bukan?" Taeyong meraih bantal dan menenggelamkan wajahnya. Berusaha menahan tangisnya. Ia juga menggigit bantal itu. "Aku tidak akan membiarkanmu mati, Mark. Ibu berjanji."

Ia berdoa dalam hati, ia merasa bersalah kepada orang tua nya di surga. Harusnya, ia bisa membanggakan mereka, tapi Taeyong dengan kepolosannya di jebak oleh Jaehyun untuk menjadi babysugarnya. Betapa murahnya harga dirinya! Ia merutuki dirinya sendiri.

"Aku tidak membencimu, Mark. Aku hanya akan membenci ayahmu."

.
.
.
.
.

Kampus dimulai seperti biasa. Taeyong dengan kaca mata tebalnya membawa buku-buku tebal yang lumayan berat beserta, laptop pinjaman di tasnya. Iya, laptopnya ketinggalan di mansion Jaehyun. Tidak mungkin ia akan kembali. Hari ini ia akan mempresentasikan hasil kerjanya. Lalu, tinggal menunggu kelulusannya saja. Begitu mudah Taeyong lulus dari perkuliahannya ini! Aku mau tau, otaknya terbuat dari apa?

Taeyong memasuki ruangan. Ia menata laptopnya. Menamcapkan kabel proyektor. Para dosen ternama sudah ada disana. Tak terkecuali, JAEHYUN!

Leher Taeyong seakan tercekik. Ia keringat dingin. Jaehyun dengan wajahnya yang maskulin seperti biasa, dengan jas dan dasinya yang luar biasa! Eh, bukan dieng! Itu gara-gara yang make orang tampan! Bisa di endorse dasinya.

"Annyeonghaseyo, Lee Taeyong imnida. Hari ini, saya akan mempresentasikan penemuan saya di bidang bioteknologi serta peranan penemuan saya di bidang holtikultura. Selain itu, saya juga punya solusi untuk penanganan masalah penerapan hidroponik yang sering terjadi." semua orang bertepuk tangan. Jaehyun masih setia menatap mata Taeyong.

"Baiklah, LEE TAEYONG. Kau bisa memulainya. Tidak usah berbasa basi." Jaehyun sengaja menekan kata 'Lee'. Lalu, kembali mengalihkan matanya. Meraih kertas proposal itu. Taeyong hanya bisa menghela napas. Ia tak memikirkan kata-kata Jaehyun. Ia fokus akan presentasi ini. Hari ini menentukan masa depannya kelak. Ia harus menampilkan yang terbaik.

.
.
.

Semua orang terpukau dengan penemuan Taeyong. Presentasi Taeyong juga bagus hari ini. Semua dosen memberikannya sertifikat dan bersiap merekomendasikan Taeyong di banyak perusahaan. Presentasinya menggabungkan unsur MIPA  dengan unsur ekonomi. Yaitu, penerapan teori MIPA dengan cara kerja ekonomi.

Taeyong masih ada di ruangan membereskan barang-barangnya. Saat ia berbalik, ingin mencabut kabel charger, Jaehyun seketika muncul.

"Permisi, saya ingin lewat." Taeyong berjalan menyamping. Menghindari Jaehyun. Namun, tangannya di cengkram kuat. Taeyong merasa sesak.

Jaehyun memeluknya dari belakang. "Taeyong. Kembalilah."

Jaehyun masuk ke ceruk leher Taeyong. Menangis. Namun, hati tegar Taeyong masih bersikukuh tidak membiarkan Jaehyun untuk menyentuhnya lagi. Atau, Jaehyun bisa saja menggugurkan kandungannya lagi. Taeyong berbalik, mendorong kasar tubuh Jaehyun. "Tidak, aku tidak mau!"

Jaehyun semakin menarik Taeyong dalam dekapannya. "Taeyong, aku tau aku salah dan aku.... Biarkan aku memperbaikinya."

"Kau hampir saja membunuh Mark!" teriak Taeyong. Air matanya meleleh. Membasahi pipinya. "Kau tak sudi bukan? Kau tidak ingin punya anak dari jablay sepertiku?! Iya?! Bukankah, itu yang kau katakan?!"

"Taeyong, aku tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Aku menyesal." Taeyong menghardik Jaehyun. "Baru sekarang kau sadar akan penyesalanmu?! Kau benar-benar mempermainkanku, Tuan Jung! Aku akui aku memanglah polos saat itu. Aku juga bersyukur tinggal di mansionmu yang mewah itu. Tapi, aku tidak hidup bahagia bersamamu. Aku bagaikan mainanmu yang kapan saja kau buang seenaknya!"

"Tidak, Taeyong! Kali ini, aku bersungguh-sungguh ingin menikahimu! Kumohon, izinkan aku." Jaehyun berlutut. Taeyong masih terisak. Ia mengingat kata-kata Jaehyun.

"Aku menyesal. Aku menyesal telah mengenalmu. Menolongmu waktu itu. Andai, kubiarkan kau terbaring disana... Kehujanan dan kedinginan-"

Jaehyun berdiri. Menatap Taeyong dengan tatapan amarah yang sangat menyeramkan. Ia menatap Taeyong nanar.

"Kau menyesali hal itu, Taeyong? Kau menganggap pertemuan dengan diriku adalah sebuah kesialan bagimu?"

Taeyong mengusap air matanya. "Aku tidak menyesal mengandung Mark. Aku akan besarkan anak ku sendiri. Tidak apa-apa jika kau tak mau mengakuinya. Kau kan malu menghamili seorang Peach Blossom sepertiku! Apalagi, aku ini seorang jablay!"

"TAEYONG!!!" Jaehyun tanpa sadar ingin memukul Taeyong. Taeyong menutup matanya. Agak mundur untuk menghindari pukulan Jaehyun. Namun, ia tidak merasakan apa-apa untuk beberapa saat. Ia membuka matanya. Ia menemukan Jaehyun sudah tersungkur.

"Tolong, jangan tusuk aku berkali-kali.

"....biarkan aku memperbaiki kesalahanku. Asal, kau mau kembali."

Taeyong berjongkok. Tangannya menangkup wajah tampan Jaehyun. "Maaf, kau yang menusukku duluan. Hingga aku hamil. Namun, kau dengan mudahnya ingin menggugurkannya. Hanya karena kesalahpahaman yang sepele. Aku membencimu. Kau ingin aku percaya padamu. Tapi, kau tak percaya perkataanmu. Kau hanya bisa mengawasiku lewat cctv mu yang banyak itu. Tapi, apa kau tau situasi sebenarnya? Mendengarkan penjelasanku saja tidak mau! Lalu, kau dengan entengnya mengatakan 'ayo kita gugurkan saja. Aku tak ingin punya anak dari seorang jablay sepertimu!' iyakan?!" Jaehyun menatap Taeyong nanar.

"Sekarang, biarkan aku sendiri."

Hemm

Konflik nya krg nyesek yak(?)

Gua pen ada konflik biar seru.

Walau

Aslinya gak pengen

Tapi, biar nambah2 readers. Kebanyakan kan sukak huru hara hahhahah

Hemm

Aku mau tidur dulu.

ByeBye!

Continue Reading

You'll Also Like

88.2K 9.6K 40
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
242K 32.9K 23
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
659K 47.6K 43
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
46.5K 4K 38
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote