SARANGKALA

By riankobe

32K 1.6K 141

Demit penculik bayi yang meneror sebuah kampung di kota Banten More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15

Chapter 6

1.7K 104 2
By riankobe

Semalaman Kamu tidak bisa tidur dengan tenang, begitu pula dengan Indah sepertinya. Sampai saat saur tiba, Kamu tidak tertarik untuk ikut bangun dari ranjang, bukan karena kamu tidak bersemangat untuk ikut bergabung tapi karena pikiranmu sedang dihinggapi banyak kegelisahan.

Keesokan paginya, bidan Yuyun menyuruh kamu untuk pergi ke rumah bu Warsih berdua saja dengan Indah pada awalnya, namun Indah menolak yang akhirnya digantikan dengan Sari. Karena bidan Yuyun pagi ini akan pergi ke posyandu untuk mempersiapkan hari vaksinasi untuk anak-anak.

Kamu sedikit merasa tenang karena harus ke rumah bu Warsih, hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja, namun perasaan kamu yang lain merasa gelisah dan takut. Sari tampak baik-baik saja, karena Kamu maupun Indah belum menceritakan kejadian kemarin kepada siapapun.

'Semuanya baik-baik saja ?"

"Kenapa ?" Kamu balik bertanya.

"Dari kemarin aku liat kamu tidak banyak bicara. terlebih lagi Indah, dia seperti bukan dirinya yang ceria. apa ada yang kalian sembunyikan ?"

"Baik. Aku akan berbagi rahasia ini denganmu. Aku tidak tahan lagi, menyimpan ini sendirian dan tidak ada teman untuk berdiskusi."

Kemudian sepanjang perjalanan ke rumah bu Warsih kamu menceritakan semua kejadian, pendapat dan hal yang kamu cemaskan kepada Sari. Kali ini Sari menanggapi semua perkataanmu dengan serius. Sari berpikir tidak mungkin temannya itu mendadak aneh bila tidak mengalami atau mengetahui kejadian yang biasa, pasti ada hal ganjil yang dialaminya. Sari tidak begitu mengenal Kamu, dikampus pertemannya hanya sebatas mengerjakan tugas bersama, makan siang dikantin dan sesekali pergi nonton ke bioskop. Tidak ada yang pernah bercerita masalah pribadi kecuali masalah tugas kuliah, dan satu sama lain tidak pernah mengunjungi rumah masing-masing. Bukan tipe pertemanan yang begitu intim seperti dalam cerita film, semuanya berjalan normal dan biasa saja. tapi Sari tidak butuh mengenal seseorang begitu dalam hanya untuk tahu bahwa orang tersebut sedang dalam masalah.

"Terus apa yang harus kita lakukan agar hatimu merasa lebih tenang ?"

"Aku tidak tahu." Jawab Kamu.

"Aku rasa kamu perlu beristirahat dirumah beberapa hari, atau seminggu mungkin ?"

"Aku tidak enak dengan bidan Yuyun kalau harus diam dirumah dan tidak melakukan apapun."

"Maksudku rumahmu, Pulang dulu kerumahmu."

Kamu kaget, melihat Sari namun tidak mengatakan apapun. Tidak mungkin bagi Kamu pulang ke rumah lalu bersikap tidak terjadi apa-apa. Bagaimanapun pertengkaran dengan ibumu membuat kamu tidak terpikir untuk pulang dengan cepat. Mungkin ibu Kamu sudah memaafkan dan merasa khawatir karena kemarin menelpon beberapa kali, tapi rasa canggung dan gengsi Kamu terlalu tinggi, jangankan untuk pulang bahkan untuk menelpon dan mengucapkan maaf pun tak pernah terlintas dikepala Kamu.

"Kenapa ?" Sari membuyarkan lamunan Kamu.

"Biar nanti saja kupikirkan lagi."

Begitu mau sampai dirumah bu Warsih, dari teras rumah kamu mendengar omelan khas bu Warsih seperti yang sebelum-sebelumnya pernah kamu dengar. Namun sedikit berbeda karena bukan Cuma nadanya saja yang tinggi tapi sekarang penuh makian kata-kata kasar yang terdengar. Kamu dan Sari langsung berhenti, mundur beberapa langkah hanya memberi ruang privasi untuk bu Warsih menyelesaikan masalah pribadinya.

Kamu mendengar, tampaknya bu Warsih sedang bertengkar dengan suaminya. Kamu merasa tidak nyaman sebenarnya berdiam diri menunggu orang yang sedang bertengkar, apalagi dari dalam rumah terdengar tangisan bayi dan juga tangisan anak kecil.

"Salah siapa kalau kita miskin! Kau kira aku bahagia setelah menikah denganmu ! aku sudah mengerti penghasilanmu tidak besar. Tapi setidaknya tunjukan rasa pedulimu padaku dan bayi ini."

"Kalau aku tidak peduli, aku sudah pergi dari rumah ini."

"Bangsat! Jadi kau ingin pergi selama ini ?" suara bu Warsih berteriak

"Daritadi aku diam saja saat kau maki, aku ini benar-benar tidak punya harga diri"

Tidak begitu lama terdengar suara pintu yang dibanting. Lalu disusul teriakan bu Warsih. Kamu merasa bingung, apa yang harus dilakukan tapi Sari sudah pergi lebih dulu mungkin dia merasa khawatir dengan yang terjadi didalam rumah.

Begitu Kamu menyusul Sari masuk kedalam rumah, tampak anak-anak bu warsih sedang duduk diruang tengah sambil menangis, kecuali anak yang paling kecil yang sedang digendong dan ditenangkan oleh anak yang paling besar. Sari segera mengambil bayi yang sedang menangis dari kasur kemudian dibawa ke teras depan dan menimang-nimangnya agar berhenti menangis. Sedangkan bu Warsih tampak sedang menangis tersedu-sedu sambil memeluk lutut.

Kamu untuk beberapa menit berdiri memaku didepan pintu, bingung yang apa yang harus kamu lakukan. Merasa kikuk ditengah situasi setelah terjadi pertengkaran keluarga. Untungnya suami bu Warsih sudah pergi. Rupanya suara tadi berasal dari pintu belakang yang dibanting.

Sari menepuk pundak kamu, memberi isyarat agar membantu untuk menangani ketiga anak yang masih menangis. Tapi kamu bingung harus melakukan apa untuk menghentikan tangisannya, sampai akhirnya kamu punya ide untuk mengajak mereka pergi ke warung. Mengorbankan sedikit uang saku untuk pergi dari suasana canggung ini lebih baik daripada tidak tahu apa yang harus diperbuat, pikir Kamu.

Seingat Kamu, dirumah tidak pernah Bapak dan ibunya dulu bertengkar sehebat ini. Sering bertengkar namun biasanya tidak berlangsung lama, itupun hanya perdebatan kecil yang biasanya diakhiri dengan saling sindir dan bukan saling bentak. Penyebabnya hampir sama, biasanya faktor ekonomi.

Kamu bisa mengerti bagaimana sulit dan tertekannya suami bu Warsih dengan penghasilan pas-pasan harus menghidupi anggota keluarganya yang tidak sedikit. Tapi Kamu juga mengerti kondisi bu Warsih yang paska melahirkan mungkin butuh perhatian lebih, mungkin bukan perhatian seperti membelikan barang, tapi hal-hal kecil yang bisa ditunjukan untuk bayinya.

Untunglah ketiga anak bu Warsih kali ini bisa diajak kerjasama, mereka menuruti semua perkataan kamu saat diajak keluar rumah. mungkin mereka mengerti dengan kondisi rumah yang sedang tidak kondusif.

Letak warung cukup jauh dari rumah bu Warsih. Sepanjang jalan kamu hanya khawatir ketika harus bertemu orang, takut mereka bertanya melihat ketiga anak bu Warsih bermata sembab dengan wajah kemerahan. Kamu bingung mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya.

Kamu berhasil menenangkan ketika anak bu Warsih, membelikan mereka beberapa makanan ringan dan minuman. Mereka tampak senang, mungkin jarang sekali mereka bisa mengambil makanan sesuka hati mereka saat berbelanja diwarung. Wajah ceria dan polos kembali lagi tanpa harus menunggu waktu lama. Anak kecil sangat gampang melupakan kejadian tidak mengenakan dan mungkin mudah juga memaafkan ibunya sekalipun dia diteriaki setiap hari. Andai saja aku bisa seperti anak kecil itu, pikir Kamu.

.....................................................................

Ketika kamu kembali ke rumah bu Warsih, sepulang dari warung, dari kejauhan tampak ada beberapa warga yang berkerumun. Semakin kamu mendekat, semakin jelas terdengar suara histeris seorang perempuan. Dari kerumunan itu keluar Sari berlari menuju kearahmu.

"Ada apa ?"

"Gawat, kita harus panggil bu bidan. aku pergi dulu, kamu jaga anak-anak jangan sampai mendekati rumah. ajak mereka main."

"Apa maksudmu ? dimana bayinya ?"

"Bu Warsih sedang mengamuk. Bayinya sudah aku titipkan dirumah tetangganya dan juga kedua anaknya."

"Mengamuk ?"

Belum sempat kamu menerima jawaban dari Sari. Seorang lelaki yang mengendarai motor Rx king datang dari arah jalan. Sari langsung menghampiri dan naik. Kamu masih berdiri dan mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi.

Ketiga anak bu warsih yang berdiri bersama Kamu sedang asik menikmati jajanannya. Sampai akhirnya seorang perempuan datang dan mengajak mereka kerumahnya. Kamu tidak tahu siapa perempuan itu, mungkin saudaranya atau mungkin teman ibunya. Perempuan itu juga mengajak Kamu untuk ikut bersamanya, namun Kamu menolak dengan alasan akan menunggu bidan Yuyun padahal Kamu cuma penasaran ingin melihat apa yang terjadi didalam rumah.

Begitu berjalan kedepan rumah Kamu melihat orang-orang yang berada disana dengan muka panik dan ketakutan. Kamu masuk diantara kerumunan itu, lalu melihat dari jendela kaca, bu Warsih sedang memegang pisau yang ia tempelkan pada lehernya. Dua orang pria dewasa sedang berdiri didepannya, mencoba membujuk untuk menyerahkan pisau tersebut.

"Untung aja tadi bayinya selamat yah, hampir saja. siapa tadi yang menyelamatkan bayinya bu ?" celetuk salah satu warga.

"Itu mahasiwa yang tinggal sama bu bidan itu bu."

Wajah Kamu berkeringat. Jantung kamu berdetak lebih kencang, saat melihat darah mengucur dari leher bu Warsih. Pisaunya terlalu dekat pada kulit, mungkin saat bu Warsih berteriak histeris sepertinya tergores hingga mengakibatkan sayatan kecil. Terakhir kali kamu melihat darah secara langsung dan adegan mengerikan seperti ini, saat melihat mayat bapakya.

Hari itu ketika kamu baru pulang sekolah, Kamu mendapati rumah sudah ramai. Kamu semakin panik ketika mendengar suara tangis ibunya dari dalam begitu kencang. Saat memasuki teras rumah, Kamu melihat banyak bercak darah. Hari itu menjadi kenangan terburuk sekaligus kenangan terakhir Kamu melihat bapaknya dalam kondisi yang mengenaskan.

Tubuh Kamu mengeluarkan keringat dingin, lututnya terasa lemas sehingga membuatnya jatuh terduduk. Nafasnya terasa sesak, namun Kamu tidak bisa mengalihkan pandangan didalam rumah saat bu Warsih hendak menggorok lehernya dengan pisau dapur.

Ketika bu Warsih hendak menarik tangannya, pria yang sedari tadi membujuk bu Warsih dengan sigap meluncurkan tendangan, telak mengenai bahu. Bu Warsih terlempar kebelakang menabrak dinding bilik rumahnya. Saat tubuhnya terpental ke lantai, warga yang lain tidak membuang kesempatan untuk segera meringkus bu Warsih.

"Kamu tidak apa-apa ?" seorang warga membantu kamu berdiri

"Tidak bu, terima kasih." Kamu mencoba mengatur napas. Menenangkan diri, mencoba menolak bayangan-bayangan saat peristiwa mengerikan dulu didalam kepalanya. Sudah bertahun-tahun dia susah payah menghilangkan trauma itu, tapi hari ini kenangan buruk itu kembali dengan mudahnya.

Bu warsih terus meronta-ronta. Dia berteriak dan memaki, seperti sudah kehilangan akal sehatnya. Tangannya diikat oleh warga, seorang pria paru baya terlihat melafalkan doa-doa sambil sesekali meniup kepala bu Warsih.

"Astagfiruloh, Si Warsih kesurupan setan apa sampai jadi gila begitu."

"Istigfar Warsih...istigfar,, nyebut, ingat anakmu masih kecil." Kata salah satu perempuan yang mencoba menenangkan bu Warsih dengan mengusap-ngusap ubun-ubunnya sambil disiram air.

Sekitar lima belas menit berlalu, sampai akhirnya bu Warsih mulai diam, mungkin dia kehabisan tenaga untuk melawan dan menggerakan tubuhnya. Suaranya pun sudah terdengar parau tidak sekencang tadi.

Bu Warsih tak lagi meronta-ronta, kini kondisinya sudah sedikit lebih tenang. Teriakannya kini berubah menjadi tangisan. Perempuan yang tadi menyuruh bu Warsih istigfar sekarang tampak sedang membersihkan luka dileher bu Warsih, dia mengelap darah yang keluar dengan kain basah.

Tidak begitu lama bidan Yuyun datang. Dia tampak kaget melihat kondisi bu Warsih yang sudah berantakan. Hal pertama yang ditanyakan bidan Yuyun adalah keberadaan si bayi. Setelah mendapatkan kabar yang menangkan karena telah mengetahui si bayi dalam kondisi aman, bidan Yuyun menyuruh beberapa pria untuk menggendong bu Warsih keatas kasur untuk diobati luka dilehernya.

Continue Reading

You'll Also Like

12.3K 122 117
After Turning Into a Cat, I Cheated in The Horror Game 變成貓後在恐怖游戲裏開挂 Author: 霧裏看霾 Status: 117 Chapters (Completed) Description: [A hot-tempered orange...
121K 10.6K 38
The Redding is a sinister force that captures and controls anyone it knows by name. Meg and her fellow survivors navigate a delicate balance of survi...
17.3K 423 13
The infamous killers get transferred to a dangerous asylum where only people that are very dangerous for humanity was locked up there, and unfortunat...
397K 10.1K 36
This is a Collection of Real Life Horror stories. These stories are told by various different people who personally experienced paranormal events.