MANTAN [Singto x Krist] (TAMA...

By trimoindragunawan

146K 12.8K 1.4K

Gimana ceritanya kalau mantan harus tinggal seatap? - Krist bekerja pada Peng-ibunya Singto-untuk membersihka... More

Si Pemalas
Meet Again
Pemuda Berseragam
Di Bawah Bintang
Aku, Kamu Dan Perasaan
Makan Siang Spesial
Dating With Reality
Can I Fell Happy?
Damn You
Break
Morning You
You And Me With This Felling
Morning Kiss
Dia Anakku
Coming Out
Ektra Chapter | Wedding Scene
PROMOSI

Kita

7.1K 773 100
By trimoindragunawan

Bolehkah, bila rasa terdahulu
Kembali bertandang?
Kupastikan, kali ini aku yakin dengan apa yang kurasa.

oOo

Dengan sekantung bahan dasar pasta Krist masuk apartemen beriring jantung berdebar kencang. Singto menyuruhnya memasak bukan mengajak kencan tapi entah kenapa Krist merasa gugup seperti pertama kali mereka bertemu.

Tidak seperti biasanya, kali ini Krist disambut dengan senyuman yang merekah lebar. Senyuman yang sudah sangat lama sekali tenggelam dalam kenangan masalalu. Senyuman yang selalu ia rindukan setiap malam kini terlihat lagi seperti rembulan yang menerangi gelapnya malam.

“Kau sudah lapar?” tanya Krist layaknya orang dungu. “Tunggulah sebentar, aku akan memasak dengan cepat.” Tambahnya cepat lalu beranjak ke dapur.

Berlama-lama berdiri di ruang tamu bersama pria itu membuat hatinya nyut-nyutan tak keruan. Mungkin ini yang mereka bilang ‘jatuh cinta kembali’.

Tidak! Krist bukannya jatuh cinta kembali, tetapi belum sanggup menghapus cinta yang pernah ada. Itu dia, usahanya move on beberapa tahun silam benar-benar runtuh hanya karena senyuman merekah dari bibir ranum itu. Oh damn!

Gerakan tangannya yang sedang mencuci tomat melambat. Bayang-bayang Pie yang menggandeng lelaki lain di cafe tadi menyeruak dalam kepalanya.

Perlahan ia menoleh, menatap Singto yang kini memperhatikannya dari meja makan dengan wajah berseri. Tidak tega. Meskipun Singto sukses menyakitinya dimasalalu, Krist masih merasa tidak tega kalau harus menceritakan apa yang ia lihat tadi sore.

Terlalu nyeri.

“Jangan buru-buru. Aku tidak ke mana-mana,” celetuk Singto memperhatikan Krist memotong bawang bombay sangat cepat.

“Bukan terburu, aku cuma sudah biasa melakukannya. Bukannya dulu kau ....” Krist langsung menutup mulutnya yang tanpa sadar kembali mengungkit masalalu. “Maaf,” desah Krist.

Di tempatnya, Singto berubah muram. Raut wajahnya meredup seiring dengan perasaan yang berkecamuk dalam benaknya. Sesekali ia melirik Krist yang terlihat lincah memasak saus pasta.

“Krist,” panggil singto pelan.

“Hem,” jawab Krist tanpa menoleh. Tangannya dengan cekatan memasukan bumbu tambahan saus.

Singto diam lagi seakan panggilannya barusan sekadar bercanda. Jarinya bermain di atas meja, membentuk lingkaran seolah sedang menggambar.

“Ada masalah? Kau bisa cerita padaku,” bilangnya lagi sembari menuangkan saus pasta ke atas mie. “Apa ini tentang Pie ...?” tanyanya hati-hati dengan suara lirih.

Singto mendongak, menatap Krist yang entah menyangrai apalagi. “Tentang kita,” celetuknya.

Antara refleks atau terkejut, spatula yang Krist gunakan meluncur begitu saja menumbur lantai. Matanya mengerjap beberapa kali berharap kalau yang barusan itu salah dengar.

“Eh, maaf,” ucapnya kikuk memungut spatulanya lalu mematikan kompor.

“Tidak apa-apa,” celetuk Singto sembari menggeleng pelan. “Sudah selesai?” tanyanya berusaha mencairkan suasana canggung yang tiba-tiba bertandang.

Buru-buru Krist mengantarkan pasta ke meja makan lalu kembali beranjak ke kulkas meraih sebotol air dingin.

Singto tak kunjung melahap pastanya, garpu dan sendoknya hanya bermain-main dengan benda kenyal berlumur saus kemerahan.

“Waktu itu aku bingung,” ucap Singto tanpa mendongak.

Krist tak langsung menyela. Ia diam di seberangnya sambil terus memerhatikan.

“Aku bingung akan diriku sendiri,” ucapnya lagi, kali ini menatap Krist yang bergeming. “Aku bukan gay, tapi aku menyukaimu,” lirihnya pada kalimat terakhir.

Susah payah Krist menelan air liurnya yang tiba-tiba saja mengering. Tenggorokannya terasa sakit, pita suara seakan menciut tak bisa berucap walau sekata.

“Bukankah seharusnya pria bersanding dengan wanita? Menikah lalu memiliki—”

“Sing,” panggil Krist dengan suara sedikit bergetar. Jari-jarinya terlihat pucat karena tangannya mengepal terlampau kuat di bawah meja. “Makanlah, pastamu segera dingin,” berusaha tegar, Krist memilih mengganti topik pembicaraan.

Sungguh, pernyataan singkat itu saja sudah cukup memukul hatinya hingga jatuh teramat jauh. Beberapa tahun dia sudah cukup menderita, lalu tak bolehkan ia bahagia barang satu detik saja. Dunia ini kejam, bahkan setelah menjadi masalalu kenangan itu tetap menyakitkan.

“Hubungan kita salah,” cicit Singto.

Krist menghela napas pelan, berusaha menahan undakan airmatanya yang sudah mengembung di kelopak. “Itu hanya masalalu, Sing. Seharusnya kau tak perlu ungkit lagi. Ya, hubungan kita memang salah maka dengan bijak kau memilih segera mengakhiri sebelum dunia mengejek kita,” tegasnya bersamaan dengan bobolnya airmata dari kelopak. Mengalir cepat membasahi pipi.

“Krist—”

“Kau pergi bersama dia lalu aku sama siapa,” ucapnya lirih sembari menahan isak agar tidak kian pecah. “Setahun lebih aku terjebak dalam masalalu, Sing. Pernahkah kau bertanya bagaimana kabarku? Atau setidaknya bertanya apa aku bahagia? Aku sendiri, Sing. Merangkak dari jurang pesakitan tempatmu mencampakanku.” Krist mengusap kasar airmatanya menatap Singto dengan mata sendunya. “Kita sudah mantan, Sing. Seharusnya kau tak lagi mengungkit itu. Bukankah sekarang kau bahagia dengan wanita itu? Lupakan masalalu dan berbahagialah.” Krist beranjak. Ia tidak kuat lagi jika harus mengorek lebih dalam tentang mereka.

“Kau masih menyimpan foto kita, kan? Kau masih mencintaiku!” seruan Singto sukses membuat langkah Krist terhenti walau tak menatap sng empu.

“Itu adalah kebodohan terbesarku masih belum bisa menghapus rasa konyol itu,” decak Krist.

“Aku mencintaimu, Krist. Maukah kau kembali padaku?”

Krist berbalik, menatap lekat Singto yang memandangnya dengan mata berbinar. “Itu adalah kalimat yang sama kau ucapkan padaku dimasa lalu. Kalimat yang melambungkanku tinggi-tinggi lalu menghempaskan hati pada kerasnya pengakuan berikutnya.”

Singto bangkit, buru-buru ia meraih tubuh Krist yang dibenamkan pada bidang dadanya. Pria itu menangis, dia benar-benar meruntuki dirinya yang masih terlalu bodoh untuk membuang rasa yang tak seharusnya ada.

"Maafkan aku, Krist," lirih Singto tepat di telinga kanannya.

“Kenapa kau jahat sekali, Sing,” lirih Krist susah payah.

“Aku tahu,” desis Singto.

Halo hati, ini cinta. Masih bisakah aku datang mengobati luka terdahulumu? Bermodal janji aku akan menyayangimu.

Isak Krist mereda. Perlahan ia menarik diri dari pelukan Singto sebelum terlanjur nyaman dan tak danggup melepaskan lagi.

“Ini hati, Sing. Kau tidak seharusnya datang dan pergi begitu saja. Kau bahkan tidak bertanya apakah masih baik-baik saja setelah kau cambuk begitu kuat,” desah Krist.

“Tidak maukah kau mengulang kembali hubungan kita? Aku janji, tidak akan menyakitimu lagi. Saat ini aku yakin kalau aku benar-benar mencintaimu,” beber Singto.

“Sangat. Aku bahkan sudah memimpikannya setiap malam, berdoa pada Tuhan agar kau kembali padaku—"

“Lalu, kenapa kau menolaku,” sela Singto.

“Setelah mendengar penjelasanmu. Aku sadar, hubungan kita memang seharusnya tak pernah ada. Maka aku mengganti doaku agar kau bahagia bersamanya,” terangnya berusaha mati-matian menahan airmata yang hendak kembali mengalir. “Mengulang hubungan kita sama halnya aku membaca novel yang sama. Berapa kali pun aku membacanya, endingnya tetap tidak akan berubah. Pada akhirnya akulah orang yang tersakiti. Sebaiknya kau gunakan janji itu pada Pie. Saat ini, dialah yang paling membutuhkan kepastianmu. Kau pria dan dia wanita, itulah hubungan yang kau ingin sebenarnya.”

“Krist—"

Belum juga selesai kalimat Singto, Krist mengangkat sebelah tangannya memotong ucapannya. “Seharusnya kita tidak perlu berdebat, Sing. Bagaimanapun kita hanya mantan. Serpihan masalalu. Bukankah kau sudah puas dengan status kita.” Krist menarik napas sejenak. “Jangan lupa makan malamu. Aku membuatnya setulus hati.” Setelah mengucapkan itu Krist buru-buru beranjak. Dia sudah cukup lelah dengan perdebatan ini.

Singto membatu di tempatnya, menatap kepergian Krist tanpa bisa mencegah lagi. Pria itu benar-benar terluka tanpa Singto kira kalau akan bertahan lama.

Pada akhirnya, kata maaf tak selamanya bisa digunakan ketika kita bersalah. Dalam beberapa soal, maaf kehilangan kekuatannya dan kamu berakhir menyesal.

***

Saya come back 🌸🌸
Maaf telat upload-nya. Soalnya harus revisi naskah yang kemungkinan terbit bulan Juni nanti. Entah pertengahan atau akhir intinya enggak lama lagi😍😍

So, buat kalian yang hobi baca horor misteri bisa nabung dari sekarang ye mumpung ada waktu. (Wekwew😂)

Untuk semua pelancong saya ucapkan banyak terimakasih. Kalianlah sumber semangat saya 🌈

Maaf enggak bisa bales komennya satu-satu. Tapi saya usahakan kok 😅. But, saya baca semuanya dan senang atas antusias kalian.

Salam manis,
Dky_L

Continue Reading

You'll Also Like

1M 62.1K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
15K 1K 11
Dew yang suka mengjahili Nani harus seroommate dengannya, bagaimana Nani bisa betah?
38.2K 1.6K 23
ini cerita tentang bxb ya yang homophobic bisa skip. langsung baca aja, author ga bisa bikin deskripsi. Gemini-Garez Fourth-Fio Mark-Marvin Ford-Felix
289K 22.4K 103
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...