[SINGTOxKRIST/PERAYA] My Evil...

By aqpearls__99

81.8K 7.9K 818

Genre : Romance, school life Rate : T-(M)ature Cast : Singto Prachaya, Krist Perawat Warning : Boys love, yao... More

PROLOG
1. The Beginning
2. Boy Meet You
3. Rooftop
4. Call Me "Phi"
5. Confused
6. Jealousy Singto
7. I Know, You Know
8. Dreaming
9. Dreaming 21+ (2)
10. What I Feel
11. They dont Know About Us
12. Your Scent
14. Best Friend
15. Lovefool (1)
16. Lovefool (2)
17. Love Confession (1)

13. What's Wrong

3K 360 50
By aqpearls__99

Singto diam-diam tersenyum. Mengingat kenangan pada saat ia baru menjadi wakil komite disiplin siswa dengan Pang sebagai ketuanya. Singto ingat, ia sedang menjadi panitia orientasi siswa baru. Pada saat itu ia merasa tidak asing dengan sosok berkulit putih dengan mata bulatnya. Singto mengernyitkan dahi, mencoba mengingat sosok bermata bulat tersebut. Mungkin saja Singto pernah bertemu dengannya.

Ia tetap mencoba mengingat, hingga tanpa sadar mata tajamnya terus mengamati sosok bermata bulat terebut hingga matanya menangkap name tag yang mengalung dileher putihnya. Singto membaca nama tersebut dari dalam hati beberapa kali sembari bertanya dalam diam. Benar-benar merasa terusik, hingga suara Pang mengejutkan Singto untuk menyuruhnya memperkenalkan diri pada siswa baru.

“Jadi, kalian bersaudara?”

New meletakkan kaleng soda di depan meja Singto. Suka tidak suka manik tajamnya mengalihkan pandangan ke pria yang berdiri dihadapannya tersebut. “Ya?”

New menaikkan sebelah alisnya. “Apa kau sadar? Sejak tadi kau melamun! Mengabaikanku!”

Singto batuk beberapa kali, mencoba mencairkan suasana. Sadar bahwa ia sejak tadi sedang melamun. Ia tertawa dalam hati, lucu sekali.

“Ya? Maaf aku sedang tidak fokus.”

“Jadi, kalian bersaudara?” kali ini New mencari jawaban dari dalam mata Singto. Mereka saling bertatapan.

***

Chimon duduk diam di halaman belakang sekolah. Menatap kosong pada rumput yang ia lihat dibawahnya. Rasanya sangat kecewa. Hatinya seperti membengkak, sakit. Ingin sekali ia cabuti rumput tidak bersalah tersebut.

Rumput - rumput itu bergerak manja mengikuti arah angin yang bertiup pelan. Terlihat semakin mengejek Chimon. Jika ia tidak menghargai kerja keras tukang kebun sekolahnya, mungkin ia sudah menginjak - injak dan mencabuti rumput kecil yang sama sekali tidak bersalah tersebut.

Ia menarik nafas dalam - dalam sembari mendongak melihat awan yang berjalan diatasnya.

Sebuah kaleng soda dingin menyentuh pipinya. Ia terkejut, kemudian mendongak melihat pelakunya. Chimon kembali berbalik menghadap kedepan, lalu menyilangkan tangan didepan dada.

"Hei.."

"..."

"Chimon.."

Chimon dapat merasakan orang tersebut duduk disampingnya. "Bagaimana kabarmu?"

"Kau kemana saja selama ini, hah?" Ucap Chimon dingin. Ia kecewa, sungguh. Apakah keberadaan Chimon selama ini tidak pernah dianggap?

"Aku disini. Ak-"

"Kemana saja kau selama ini? Kau menghilang semenjak paman dan bibi meninggalkan rumah untuk selamanya." Mungkin ini pertama kalinya Chimon bereaksi seperti sekarang. Wajahnya sangat serius. Datar. Tidak seperti Chimon yang selalu berada disamping Krist.

Lawan bicaranya hanya terdiam. Membiarkan Chimon mengutarakan perasaannya.

"Apa kau sudah melupakanku, phi Singto?"

Chimon melihat Singto dengan tajam. Mereka saling bertatapan. Singto dapat melihat mata Chimon yang mengutarakan kekecewaan terhadapnya. Membuat Singto merasa bersalah. Lidahnya menjadi keluh.

"Tidak." Jawab Singto lirih. "Tidak. Bukan. Bukan seperti itu." Ulangnya.

"Lalu apa? Sekarang kau tinggal dimana? Aku selama ini mencuri - curi kabarmu. Meski kita satu sekolah tapi aku sangat sulit menjangkaumu. Kau semakin sulit aku jangkau semenjak saat itu." Mata Chimon berair. Ia mengerjapkan matanya pelan, berusaha agar air matanya tidak jatuh.

"Setiap aku bertemu denganmu, aku ingin berbicara kepadamu. Aku ingin menyapamu. Tapi aku takut. Aku pikir, kau masih membutuhkan waktu untuk sendiri. Aku selalu khawatir kepadamu.. dimana kau tinggal.. apa kau sudah makan dengan teratur.."

Suara Chimon mulai serak. Ia sudah tidak bisa membendung air matanya. Ia biarkan air matanya jatuh membasahi pipi.

Mereka berdua sama - sama terdiam. Hanya suara isakan kecil Chimon yang terdengar.

"Aku tidak melupakanmu. Sungguh." Ucap Singto dengan penuh keyakinan.

"Aku selalu melihatmu. Aku selalu mengawasimu dari jauh. Aku tetap mengawasimu dengan Krist secara bersamaan. Itu jauh memudahkanku, karena kalian berdua berteman dekat." Singto mencoba meyakinkan Chimon.

"Krist? Kau jelas tidak menganggapku ada sama sekali!" Chimon sedikit meninggikan suaranya. "Jelas kau lebih mempedulikan Krist daripada aku! Bahkan kau tidak pernah menyapaku. Kau tidak bertanya kabarku sama sekali. Kenapa?"

Chimon mengusap air matanya dengan kasar.

"Tidak kah kau tahu, itu semakin membuatku takut berbicara kepadamu.. meski aku sangat ingin. Tidak kah kau tahu bahwa itu juga membuat hatiku sangat sakit?" Lanjut Chimon.

Pernahkah Singto sedikit mengerti, bagaimana posisi dan perasaan Chimon? Ia sangat ingin tahu kabar Singto, tapi kenyataan apa yang ia lihat? Tiba - tiba saja Singto tinggal satu rumah dengan sahabat baiknya. Bagaimana ia bisa tidak tahu.

Selama ini, Chimon tidak bodoh. Ia sangat tahu bagaimana hubungan dekat Singto dan Krist. Tapi, tidak pernah sedikitpun ia berpikir bahwa sahabatnya tersebut bahkan sangat dekat dengan Singto, yang selama ini selalu ia cari informasinya? Ternyata informasi yang seharusnya ia dapatkan berada sangat dekat darinya. Chimon merasa sangat bodoh.

Chimon merasa kecewa dan tersakiti oleh perlakuan Singto dan sahabatnya, Krist.

Mata Chimon semakin berair.

Singto memeluk Chimon yang menangis dipelukannya. Tidak tega melihat Chimon menangis, ia menepuk pelan bahu Chimon untuk menenangkan dan "Maaf.. mafkan phi na?" Singto meminta maaf berulang kali. Tanpa mereka sadari sepasang kaki berjalan mundur, terkejut apa yang ia lihat dengan matanya.

***

Krist menatap langit biru melalui jendela kelasnya. Ia mengkhawatirkan Chimon. Tidak biasanya Chimon membolos kelas. Itu bukan sepertinya sama sekali. Ia sempat bertanya Boom yang duduk dibelakangnya tapi ia berkata jika tidak tahu. Lalu, Krist harus bertanya kepada siapa lagi? Ia sama sekali tidak mengenal jelas teman-teman Chimon.

Apa Chimon sedang pergi ke ruangan komite disiplin seperti biasanya? Ia suka sekali memotret mereka. Diam - diam menjadi pengagum mereka.

Sudah beberapa hari ini Chimon selalu bolos jam kelas. Dan jika jam istirahat, ia selalu menghilang keluar kelas dengan tergesah. Saat berangkat dan pulang pun Chimon selalu pamitan pulang terlebih dahulu kepadanya dan Boom. Tidak ada percakapan diantara ketiganya. Jelas Boom juga merasakan keanehan.

Jam istirahat berbunyi, Krist pergi ke kantin dengan Boom seperti biasanya. Pandangan mata Krist menyapu seluruh kantin. Bohong jika Krist berkata tidak sedang mencari Singto. Jelas ia sedang mencarinya. Akhir - akhir ini Krist jarang bertemu dengan Singto, meskipun ia masih berangkat bersama.

"Boleh aku duduk disini?" Candy berkata ragu.

"Silahkan." Jawab Boom yang diikuti anggukan oleh Krist.

"Heeeeeei!!!" Terdengar suara Tay yang berteriak. "Hahhh. Untung saja masih ada tempat. Selamat makan!" Tay melahap makananya tanpa memperhatikan tatapan teman-temannya.

"Lain kali kalau kau mengagetkanku. Akan ku tendang pantatmu dari sini!" Candy mendengus sebal.

"Hehe. Oke, oke, maaf - maaf. Kantin sangat penuh dan aku sedang makan sendirian hari ini." Tay berkata sembari mengunyah makanannya.

Krist mendongak. Melihat Tay. Perkataan Tay membuatnya ingin tahu.

Untung saja, Tay termasuk orang yang peka di dunia ini. Ia menangkap tatapan Krist dan berseru. "A-ah! Jelas aku tidak tahu mereka kemana hehe. Eum, maksudku New dan Singto."

Krist menjadi malu. Pipinya merona merah. Ia kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya.

Candy memperhatikan Krist. Ia ragu ingin mengatakan sesuatu. Setelah siap dan menelan ludahnya beberapa kali, ia akhirnya akan bersuara. Tapi, suara Tay menghentikannya. "Ah! Ya aku ingat. Tadi kalau tidak salah, aku melihat Singto keluar bersama temanmu, Chimon. Aku kira kalian berdua akan ikut keluar juga." Tay menunjuk Krist dan Boom dengan dagunya. Ia berkata sembari mengunyah makanannya.

Krist terkejut. Singto dan Chimon? Untuk apa? Bahkan mereka tidak pernah terlihat dekat. Kini makanan Krist berganti menjadi lukisan yang ia pandangi. Candy menjadi ragu kembali. Tapi ia merasa harus mengatakannya. Jujur saja, itu sangat mengganggunya.

"Eum, bolehkah aku bertanya?" Candy menatap Boom dan Krist bergantian. "Apa ada hubungan sesuatu antara Singto dan Chimon?" Melihat reaksi Boom dan Krist yang hanya diam, balik menatapnya, ia pun jadi salah tingkah.

Candy menjelaskan bahwa "Aku tidak sengaja berjalan melewati taman belakang sekolah dan aku melihat mereka berdua."

Krist merasa udaranya disekitarnya berhenti. Dadanya terasa sesak. Ada apa ini? Apa yang terjadi? Benarkah ini? Berbagai macam pertanyaan bermunculan dikepalanya.

Tidak hanya Krist. Tapi Boom dan Tay ikut terkejut. Mereka berdua tanpa sadar membuka sedikit mulut mereka. Boom berganti melihat reaksi Krist.

"Benarkah? Sedang apa mereka disana?" Tanya Tay penasaran. "Bukankah taman belakang sekolah jarang ada yang melewati?" Tanya Boom ikut penasaran.

Candy mengangkat bahunya. Ia jelas tidak tahu. Ia sendiri ke taman belakang sekolah karena mencari gantungan kuncinya yang jatuh dari lantai atas.

Tay melihat Krist yang sejak tadi diam. Ia ragu bertanya kepada Krist. Ia rasa Krist juga tidak tahu. Tay tidak tahu apa yang sedang Krist pikirkan. Tapi itu sangat tergambar jelas di wajahnya. Bukankah hubungannya dengan Singto adalah kakak beradik?jadi, tidak masalah bukan. Seorang sahabat pergi dengan kakak sahabatnya, apa ada yang salah?

Tay menelan ludahnya. Jelas apa yang ia lihat antara Singto dan Krist lebih dari seorang kakak beradik.

Candy sedikit menyesal bertanya. Ia melihat Krist yang semakin diam. Ia rasa Krist memang tidak tahu apa - apa. Bukankah Krist dan Singto dekat? Bagaimana perasaanmu ketika orang yang dekat denganmu jalan berdua dengan sahabat baikmu? Ah! Tentu Candy tahu, bagaimana yang ia rasakan. Candy sangat tahu hubungan dekat seperti apa yang terjadi antara Singto dengan Krist.

"Aku dan Krist sama sekali tidak tahu. Chimon jarang kumpul bersama kami akhir - akhir ini. Maka dari itu, ini sangat mengejutkan." Jelas Boom, agar tidak canggung.

Candy hanya mengangguk mengerti. Pantaskah ia jika mengatakan apa yang ia lihat dengan jelas? Tidak. Ia tidak ingin semakin memperkeruh air yang jernih.

Saat bel pulang berbunyi, Krist dengan yakin ingin bertemu dengan Singto. Mengajaknya pulang bersama dan tentu saja menanyakan sesuatu kepadanya. Tapi pintu ruangan Singto sudah tertutup rapat. Percuma saja meskipun Krist mengetuknya.

Ia berjalan ke halaman depan dengan berbagai pikiran yang berkecamuk. Biasanya Singto pulang terlambat tapi kenapa pintu ruangannya sudah terkunci rapat.

Mata bulat Krist menangkap sosok Singto. Ia akan berlari kemudian segera mengurungkannya. Ada orang lain sedang bersamanya. Singto dengan Chimon. Berdua. Masuk ke dalam mobil Singto.

Dada Krist berdentam ngilu. Mereka akan pergi kemana?

Krist berjalan mundur. Ia jadi malas untuk pergi pulang. Saat ia berbalik. Ia melihat Pluem berdiri didepannya. Sama sepertinya, ia melihat ke halaman sekolah. Sejenak mereka saling berpandangan kemudian saling berlalu pergi. Krist seperti melihat dirinya sendiri pada wajah Pluem.

***

Hari berikutnya. Krist duduk diam. Disampingnya ada Chimon sedang tersenyum memainkan ponselnya.

"Krist. Lihat. Bagus kan? Iya kan?" Tanya Chimon antusias.

Krist menoleh. Ia melihat mata Chimon sedikit bengkak. Apa ia kurang tidur semalam? Meski begitu, wajahnya sangat gembira hari ini. Tidak seperti beberapa hari lalu.

Krist merasa senang melihat Chimon yang sudah kembali. Tapi, ia tidak bisa bohong. Bahwa hatinya juga merasa sakit saat ini.

"Eum." Krist mengangguk.

Tiba - tiba saja Krist ingin bertanya. "Kau akan pergi ke tempat itu?"

"Ya! Tentu saja. Aku akan pergi dengan seseorang." Chimon tersenyum sangat manis sembari memandangi layar ponselnya.

"Benarkah?"

Chimon mengangguk.

"Lalu, apakah orang itu ada didalam anggota komite disiplin?" Krist bertanya pelan.

Chimon langsung menoleh dengan cepat. Mulutnya sedikit terbuka.

"Ba-bagaimana kau bisa tahu?" Seingat Chimon, ia tidak pernah bercerita. Setidaknya masih belum.

Krist hanya menatapnya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia merasa tercekat. Ada apa ini? Apa yang salah?

TBC.
(A/N) : Hai, apa kabar? Sudah sebulan ya engga up. Bahkan aku sampai baca ulang beberapa chapt buat masang puzzle kembali.

Jika chapt kemarin ada yang bertanya, "Sepertinya ada sesuatu antara Singto dan Chimon." Jawabannya, jelas ada. Mungkin melalui karakter Chimon ini aku bisa sedikit lebih mudah menjelaskan sesuatu nantinya.

Seperti biasanya, makasih yang udah vote sama komen ya~ makasih juga buat yang komen, "Kapan dilanjut?" Atau "Masih nunggu kelanjutannya." Jelas itu mendorong aku secara sadar buat ngelanjutin cerita. Jelas itu berarti masih ada yang nungguin cerita ini, haha.

-190528
Vi🐼let.

Continue Reading

You'll Also Like

236K 25.6K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
371K 4K 83
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
52.1K 5.4K 18
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG