It's All a Lie

By Sandraloli

24 11 2

[ROMANCE - DARK FANTASY] Seorang gadis yang dapat membunuh dan menghidupkan makhluk hidup hanya dengan satu s... More

Bab 1
Bab 3

Bab 2

7 4 0
By Sandraloli

Tubuh yang bergetar dari seseorang yang tergeletak di atas tanah. Seorang anak perempuan kecil sedang ketakutan berada disana. Sebelah tangannya, ia gunakan untuk menutup bibirnya. Deret giginya tidak bisa berhenti saling bergemeletuk. Sepasang kakinya sudah lemas tak berdaya, ia tidak bisa kembali berdiri dan berlari seperti seharusnya.

'Bagaimana ini? A-aku tidak bisa menggerakan sedikit pun kakiku.' paniknya.

Gadis itu berusaha sekuat tenaga, dengan menyeretkan kedua kaki kecilnya. Dibantu oleh kedua tangannya dengan mengais – ngais tanah. Keringat dingin tiada hentinya keluar seluruh tubuhnya. Baru kali ini gadis itu merasakan hal yang sangat mengerikan ini seumur hidupnya. Ia terus – menerus berusaha bergerak, sampai salah satu kakinya mengenai ranting pohon yang sudah mengering. Ranting itu hanya mengeluarkan suara yang sangat pelan, tetapi tidak pada saat ini. Suasana yang sangat mencekam ini, membuat suara patahan yang sangat keras.

'Tidak ... tidak! Tolong ... tolong jangan sampai ketahuan!' bisik gadis dengan wajah pucat pasi.

Gadis itu mencengkeram tanah dengan sangat kuat, ia terus menggelengkan kepalanya dengan kencang. Pikirannya dipenuhi dengan apa yang akan terjadi padanya nanti. Apa gadis itu akan mengalami hal yang sama seperti yang ia lihat.

Suara langkah kaki pelan semakin lama, semakin terdengar jelas di kedua telinga sang gadis. Air mata telah lolos dengan sempurna. Detak jantung yang berdetak tidak karuan menyerang dirinya dengan sangat mengerti situasinya. Dan, sekarang. Suara langkah kakinya berhenti di belakangnya.

Gadis itu menatap takut, ke arah sumber suara, 'Tidak! Aku akan benar – benar berakhir sekarang!' gadis itu menutup matanya dengan sangat erat, dengan tubuh yang terus bergemetaran.

"Hm? Lily?"

Gadis itu membuka matanya perlahan menatapnya. Peluh yang masih ada pada dahinya mengalir dengan perlahan. "A-Aileen?" jawabnya gugup.

Anak perempuan yang baru saja, dipanggil namanya oleh Aileen. Menelan ludahnya dengan susah payah, setidaknya hal yang baru saja Lily bayangkan untuk sekarang tidak akan terjadi.

"Sedang apa kau disini? Astaga! Mengapa keringatmu bercucuran banyak sekali."

Aileen mengeluarkan sapu tangan yang disulam sendiri oleh Ibunya, setiap hari disaku pakaiannya. Lily yang tadinya ragu – ragu, akhirnya menerima sapu tangan itu dengan tangan yang masih bergetar. Namun, ada yang aneh. Kemana perginya semua bercak darah yang terpercik dibaju dan tangannya. Lily mengusap dahinya, sembari memperhatikan keseluruhan tubuh dan pakaian Aileen. Noda darah yang ada pada tubuhnya, benar – benar musnah.

"Disini bahaya sekali, Lily. Mengapa kau keluar malam-malam begini." tanya Aileen sekali lagi.

Lily tidak menjawab satu pun pertanyaan yang dikeluarkan oleh Aileen. Bayangan – bayangan dari kejadian yang baru saja, terjadi masih belum bisa ia lupakan. Ia hanya terus mengangguk dan menggelengkan kepalanya saja.

Aileen masih bingung dengan sikap Lily saat ini. Tidak seperti biasanya ia seperti itu. Lily adalah seseorang yang sangat periang dan aktif. Tapi, saat ini ia seperti gadis yang sangat pendiam, yang tidak pernah bergaul dengan siapapun.

"Sebaiknya kau pulang sekarang, Lily. Orangtuamu pasti mencari dirimu."

Sekarang pun Aileen masih memandangi dirinya yang terus saja mengangguk seperti sebelumnya. Lily berjalan dengan pelan mengikuti saran yang diajukan oleh Aileen. Sekarang, Aileen benar – benar sendiri berada di ladangnya.

"Mengapa aku disini?" tanyanya pada diri sendiri.

Aileen menoleh sekitarnya, dan melihat ladang mereka yang telah hancur. Ia jatuh terduduk dengan bahu yang bergetar. Lalu ia mengangkat kedua tangannya, untuk melihat apa yang sedang menempel pada telapaknya.

"AAAAHHHH!"

Wajahnya berubah menjadi pucat, bibirnya bergetar hebat. Telapak tangannya sekarang, dipenuhi dengan noda darah. Darah itu berlumuran dengan sangat banyak, sampai menetes dari tangannya. Aileen tidak tahu apa yang terjadi, mengapa tangannya sendiri berlumuran darah.

"AILEEN!"

Aileen segera menoleh kearah sumber suara itu. Ia melihat Ayah dan Ibunya berlari tergopoh – gopoh. Orangtuanya langsung menyusul anaknya setelah mendengar jeritannya. Mereka menatap dengan wajah yang sangat terkejut. Ladang mereka yang hancur berantakan tanpa menyisakan apapun. Yang lebih mereka kagetkan adalah kondisi Aileen.

Aileen melihat kedua orangtuanya mendatangi dirinya. Air matanya turun tanpa bisa ditahannya. Tetapi saat Ibunya ingin memeluknya, Aileen memberontak dan mulai menjerit – jerit dengan sangat kencang.

"TIDAK! AILEEN SAAT INI SANGAT KOTOR! DARAH! IBU, INI DARAH!"

"Apa maksudmu, sayang? Ibu tidak mengerti. Tidak ada darah sama sekali sayang!" balas Ibunya.

Ayah dan Ibu Aileen saling menatap sambil terus memeluk anak mereka, agar tenang. Mereka memiliki pikiran yang sama. 'Apa yang terjadi pada anakya? Apa itu ada sangkut pautnya dengan keanehan pada diri anaknya?'

"Tidak ada darah apapun sayang, lihat? Semua bersih" ucap Ibunya.

Aileen kembali melihat telapak tangannya, ia terus melihat dengan ketakutan. "INI DARAH, IBU!"

"Tidak ada apa – apa sayang. Itu hanya halusinasimu. Tenangkan dirimu nak."

Ibunya mengambil sapu tangan yang selalu bersamanya lalu mengusap – usap telapak tangan anaknya, meskipun terlihat bersih. Telapak tangan anaknya hanya sedikit kotor terkena tanah yang dipijaknya, tidak ada setitik warna merah tua di tangannya.

Aileen terus menangis dipelukan Ibunya, sampai tertidur. Ibunya terus mengusap pelan tangan Aileen dan Ayahnya mengelus pelan rambut Aileen. Setelah Aileen tertidur, Ayahnya menggantikan posisi Istrinya. Ia menggendong pelan tubuh kecil anaknya, agar tidak membuat dirinya terbangun lagi. Aileen dalam kondisi yang sangat syok, mungkin itu karena ia melihat sendiri ladang mereka hancur, atau mungkin taman kesayangannya yang hancur.

"Aileen tidak terbangun?" tanya Ibu Aileen.

Sang suami menggelengkan kepalaya pelan. Ia menuntun istrinya untuk duduk di ruang keluarganya. Ayahnya duduk di depan meja keluarga, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia sangat tertekan. Ladangnya hancur sekarang, ditambah anak semata wayangnya menjadi seperti ini. Sebenarnya, dosa apa yang sudah ia perbuat, sampai Tuhan harus mengujinya seperti ini.

"Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa." desah Suaminya.

Istrinya yang sedang duduk di depan suaminya, berpindah duduk ke sampingnya. Ia mengelus – elus punggung suaminya itu. Sang istri mungkin tidak terlihat mengkhawatirkannya, tetapi raut wajahnya terlihat sangat kelelahan.

"Semua ini pasti ada jalan keluarnya, sayang."

"Ya ... ku harap juga begitu, dan ..." suaminya menghela napas panjang. "Dan tidak ada siapapun yang melihat Aileen yang sedang ada di ladang kita."

Istrinya mengangkat alisnya, "Mengapa?"

"Aileen sangat ketakutan, seperti ia melihat sesuatu yang sangat menyeramkan."

"Maksudmu apa yang dikatakan Aileen bukan sekedar omong kosong maupun ilusi belaka?"

Ayah dan Ibu Aileen hanya saling diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing – masing. Aileen, anak mereka, mengapa harus dirinya. Dari malam hari sampai pagi hari, mereka terus – menerus mendiskusikan apa yang akan dilakukan. Tidak ada kata beristirahat diantaranya.

***

"Tidak, tidak! Jangan menghancurnya!" teriak Aileen keras.

Serigala – serigala tampak saling memandang satu sama lain, seperti memberi isyarat kepada kawanannya. Lalu mulut mereka, tampak seperti membentuk sebuah seringaian. Mereka semakin brutal mengahncurkan ladanganya. Tempat Aileen memiliki banyak memori berharga disana.

Saat itu juga, ekspresi Aileen berubah drastis. Air mata yang tumpah dan ketakutan yang ia miliki, lenyap begitu saja. Tergantikan dengan sifat yang berbanding terbalik dengan dirinya yang biasa. Kepribadian dengan sifat yang sangat dingin dan tidak berperasaan

"Sudah ku bilang 'jangan', kau akan tahu akibatnya." desisnya.

Aileen mengangkat tangan kanannya, lalu meremasnya dengan kuat. Tubuh dari salah satu kawanan serigala meledak tepat saat tangannya meremas. Darah yang ada pada serigala tampak membanjiri seluruh tempat itu, sampai mendarat di wajah Aileen. Ia tidak terlihat takut sama sekali, justru ia senang. Di wajahnya tercetak jelas senyum miring miliknya yang terlihat sangat senang.

Namun, senyumnya hanya bertahan sementara. Genangan darah yang terkena wajahnya dan darah yang ada pada telapak tangannya, kembali mengingatkannya. Semua hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak kecil dan keanehan yang ada padanya. Ini semua tidak benar. Ini tidak mungkin terjadi padanya. Pikiran yang terus menghantui dirinya.

Saat Aileen menoleh ke belakangnya. Ia melihat orang – orang yang berada di satu desa bersamanya diam. Semua temannya juga turut menatapnya dalam diam.

"Mengapa? Ada apa ini?" tanyanya kebingungan.

Rasa takut sudha mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Tubuhnya terjatuh begitu saja, karena kakinya sudah tak kuat untuk menahan berat tubuhnya. Seluruh pasang mata menatapnya dingin, mereka mengulurkan jari telunjuk mereka kearah dirinya. Seolah – olah menuduhnya secara keji. Tetapi, ia tidak melihat keberadaan kedua orang tuanya.

Ia berusaha bangkit dari posisi duduknya. Aileen menerjang semua orang yang menunjuknya, disingkirkanlah semua orang dengan didorong olehnya. Ia terus menerobos dan sampai di tengah kerumunan. Sekarang ia dapat melihat kedua orang tuanya. Ayah dan Ibunya yang masih memandangnya dengan penuh kasih sayang. Mereka saling merangkul satu sama lain, dan tersenyum hangat kepadanya. Lalu, Ayah dan Ibunya merentangkan tangan mereka.

Seolah mengajak Aileen untuk datang kepadanya agar bisa memeluknya. Aileen kembali terisak, matanya tampak berkaca – kaca. Ia tersenyum hangat membalas mereka. Aileen meloloskan beberapa bulir air matanya, dan mulai berlari ke arah kedua orang tuanya.

Ketika jarak yang memisahkan mereka mulai menipis, Aileen terjatuh. Ia tidak memeluk ataupun melihat kedua orang tuanya lagi. Saat ia ingin mencari kedua orang tuanya, ia merasakan hawa panas yang berada dibalik punggungnya. Aileen menoleh ke belakangnya dan melihat ada kobaran api kecil yang semakin lama semakin membesar. Lalu, muncul dua buah tiang yang sangat tinggi. Aileen yang sibuk melihat kearah kobaran api, baru sadar ada dua buah tiang tinggi di atas kobaran api.

Aileen mendongak dan melihat ada seseorang yang terikat di sana. Ia berjalan terseok – seok seraya menutup mulutnya. Air mata yang sudah berhenti kembali mengalir deras.

"Tidak,"

"Tidak! Ibu! Ayah!"

"Kumohon, siapapun turunkan mereka! Tolong! Siapapun ...."

Aileen terus berteriak dengan putus asa. Ia melihat teman – temannya dan warga desa. Mereka tidak ada sama sekali niatan untuk membantunya, atau pun berusaha untuk membebaskan orangtuanya. justru mereka mengolok, menghina, bahkan meludahinya.

"Tidak ... siapapun tolong Ayah dan Ibuku!"

***

Sepasang suami – istri yang mendengar suara jeritan anaknya, langsung bergegas ke arah sumber suara itu. Tak peduli bagaimana penampilan dan keadaan mereka yang sedang kacau. Mereka langsung masuk ke dalam ruangan anaknya. Aileen terus berteriak layaknya orang yang terkena penyakit kejiwaan, seraya mengangkat kedua tangannya tinggi – tinggi.

"Aileen! Bangun nak!" teriak Ibunya dengan panik.

Ibunya memegang kedua pundak anaknya lalu sedikit menggoyang – goyangkannya. Pakaian yang dikenakan oleh Aileen sudah basah oleh keringat. Peluhnya terus – menrus keluar.

"TIDAAK!"

Aileen terbangun seraya terisak menangis. Teriakan sedikit mereda ketika ia terbangun dari mimpi buruknya. Orangtuanya masih disana menunggunya dengan wajah yang terlihat sangat khawatir. Melihat itu membuatnya sedikit lega, ia tidak ingin hal buruk menimpa Ayah dan Ibunya. Jelas, itu bukanlah keinginan seorang anak yang dipenuhi oleh cinta kasih dari orangtuanya.

Aileen kembali menangis dengan keras, dipelukan Ibunya. Ayah dan Ibunya sangat sabar menanti Aileen untuk tenang. Sampai tangisnya mereda, sang Ibu melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata yang tersisa pada ujung matanya.

"Ada apa, sayang? Apa ada yang sakit?" tanya Ibunya.

Karena terlalu lama menangis, mata Aileen membengkak. Ia masih sesenggukan sesekali. Awalnya ia ragu untuk menceritakannya. Tetapi, Aileen tidak ingin menyembunyikan rahasia apapun kepada orangtuanya.

"A-Aku sepertinya, telah membunuh serigala – serigala yang ada di ladang." jawabnya takut.

"Saat itu tidak ada siapapun yang berada disana?" tanya Ayah.

"Aku tidak tersadar saat itu, tapi aku masih mengingat bertemu dengan Lily. Sebelum Ayah dan Ibu mencariku."

Ayahnya langsung termenung, ia langsung pergi meninggalkan Aileen dan istrinya di kamar anaknya. ia pergi dengan raut wajah khawatir. 'Apa yang akan terjadi kedepannya. Akan kah ini adalah sebuah permulaan?' batinnya.

Dan sekarang, kejadian yang disebabkan Aileen sudah lewat dari beberapa minggu. Kehidupan mereka kembali seperti biasa. Hanya saja dipenuhi dengan kekhawatiran yang terus menghantui mereka. Mereka tidak dapat berbuat apa – apa, jika terjadi sesuatu yang tiba – tiba pada anaknya.

Tetapi, hari terus berganti. Aileen selalu kembali ke rumah dalam ke adaan murung. Orangtuanya tidak tahu mengapa anaknya menjadi seperti itu. Setiap mereka tanya pun, Aileen hanya menunjukkan senyum palsunya dan mengatakan 'Tidak apa – apa.'.

Semua kembali semula, hanya Aileen yang berubah. Sampai hari itu datang. Sore hari, dimana Aileen pulang dengan berlinang air mata dan baju one piecenya terkoyak dengan paksa.

"Aileen! Ada apa dengan dirimu? Bagaimana ini bisa terjadi!" teriak Ibunya.

Aileen tidak dapat menjawab sepatah katapun. Ayahnya yang sudah siap mencari sang dalang yang sudah membuat Aileen seperti itu. Tiba – tiba suara ketukan yang sangat kasar berbunyi dari luar rumahnya. Ibunya langsung menggiring Aileen untuk masuk ke kamarnya dengan cepat. Sedangkan Ayahnya, bergegas membuka pintu untuk melihat siapa yang berani mengganggu keluarganya.

Suara dobrakan pintu rumahnya terdengar keras, dan suara ricuh dari banyak orang terdengar sampai ke dalam kamar Aileen. Ibunya dengan panik menggeserkan tempat tidur anaknya, lalu membuka sebuah marmer yang ada tepat di tengahnya.

"Masuk ke dalam sayang, mari kita bermain petak umpet. Ibu juga akan ikut bersembunyi dilain tempat. Ingat kata – kata Ibu, sayang. Apapun yang terjadi jangan keluar dari dalam sana. Kau harus berjanji pada Ibu, ya?" pesan Ibunya.

Ibunya memeluk erat anaknya, lalu segera mendorong cepat anaknya agar masuk ke dalam lubang yang terlihat cukup besar. Aileen sedikit menjerit kaget, tetapi dengan cepat sang Ibu menutup lubang itu dengan marmer kembali. Ketika marmer tertutup, suara Aileen tidak lagi terdengar. Ibunya lalu bergegas mendorong tempat tidur Aileen kembali seperti semula.

Saat ibunya baru saja ingin keluar dari ruangan. Banyak orang telah memasuki rumahnya. Ayahnya tampak babak belur, wajahnya dipenuhi lebam-lebam yang mulai membiru.

"Sayang!"

Sang suami berusaha dengan sekuat tenaga, membuka matanya sedikit. "Lari." bisiknya.

Istrinya menggelengkan kepalanya cepat, ingn segera menyusul suami tercintanya itu. "Demi Aileen." sambung suaminya.

Istrinya mulai meneteskan air matanya, ia mulai membalikkan tubuhnya dan berlari. Namun, hanya beberapa jarak, para warga sudah menemukan Ibunya. Mereka menyusul Ibu Aileen untuk menangkapnya. Ibu Aileen sudah kehabisan napasnya untuk berlari, ia memiliki tubuh yang lemah sedari kecil.

"Mau pergi kemana kau, Penyihir?" tanya seorang pria yang menahan kedua tangan Ibu Aileen.

"Apa maksudmu? Aku bukan penyihir!" teriak Ibunya.

"Lalu anakmu itu apa? Penyihir? Seorang anak seperti itu, pasti itu juga berasal dari ibunya."

"Tidak! Anakku bukan penyihir!"

Pria itu berdecak marah, karena Ibu Aileen terus saja menentang perkataannya. "Diam kau jalang!" bentaknya.

Pria itu mulai menggerayanginya dengan cabul. Semua pria – pria itu, tidak. Mereka semua adalah para warga di desanya. Tetangga baiknya pun melakukan hal yang sama pada mereka. Ibu Aileen terus meronta – ronta dan berusaha mengeluarkan suaranya. Tetapi semua itu percuma, mulutnya disumpal dengan kain dan tangannya pun diikat dengan tali yang sangat kuat.

Mereka melakukan hal keji itu di depan suaminya. Meskipun suaminya telah sekarat, penglihatannya telah kabur. Ia masih dapat mendengar suara jeritan sang istri. Matanya sungguh berat untuk ia buka, tetapi air mata masih dapat meluncur dari sudut matanya.

Berjam – jam telah berlalu, rintihan ataupun tangisan tidak lagi terdengar. Melainkan suara seret – menyeret yang ditimbulkan oleh tanah. Dari permukaan tanah yang dilewatinya, mengalir sebuah cairan berwarna merah. Mereka terus membawanya secara tidak manusiawi menuju ke Pusat Desa.

***

Dari bawah tanah, Aileen terus menutup mata dan telinganya. Suara – suara barang berjatuhan dan hentakan kaki yang terus terdengar sedari tadi. Sampai sebuah rintihan bersuara, hanya saja suara itu tidak terdengar jelas. Aileen terus mengatakan hal yang sama setiap menitnya. Ia harus menepati janji dengan Ibunya. Harus terus bersembunyi apapun yang terjadi.

Keributan yang terjadi pada rumahnya, mendadak menjadi hening. Tidak ada lagi suara aneh, maupun bantingan benda. Aileen membuka kelopak mata dan telinganya yang ia tutupi dengan kedua tangannya. Sesekali ia melirik ke atasnya, dan berkeinginan untuk keluar dari tempat bersembunyinya.

Ruang bawah tanah itu ternyata cukup luas. Dari dalamnya terdapat tempat tidur dan sebuah lemari kayu berukuran besar. Dinding – dinding disekitarnya pun bukanlah tanah, melainkan dinding kayu yang terpasang rapi.

Aileen membuka lemari itu, dan muncul persediaan makanan yang lumayan banyak untuk dirinya sendiri. Apa memang ruangan ini sudah disediakan untuknya sendiri? Itu yang ada dalam pikirannya saat ini. Ia menahan kepalanya yang tiba – tiba pening. Apa semua ini ada sangkut paut padanya?

Continue Reading

You'll Also Like

818K 74.9K 36
Lembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang...
2.8M 225K 43
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
962K 104K 61
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ’) โš  (PART KE ACAK!) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€...
225K 9.2K 30
Nakala Sunyi Semesta Setelah tragedi di rel kereta api malam itu Kala di buat heran dengan hal aneh yang terjadi pada nya, kala pikir malam itu dia m...