Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 21

307 17 0
By AnyaNurand28

Suara deringan ponsel mengehentikan langkah Miya, dia yang hendak keluar dari gerbang rumah Thalia selepas selesai mengerjakan tugas bersama, terpaksa berhenti untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan itu.

Tangan Miya langsung bergetar tatkala pesan yang masuk ke dalam ponselnya ternyata dari seseorang yang sangat dia benci dan sangat dia hindari. Pesan itu berisi sebuah ancaman yang dapat membahayakan dua orang sekaligus.

Pikiran Miya berputar, dia tak bisa berfikir jernih. Semua kekhawatiran berkecamuk memenuhi isi kepalanya. Jelas Miya tahu siapa yang mengirimkan pesan itu, namun dia tidak mempunyai waktu untuk sedikit memikirkan dari mana cowok gila itu mendapatkan nomor ponselnya.

Tiba-tiba nama satu cowok melintas di kepalanya, tanpa berlama-lama Miya langsung mencari nama kontak itu dan meneleponnya. Dia tidak tahu kenapa di situasi saat ini malah nama sepupunya itu yang dia ingat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, telepon itu langsung tersambung. "Hallo Rik, lo dimana? Gue butuh bantuan lo."

"..........."

"Gue sama Thalia lagi dalam bahaya. Ada orang yang ngancam gue."

".........."

"Nanti gue jelasin, gue tunggu lo di cafe Mentari sekarang."

Setalah mendapat jawaban dari Erik, Miya langsung mematikan panggilannya. Lalu memesan taksi online, tak butuh waktu lama, taksi itu sudah datang dan Miya langsung bergegas pergi sebelum itu dia menyebutkan alamat yang di tuju.

*****

Angkringan dekat sekolah memang biasa menjadi tempat tongkrongan Erik dan teman-temannya. Tempatnya yang nyaman dengan harga makanan atau minuman yang terjangkau bagi anak sekolah membuat warung ini selalu ramai pengunjung.

"Rik, lo masih suka sama Thalia?" pertanyaan itu tiba-tiba lolos dari bibir Beni. Roni yang menyadarinya langsung menoyor kepala Beni.

"Sekarang gue udah anggap dia kayak adik sendiri, sama kayak Miya." Respon dari Erik membuat Beni dan Roni bernafas lega.

"Pantesan lo masih baik sama dia, darimana asalnya seorang Erik mau di suruh-suruh." Kalimat Tito yang diselingi tawa barusan mengingatkan Erik waktu kejadian di kantin itu.

"Gue emang sakit hati. Tapi cara satu-satunya buat tetep bisa deket dan jagain dia ya dengan kayak gitu."

Ketiga teman Erik hanya manggut-manggut seolah mereka apa maksud dari kalimat yang diucapkan cowok itu. Deringan suara ponsel membuat ketiga teman Erik kompak meliriknya, nama Miya tercetak jelas di layar ponsel yang sedang menyala itu.

"Tumben tuh anak telepon." kata Tito pelan.

"Diem!" bentak Erik yang langsung disambut tawa oleh Beni dan Reno, sedangkan Tito memberenggut kesal.

Tombol panggilan berwarna hijau langsung Erik tekan dan ponsel itu dia dekatkan ke telinganya. Setelah terhubung suara cewek itu langsung terdengar.

"........."

"Gue lagi di angkringan sama temen-temen."

"........."

"Ngancem gimana?"

"........."

"Oke, gue kesana sekarang." Erik langsung memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan bergegas pergi meninggalkan angkringan.

"Kemana lo?" tanya Roni melihat temannya itu yang seperti terburu-buru

"Ketemu Miya."

Motor yang sebelumnya terparkir kini sudah melesat membelah jalan raya, karena saking cepatnya teman-teman Erik tak sempat menanyakan lebih lanjut.

"Apaan ya? Kok gue kepo sih" ucap Beni pelan.

"Kalau masalahnya besar nanti juga dia pasti minta bantuan kita kok, santai aja," kata Roni santai sesantai ucapnya barusan.

"Kita kan cees nih, partner lah. Jadi kalau dia ada masalah kita pasti bantu karena dia pun suka gitu kan" ujar Tito.

*****

Ketika Miya hendak mendudukkan diri di sebuah kursi di cafe, bertepatan juga dengan kedatangan Erik dari pintu depan. Miya pun melambaikan tangan ketika Erik seolah tengah mencari seseorang.

Sebelumnya Miya tadi sudah memesan minuman untuk mereka, maka ketika mereka sudah duduk pesanan Miya pun sampai. Hari ini cafe tidak terlalu ramai, jadi Miya bisa leluasa bercerita.

"Langsung ke intinya aja!" kata Erik seperti sebuah perintah yang tak bisa di ganggu gugat.

Miya yang paham langsung mulai bercerita, karena dia tahu Erik itu tidak suka berbasa-basi apalagi ini menyangkut keselamatan orang-orang terdekatnya.

"Leon barusan ngechat gue, dia ngancam bakalan buat Thalia menderita kalau gue nggak terima cinta dia."

"Karena alasan?"

"Jadi sebenarnya Thalia itu punya trauma di masa lalu akibat kasus penculikan yang pernah dia alami sama Rafael, cowok yang sangat Thalia sayangi dulu. Hanya ada beberapa orang terdekat Thalia yang tahu trauma itu. Bahkan pacarnya yang sekarang pun baru akhir-akhir ini mengetahui trauma itu. Hanya gue, Kevin, Leon, nyokap, bokap dan keluarga Thalia yang tau waktu itu. Mungkin sekarang tambah lagi, Lolita, Jhonson juga temen-temennya dan lo. Maka dari itu kenapa bunda sama ayah sayang banget sama Thalia kayak anaknya sendiri."

"Awalnya Leon nggak tau trauma Thalia, tapi karena dia dendam sama Thalia dia mencoba nyari kelemahan Thalia lewat orang yang dia suruh dan berhasil tau seluruh kejadian yang menjadi kelemahan Thalia . sekarang Leon memanfaatkan kelemahan Thalia itu buat menghancurkan nya, karena dia dendam sebab dulu Thalia yang menolak keras juga nggak nerima Leon buat deketin gue. Jujur gue juga risih sama kehadiran dia, gue nggak suka sama sekali, karena dia itu psikopat. Di itu jahat juga licik Rik."

Erik tidak berniat memotong cerita Miya, dia akan mendengarkannya sampai akhir baru akan bertanya setelah selesai bercerita.

"Setelah kabar dia pindah ke luar negeri gue lega, nggak bakalan ada orang yang ganggu hidup gue lagi. Tapi tanpa gue duga dia datang lagi dan mencoba menghancurkan semuanya. Termasuk hubungan Thalia dan Jhonson. Di chat dia bilang kalau dia tahu rahasianya Jhonson yang Thalia nggak tahu. Dia juga ngancam gue dengan kalimat kalau gue nggak nerima dia, dia nggak segan-segan bakalan buat Thalia menderita."

"Lo tau kan kalau gue itu nggak bisa liat Thalia terluka sedikitpun. Gue nggak tau dia dapet no telepon gue dari mana. Yang jelas sekarang gue takut, gue takut Thalia kenapa-kenapa kalau gue nggak terima Leon, walaupun gue terima apa kabar nanti diri gue sendiri kalau sama dia. Jadi gue minta bantuan lo, karena gue tahu lo juga nggak mungkin tega liat gue sama Thalia terluka, cuma lo dan Kevin yang punya peluang besar buat bantu. gue juga bakalan minta bantuan temen-temen yang lain nya. Nggak tau kenapa gue langsung kepikiran buat telepon lo setelah dapet pesan itu, bukannya Kevin."

"Kevin?" tanya Erik yang sekarang penasaran, pasalnya dari tadi nama cowok itu selalu Miya sebut.

"Gue pernah cerita, masa lo nggak inget kalau Leon dan Kevin itu musuh, karena mereka sama-sama suka gue dan harus lo tau kalau Kevin itu sayang banget sama Thalia, bahkan selain sebagai sahabat , Kevin udah anggap Thalia sebagai adik sendiri sama seperti lo?"

"Gue?" kata Erik tak mengerti.

"Iya, dulu sebelum Kevin suka sama gue dia suka sama Thalia. Namun respon Thalia yang biasa aja buat Kevin ngerti dan akhirnya dia menyerah untuk cintanya dan lebih memilih menjadi sahabat Thalia agar tetap terus deket dan jagain dia. Sama kayak lo. Sebelum anggap Thalia kayak adik lo sendiri, lo pernah suka sama Thalia dan bedanya dia nolak lo karena udah punya pacar. Akhirnya satu-satunya cara untuk tetap menjaga dia lo memperlakukan dia layaknya adik sendiri."

Erik menganggukkan kepalanya tanda mengerti, lalu dia bertanya. "Apa ada yang masih harus di ceritain lagi?"

Miya menggeleng sebagai jawaban.

"Oke, sekarang biarin gue yang cari car-"

Ucapan Erik terpotong ketika seseorang datang menghampiri meja mereka, tak lain dan tak bukan ialah Kevin.

Miya sempat terkejut sejak kapan cowok itu ada disini. "Kevin? Ngapain lo kesini?"

"Gue udah denger semuanya."

Miya semakin terkejut ketika kalimat itu terlontar dari mulut Kevin. Kapan dia mendengar? Perasaan tadi tidak ada orang yang duduk di dekat mereka.

"Lo pasti kaget kan darimana gue tahu semuanya? Masa lo lupa sih kalau cafe ini punyanya kakak gue dan gue bisa nyadap obrolan kalian dari alat yang ditempel di Deket CCTV dan kebetulan juga CCTV itu deket banget sama jarak kalian sekarang."

Sialan, Miya melupakan dua fakta sekaligus. Kenapa tadi dia langsung menyebut nama cafe Mentari, tanpa berpikir dulu dan juga kenapa dia lupa bahwa cafe ini punya alat perekam suara yang canggih. Apa memang ini sudah direncanakan oleh yang di atas?

"Bagus lah kalau lo udah tau jadi nggak usah dijelasin lagi," ucap Erik datar.

"Lo siapa sih?" tanya Kevin heran, pasalnya dia belum pernah melihat cowok itu.

"Gue kakak sepupunya Miya."

"Dan gue pacarnya Mi- aduh."

Kalimat Kevin terpotong, ketika sebuah kaki mendarat tepat di atas kakinya yang di tutupi sepatu.

"Mau ngomong apa lo? Ngomong yang macem-macem gue gorok lo," ucap Miya galak.

"Santai kali Mi, gue cuman bercanda, yailah sensian amat mbak."

Tak ada respon dari keduanya.

"Udah ah gue mau ke rumah Jhonson dulu, udah ada janji sama temen-temen yang lain buat renang sama mabar. Bye Miya, dah Erik."

"Tunggu!"

"Cie nahan, kenapa? Takut kangen ya?"

"Ish."

"Gue cuma mau minta bantuan sama lo, karena gue males kalau harus cerita dua kali."

"Oh soal masalah barusan.

"Iya."

"Gampang, sekarang gue salin rekamannya ke ponsel. Tapi ada satu masalah."

"Apa?"

"Jhonson bakalan tahu cowok di masa lalu Thalia."

"Nggak apa-apa kalau itu nanti gue bisa jelasin."

"Sip. Kalau gitu gue pergi dulu, bye bye sayang-sayang ku."

Sumpah, Miya mual mendengar kalimat pamitan Kevin yang sangat alay, bahkan Erik terlihat bergidik ngeri.

"Tuh anak udah gila kali ya," gumam Miya.

*****

Rumah Jhonson hari ini sangat ramai, teman-temannya yang sekarang bertambah satu sedang asyik berenang di kolam belakang rumahnya. Tadi pagi, Bimo tiba-tiba membuat rencana yang langsung disetujui oleh semuanya.

Memang, rumah yang paling pas untuk dijadikan tempat kumpul adalah rumah Jhonson mengingat kedua orangtuanya yang jarang berada di rumah, juga stok makanan dan minuman yang selalu tersedia.

Hobi Jhonson bermain game pun menjadikan kamarnya sebagai pusat berkumpul sambil mabar. Selain jago dalam game online di ponsel, Jhonson pun mahir dalam bermain Play station. Tak heran jika dia memiliki dua PS plus televisinya dan juga beberapa stik untuk pelengkapnya.

"Anjir Vin, lo nggak kehabisan nafas apa atau capek gitu? Gue liat lo berenang bolak-balik dari tadi" ujar Bima ngeri.

"Gue aja liatnya sesek nafas, gimana lo?" Darrel ikut menimpali.

"Udah biasa kali dia mah, udah ahlinya," kata Jhonson santai.

"Lo ada masalah Vin?" Reno yang tahu gelagat Kevin dari tadi menaruh rasa curiga. Memang benar apa yang dikatakan Jhonson juga jika Kevin memang ahlinya dalam bidang olahraga air apalagi berenang. Tapi melihat gerakan kasar Kevin yang tak seperti biasanya membuat Reno sebagai sepupunya paham jika ada sesuatu yang sedang Kevin pikirkan.

"Kita mau nginep kan? Nanti setelah mabar gue ceritain," gumamnya.

Kevin memang bukan tipe orang yang sering menyembunyikan masalah, apalagi Reno adalah salah satu sepupu yang sangat paham dan peka dengan kondisi Kevin apapun yang sedang terjadi.

"Kita tunggu penjelasan lo."

Karena hari sudah hampir gelap, mereka menyudahi acara berenang kali ini. Mereka pun naik ke tepian dan menyambar handuk maisng-masing lalu mencomot beberapa cemilan yang disediakan.

Mereka semua mandi satu persatu di kamar mandi yang terletak dekat dengan kolam renang, setelah selesai merek bergegas pergi ke dapur untuk membuat minuman hangat.

Jhonson sengaja tidak menyuruh pembantunya supaya teman-temannya itu bisa melakukannya sendiri. Satu persatu mereka selesai dan tempat terakhir yang dituju dimana lagi kalau bukan kamar tidur Jhonson yang luas.

"PS berapa? 3 atau 4?" tanya Jhonson pada teman-temannya.

"Gue sama lo PS 4. Gue mau nyoba main sama yang udah mahir banget katanya," ucap Kevin seperti meremehkan.

"Oke, kalau gitu. Rel, berarti Lo PS 3" kata Jhonson mutlak.

"Nggak masalah. Bim mau main nggak?"

"Gue capek mau tidur aja."

"Nggak asyik lo Bim. Ren, temenin gue yuk!"

"Tapi gue nggak begitu jago," ucap Reno sambil menyimpan buku yang barusan sedang dia baca.

"Nggak masalah, selagi lo bisa. Gue tahu lo sebenarnya emang bisa."

"So tau lo."

"Noh kata si Kevin sepupu lo, kalau di rumah lagi bosen lo biasa ngajakin anak itu main PS."

"Sejago-jago nya dia main PS, tetep aja bakalan dapet juara umum terus." Ucapan Kevin begitu santai keluar dari mulutnya, Reno yang mendengar itu memberi respon dengan mengangkat bahunya.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.15, tapi belum terlihat tanda-tanda empat pemuda itu akan menyudahi permainannya.

"Vin yang fokus dong, masa iya lo kalah lagi sih. Gue liat tadi di awal lo jago banget."

"Hah? Apaan?" Kevin tersadar dari lamunannya saat suara Jhonson menggema di telinganya.

"Lo ngelamun kenapa sih? Masalah yang lo bilang di kolam tadi?"

Kevin jadi gelagapan sendiri saat Jhonson mengetahui apa yang membuatnya tidak fokus. Reno yang mendengar percakapan mereka, lantas memberhentikan permainannya dan beralih menghampiri Jhonson dan Kevin.

Darrel yang melihat itu memberenggut kesal, padahal ini bagian yang menantang. Ia ingin melihat siapa yang nantinya akan menjadi pemenang.

"Cerita sekarang!" titah Reno mutlak. Kevin sedikit terkejut melihat Reno sudah duduk di sampingnya.

Kevin menarik nafasnya dan menghembuskan secara kasar. "Sebenarnya kalian nggak akan paham sama masalah awalnya, tapi gue yakin setelah kalian denger rekaman suara ini kalian bakalan paham."

"Buat lo Jho, gue harap lo nggak akan marah setelah denger rekaman ini."

Jhonson menaikan sebelah alisnya tanda tak paham apa maksud dari kalimat yang Kevin ucapkan.

Darrel yang melihat tatapan mereka tengah serius memilih untuk bergeser mendekat untuk melihat apa yang mereka bicarakan, Bimo yang sedang tertidur pun tak sengaja mendengar perkataan mereka saat dirinya ingin membuka mata.

Karena penasaran akhirnya ia memutar posisinya menjadi menelungkup dan menghadapkan kepalanya ke arah kerumunan itu.

Rekaman suara berputar. Suara pria dan wanita memenuhi seluruh isi percakapan itu. Mereka langsung tau jika suara wanita itu adalah Miya dan masih di buat penasaran dengan suara si pria yang terdengar berat.

Tidak ada yang berniat mengeluarkan suaranya, namun terlihat mereka mengeluarkan ekspresi keterkejutan yang kentara. Sampai rekaman itu selesai mereka masih terdiam sampai suara Jhonson yang memulai.

"Anjing, sialan tuh cowok" umpatan kasar keluar dari mulut Jhonson. Bagaimana tidak, seseorang yang bernama Leon berhasil membuat Jhonson geram dan murka.

Rahasia yang secara apik ia sembunyikan malah diketahui oleh cowok yang sebelumnya tidak Jhonson kenal sama sekali.

Ia masih tenang-tenang saja mendengar dua cowok yang menyukai Thalia dan salah satu ada di sampingnya sekarang, untuk urusan itu masih sepele karena mereka sudah memutuskan untuk menjaga Thalia sebagai adik walaupun masih ada sedikit rasa kekhawatiran kekasihnya akan di rebut.

"Gue nggak bisa tinggal diam kalau ada seseorang yang ngusik kehidupan gue sampai mencampuri hubungan gue dan Thalia, apalagi menyangkut keselamatan Thalia."

"Siapapun itu, gue pastiin dia akan menderita atas kelakuan yang dia perbuat."

Raut kemarahan jelas terpancar di wajah Jhonson. Bima dan Darrel memilih mundur takut mendapatkan amukan dari Jhonson, sedangkan Reno dan Kevin menenangkan Jhonson. Mereka memastikan semuanya bisa di atasi jika bekerja sama.

*****

Selamat tahun baru teman-teman semua 🎉
Wish nya semoga di tahun 2020 cerita Gamers Couple bisa di selesaikan (semoga bisa diterbitkan 😁) dan saya bisa menulis cerita baru lagi dengan lancar. Aamiin 🤲🏻

Bagian ini konflik mulai muncul, dalang dari konflik ini pun sudah terlihat. Penasaran nggak nih selanjutnya gimana? Tunggu part kelanjutannya ya, hehe

Follow akun wattpad aku dong, jangan lupa vote juga komentarnya. Itu wajib, wkwk.

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 70K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
1M 31.9K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
3.3M 207K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
328K 9.4K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...