Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 18

302 19 0
By AnyaNurand28

Sesuai yang tadi sudah mereka bicarakan, sepulang sekolah Thalia dan Lolita harus menemani Miya belanja bulanan. Hukuman sederhana menurut mereka yang mereka dapatkan karena meninggalkan Miya dari sebelum upacara di mulai sampai upacara telah selesai.

Berhubung Miya dan Thalia hari ini tidak membawa kendaraan, maka mereka berangkat menggunakan mobil Lolita yang memang selalu cewek itu bawa ke sekolah.

Thalia yang ditugaskan membawa mobil mencebik kesal, pasalnya dia yang tadi akan melanjutkan game nya dengan duduk tenang di dalam mobil harus mengikhlaskan kesenangan nya tertunda.

Miya yang melihat raut wajah Thalia berubah masam, hanya bisa geleng-geleng kepala. Miya tahu bahwa Thalia sedang ingin bermain game di dalam mobil, dimana pun tempatnya yang penting nyaman dan tidak ada yang mengganggu.

Dengan berat hati Thalia duduk di balik kemudi, Miya dan Lolita memilih duduk berdua di belakang. Jahat sekali, rasanya Thalia sudah seperti supir bagi mereka.

"Tha, kok nggak jalan sih?" tanya Miya. Pasalnya sedari tadi memang belum ada tanda-tanda mobil akan meninggalkan area parkiran sekolah, mesinnya saja belum juga Thalia hidupkan.

Lolita yang sedang asyik bermain ponsel pun mengernyit heran. "Lo sakit?" tanya Lolita khawatir.

Sedetik kemudian sebuah ide melintas di kepala Thalia.

"Gue pusing nih, makanya gue belum nyalain mobilnya sebelum pusing gue ilang," ucap Thalia sambil memperlihatkan raut wajah yang kesakitan.

Ternyata berhasil. Mendengar penuturan Thalia itu, Lolita langsung membuka pintu mobilnya dan berlari menuju pintu bagian kemudi. Miya yang mengetahui akal busuk Thalia itu hanya bisa terkekeh geli.

"Lo pindah ke belakang sama Miya, biar gue yang bawa. Takut nanti kenapa-kenapa di jalan kalau lo masih nekat."

Sebelum menggantikan Thalia di kursi kemudi, Lolita terlebih dahulu memapah Thalia menuju kursi belakang, takut-takut nanti dia pingsan.

Selesai. Lolita langsung kembali ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya menuju supermarket terdekat.

Di kursi belakang, Thalia tengah sibuk dengan ponselnya, bermain game yang sudah menjadi favoritnya yaitu Mobile Legend. Sebelum memulai permainan, Thalia mengecilkan volume suaranya agar tidak terdengar oleh Lolita jika dia ternyata sedang membohongi gadis itu.

"Parah lo, ngibulin orang polos kayak dia" bisik Lolita pelan.

"Habis gue kesel, dari tadi pengen main tapi nggak jadi mulu."

Memang, jika sudah kecanduan game mau dimanapun, kapanpun dan dengan cara apapun. Game adalah prioritas bagi mereka sebagai para gamers.

*****

Hanya butuh 15 menit untuk menuju supermarket terdekat. Segera mereka langsung turun dari mobil Lolita, sebelumnya Lolita sudah memarkirkan mobilnya agar mudah keluar jika nanti mereka akan pulang.

Mereka bertiga bergegas masuk dan mengambil troli untuk tempat barang-barang yang dibeli Miya nanti. Lolita di tugaskan untuk mendorong trolinya, sedangkan Thalia di tugaskan untuk mengambil barang yang di sebutkan oleh Miya.

Satu persatu rak di supermarket mereka susuri, troli pun sudah terisi dengan berbagai keperluan untuk mandi, keperluan untuk mencuci dan menyetrika baju, sabun pencuci piring, macam-macam bumbu dapur, beberapa bungkus mie, cemilan, beberapa jenis sayur dan buah, juga beberapa skincare yang memang sudah habis di rumah.

"Nggak salah Mi, ini barang belanjaan bulanan lo untuk bulan ini aja?" tanya Lolita penasaran, karena troli yang dia dorong sudah terisi penuh.

Thalia yang berdiri di samping Lolita tidak merasa heran, karena memang biasanya sebanyak itu. Paling sekarang hanya di tambah beberapa skincare Miya saja.

"Kayaknya sih gitu," jawab Miya santai.

"Lo bilang kayaknya, berarti masih ada yang kurang dong?" kata Lolita heran.

Miya hanya mengedikan bahunya sebagai jawaban. Di rasa barang belanjaan nya sudah cukup, Miya melangkah menuju kasir di ikuti oleh Lolita dan Thalia yang masih membawa trolinya. Meskipun nanti Miya lupa ada yang kurang, paling-paling keperluan dia sendiri, karena keperluan sehari-hari untuk rumah sudah di catat terlebih dahulu oleh ibunya dan di ceklis oleh Miya jika sudah dia ambil, jadi kalau ada yang kurang ya itu salah ibunya yang lupa.

Antrian di kasir tidak terlalu panjang, hanya ada dua orang yang berdiri di depan Miya dengan belanjaan yang tidak terlalu banyak.

"Sini trolinya di bawa sama gue aja," pinta Miya.

"Giliran udah deket kasir aja, baru di bawain. Nggak tau apa kalau ini tuh lumayan berat," kesal Lolita.

"Sengaja, hahaha" ucap Miya di selingi tawanya.

Miya pun mengambil alih troli yang sedari tadi di dorong oleh Lolita dan sekarang sudah ada di depannya.

Mendorongnya menuju kasir lalu di kemas oleh pegawainya dengan sangat hati-hati. Setelah selesai Miya tidak mengembalikan trolinya, dia meminjam untuk membawa belanjaan yang sudah di kemas di dalam plastik menuju parkiran, karena ukuran plastik yang besar juga bukan satu plastik, tidak memungkinkan di bawa sampai parkiran karena terlihat sangat berat.

Sampai parkiran, Lolita terlebih dahulu membukakan bagasi mobil belakangnya untuk menaruh barang-barang belanjaan Miya. Dengan hati-hati Miya dibantu Lolita menyusun nya dengan rapi. Setelah bagasi di tutup, Miya baru sadar jika Thalia sudah tidak bersama mereka.

"Eh Lol, Thalia mana? Perasaan pas di kasir gue nggak lihat dia" tanya Miya penasaran.

"Kayaknya dia ada di dalam mobil, tadi dia bilang nunggu di mobil aja" jawab Lolita.

Benar saja, Thalia anteng sekali duduk di dalam mobil dengan ponsel yang berada di genggaman nya. Kedua ibu jarinya asyik sekali menari-nari di layar ponsel. Bukan menjelajahi dunia maya seperti remaja pada umumnya, tapi sibuk dengan musuh-musuh di dunia game nya.

*****

Ada pemandangan yang berbeda hari ini, rumah yang terletak tepat di hadapan rumah Thalia terlihat ramai. Hampir satu tahun tak di tempati, kini rumah itu kembali berpenghuni.

Sangat jelas terlihat beberapa orang tengah sibuk membereskan barang-barang, mobil yang semula terlihat menurunkan beberapa barang kini sudah mulai nampak akan pergi.

Thalia penasaran siapa yang mengisi rumah itu, padahal dia tidak melihat ada pemberitahuan rumah itu di jual. Tidak mungkin pemilik lamanya kembali, yang dia tau mereka sudah memutuskan untuk menetap di kota baru.

Baru saja satu langkah dia bergerak untuk menyeberang, namun dia urungkan dan berbalik. Thalia baru ingat jika dia masih harus memusnahkan musuh-musuh dalam permainannya.

Biasanya juga tetangga baru di komplek nya selalu menyempatkan untuk berinteraksi dengan tetangga sekitarnya, jika tidak pun Thalia yakin keluarga nya bakalan menyapa mereka terlebih dahulu apalagi sang mama yang sedikit cerewet itu.

Gerbang besar di depannya kini dia geser dan langsung memperlihatkan halaman rumah Thalia yang asri. Sambil berjalan masuk Thalia menengadah ke atas langit dan melihat gumpalan awan yang menandakan hujan akan segera turun .

Benar saja. Tepat saat Thalia menginjakan kakinya di teras depan, rintik air perlahan turun sedikit demi sedikit dan berubah menjadi bergemuruh. Thalia pun dengan cepat membuka pintu, namun dia bingung karena pintu itu tidak kunjung terbuka.

"Ish kok nggak bisa di buka sih. Emang pada nggak ada di rumah apa?"

Karena pintu tak kunjung terbuka, maka Thalia berniat untuk menelpon kakak nya, siapa tau mereka menjahili Thalia. Apalagi kak Johan, hidupnya seperti tidak tenang jika tidak mengganggu Thalia.

Panggilan ke satu tidak tersambung, panggilan ke dua masih sama, ketika Thalia hendak memanggil kembali, namun ponselnya tiba-tiba mati dan hanya memperlihatkan layar yang keseluruhannya menghitam.

"Sialan, hp gue lowbat lagi. Mana nggak bawa power bank."

Rupanya hari ini nasib baik tidak sedang menimpanya. Hujan, diluar sendirian, pintu rumah sendiri terkunci, ponsel mati, cuaca sangat dingin.

"Mana gue laper lagi. Anjir, gini banget derita gue hari ini."

Lengkap sudah. Apa yang harus Thalia lakukan? Menahannya sama saja dia mencoba bunuh diri. Dengan cuaca dingin dan juga perut kosong, Thalia tidak yakin dia akan bertahan lama menunggu di luar rumah seperti ini. Mengenaskan sekali.

Ketika sedang asyik merutuki dirinya sendiri, suara petir terdengar begitu menggelegar. Hampir saja membuat Thalia terjatuh jika dia tidak menahan kursi yang di duduknya saat ini.

"Astaghfirullah."

Thalia beristighfar sambil mengelus dadanya, suara petir itu jelas sangat membuat Thalia terkejut. Gendang telinganya pun serasa akan pecah.

"Gila apa ya itu petir, nggak bisa kecilin dikit napa suaranya. Seenggaknya kalau mau gede langsung, kasih aba-aba dulu biar gue nggak kaget, untung aja gue nggak jantungan."

Ocehan Thalia memang tidak masuk akal. Namun di balik itu semua dia tengah mati-matian menahan rasa takut sekaligus lapar.

Dengan keadaan yang sedang kedinginan sekaligus kelaparan, Thalia bergumam tidak jelas.

"Andaikan waktu bisa ku putar kembali, ku ingin dirimu tetap ada disini."

Setelahnya dia terkekeh. "Apaan sih gue pake nyanyi segala, efek kelaparan ini kayaknya, mana makin dingin lagi." Thalia menggosokkan kedua tangannya untuk sedikit menyalurkan kehangatan, yang Thalia tau itu sering di pakai kalau orang-orang sedang kedinginan.

Waktu semakin cepat bergerak, langit pun mulai berubah menjadi gelap. Namun hujan tak kunjung berhenti. Tanpa Thalia sadari sekelilingnya pun sangat gelap.

"Mati lampu bukan sih? Kok gelap semua?" Thalia bertanya pada dirinya sendiri, pasalnya memang tak ada orang selain dia.

Kepanikan pun semakin menjadi ketika suara petir terdengar kembali, walaupun tidak begitu keras seperti sebelumnya namun Thalia tetap masih terkejut mendengarnya.

"Allahuakbar." Kini Thalia mengucapkan takbir setelah suara petir itu membuatnya terkejut lagi. Tak terasa cairan bening itu berhasil lolos dan terjun membasahi pipi mulus Thalia.

"Coba laper, dingin, hujan, mati lampu, hp mati total, rumah sendiri terkunci, terkapar di luar rumah sendirian. Ya Gusti, apes banget gue hari ini." Tangisan itu semakin kencang, beradu dengan rintik hujan yang sedari tadi belum berkurang.

Karena lemas, Thalia memilih duduk di lantai dengan tangan bertumpu di atas tas sekolahnya yang dia simpan di atas kursi.

"Udah berapa lama gue di luar gini?" Sambil duduk dan menempelkan kepalanya di lipatan tangan, Thalia mengangkat tangan kirinya dan melihat jam yang melingkar di pergelangan nya itu.

"Oh baru jam 18.50" gumamnya, lalu kembali menelungkup kan kepalanya. Namun seketika dia duduk tegak. "What 18.50? Gila, gue udah hampir 4 jam nunggu di luar." Teriakan Thalia tidak sesuai dengan kondisinya yang terlihat lemas. Pasalnya suaranya masih terdengar lantang dan sedikit cempreng.

Tiba-tiba Thalia terbatuk setelah sadar bahwa suara dia terlalu keras dengan kondisi tenggorokan yang saat ini sedang kering.

Melihat sekeliling rumahnya yang masih gelap dan hujan yang masih dengan setia turun, Thalia akhirnya pasrah dan memilih tertidur.

Dia ubah posisi dengan menempatkan tas di lantai dekat dengan kursi dan pintu, dijadikannya tas itu sebagai bantal. Lalu tubuhnya dia biarkan meringkuk, dengan kaki yang masih berbalut sepatu dan kaos kaki dia masukan kebawah kursi untuk mengurangi dingin, untung saja dia sedang memakai pakaian olahraga dengan celana yang panjang.

Tak butuh waktu lama dia sudah terlelap untuk menjelajahi alam mimpi.

*****

Matahari pagi sudah muncul, cahayanya pun masuk ke dalam sela-sela jendela. Seorang gadis yang sedang tertidur terpaksa membuka matanya akibat cahaya matahari yang sedikit menyilaukan.

Namun tiba-tiba gadis itu tersentak ketika dia sudah tidak lagi berada di posisi semalam, melainkan sudah di dalam kamar tidur yang bukan miliknya.

"Gue dimana ini?" Thalia bermonolog sendiri. Lalu dia melihat pakaiannya, ternyata masih utuh. Dia sempat berfikiran negatif, takut-takut ada orang jahat yang memanfaatkannya ketika sedang tertidur pulas.

Suara deritan pintu yang terbuka membuat Thalia menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang ibu yang membawa nampan berisi makanan dan segelas susu putih.

"Udah bangun ternyata. Makan dulu ya nak" kata Maya yang tak lain adalah ibunda Miya.

"Ini aku di kamar siapa ya bunda?" Ya Thalia sudah tahu bahwa perempuan itu adalah ibu dari sahabatnya. Kalian tidak lupa kan kalau Thalia dan Miya itu bersahabat sejak lama. Maka dari itu Thalia memanggil ibu Miya dengan sebutan bunda, seperti yang Miya lakukan. Begitupun sebaliknya.

"Kamu di kamar tamu rumah bunda sayang, kemarin pas Miya sama Lolita mau ke rumah kamu, mereka lihat kamu tidur dan dibangunin juga nggak bangun. Rumah kamu juga gelap, jadi Miya mutusin bawa kesini karena lumayan deket juga kan," jelas Maya pada Thalia yang sudah terduduk di kasur.

"Aku kira mati lampu, tapi seingat aku rumah di depan rumah aku lampu nya nyala."

"Kayaknya itu pulsa listrik rumah kamu habis."

"Iya kali bun." Sejenak Thalia berfikir jika Miya dan Lolita yang datang ke rumah lantas siapa yang membopong dia sampai ke kamar ini.

"Oh iya bun, nggak mungkin kan kalau Miya sama Lolita yang gendong aku nyampe ke sini?"

"Bukan mereka, tapi Kevin."

"Kok bisa Kevin bunda?" tanya Thalia terkejut, sedang apa pemuda itu malam-malam di daerah kediamannya.

"Pas Miya mau minta bantuan, kebetulan Kevin lewat." Penjelasan itu belum memuaskan, dia cukup penasaran apa yang dilakukan oleh Kevin malam-malam di komplek perumahannya. Apa dia ingin ke rumah Miya untuk memulai pendekatan lagi.

"Sekarang kamu makan dulu ya, kayaknya kemarin kamu belum makan." Suara bunda membuat pemikiran Thalia buyar seketika.

Memang benar, dari pulang sekolah sampai pagi ini belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam perut Thalia.

"Kok rumahnya sepi sih bun, pada kemana?" Bukannya mengiyakan ucapan bunda, Thalia malah bertanya tentang keadaan rumah yang terlihat sepi.

"Miya sama adiknya sekolah, papa Miya kebetulan lagi ada tugas di luar kota."

"Emang sekarang jam berapa bunda?"

"Jam 09.20."

"Ya ampun bunda aku belum ngabarin orang rumah. Berarti aku juga nggak sekolah dong. Selama itu ya aku tidur." Thalia sangat terkejut ketika bunda menyebutkan jam sekarang. Berapa lama Thalia tidur, bahkan dia pun tidak merasakan sentuhan atau guncangan apapun selama tidur. Sepulas itu kah dia tidur.

"Semalam bunda udah hubungin keluarga kamu, tadinya kamu mau dijemput tapi berhubung udah malem jadi bunda minta kamu nginep dulu aja disini, baru nanti pas kamu udah enakan dikit bisa pulang. Kalau soal sekolah bunda udah bikinin surat keterangan sakit buat kamu, udah bunda titip juga ke Miya."

Sekarang Thalia lega. Setidaknya mereka mengetahui keadaan Thalia.

"Ini, boleh aku makan sekarang bunda?" tanya Thalia malu-malu. Sumpah, Thalia sudah sangat lapar. Apalagi aroma dari bubur yang begitu menggoda.

"Oh boleh, kalau bisa sampai habis ya.  Susunya juga jangan lupa minum. Air putih ada di pojok dekat meja belajar. Tante mau ke bawah dulu, soalnya cucian belum selesai."

Bunda pun beranjak pergi, namun belum sampai ambang pintu Maya kembali berbalik.

"Oh iya, ponsel kamu udah Miya charger semalam. Itu ada di atas meja belajar. Soalnya mau di nyalain nggak nyala terus, mungkin kehabisan baterai kata Miya jadi dia charger."

"Oh iya bunda nggak apa-apa. Makasih banyak bunda atas bantuannya. Maaf kalau Thalia ngerepotin" ucap Thalia tulus. Dia jadi tidak enak hati malam-malam sampai pagi begini merepotkan keluarga Miya, apalagi bunda nya.

"Iya sama-sama sayang, bunda nggak ngerasa kerepotan kok. Malahan kamu udah bunda anggap sebagai anak bunda sendiri, saking deketnya kamu sama Miya. Bunda jadi ngerasa kalian itu kembar." Ucapan bunda yang diselingi tawa kecil, membuat Thalia tersenyum. Dia jadi merindukan mama nya.

"Ya udah kamu istirahat dulu aja, mama kamu sebentar lagi kayaknya jemput. Bunda mau ke bawah dulu."

"Iya bunda."

Maya kembali melangkahkan kakinya ke arah pintu, sebelum pintu tertutup sempurna dia terlebih dulu tersenyum ke arah Thalia dan di balas senyum balik oleh Thalia.

*****

Ada Maya ibunda nya Miya, mereka kayak kembar kan namanya, wkwk
Sengaja aku buat mirip, karena aku bingung nyari namanya, hehe.

Vote dan komentarnya ya teman-teman semua. Harus pokoknya!!!

Nggak apa-apa kali ya maksa sekali-kali, wkwk

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 44K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
268K 25.4K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 116K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...