Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 16

373 22 0
By AnyaNurand28

Definisi hari Minggu bagi Thalia yang seharusnya beristirahat seharian di rumah kini berubah total. Pasalnya, tanpa di undang dan tanpa ada pemberitahuan, dua sahabat karibnya mengunjungi Thalia pada saat matahari belum sepenuhnya muncul.

Apa mereka tidak mengerti bahwa Thalia sedang lelah karena menghabiskan malam Minggu yang panjang bersama Jhonson dan jangan lupakan Kevin yang selalu menguntit di belakang.

Namun biarlah, hanya mereka bertiga yang tahu karena mereka yang menjalaninya. Jika diceritakan pada Miya dan Loli tentu mereka tidak akan mempercayainya. Sosok Jhonson yang terkenal gamers sejati bisa menyempatkan waktunya hanya untuk pergi ke pasar malam yang di penuhi orang berlalu lalang.

Sempat menolak beberapa kali ajakan mereka, Thalia akhirnya pasrah ketika mereka mengancam akan mengubah kamar Thalia seperti kapal pecah. Tentu saja Thalia langsung berdiri dan bergegas masuk ke dalam bilik kamar mandi yang di sediakan didalam kamarnya.

Membereskan kamar adalah hal yang paling dihindari oleh Thalia, apalagi jika kamar itu sangat berantakan. Maka dari itu salah satu cara untuk menghindarinya yaitu dengan cara tidak membuat kamarnya berantakan, sebisa mungkin kamar Thalia terlihat rapi.

Orang awam mungkin melihatnya sebagai perempuan yang cinta kebersihan dan kerapihan, ya Thalia bisa dibilang juga begitu. Namun mereka tidak tahu bahwa sebenarnya dia itu sedikit jorok.

Meskipun kamarnya terlihat rapi, tapi di sisi pojok dekat kamar mandi, cucian kotor menumpuk sampai tak bisa tertampung lagi oleh tempatnya.

"Ish Thalia, lo jorok banget sih. Kamar lo emang bersih, tapi pakaian kotor lo udah numpuk parah. Cuci kali ih!" Miya berkomentar ketika tak sengaja melihat tumpukan itu ketika sedang berjalan menghampiri Thalia di kamar mandi.

"Lagi males nyuci gue, nanti aja minggu depan," sahut Thalia dari bilik kamar mandi.

Lima menit berlalu akhirnya Thalia keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian rapi, dia tahu bahwa sahabatnya pasti akan lari pagi atau sekedar jogging di kawasan Gelora Bung Karno. Maka dari itu dia memakai atasan kaos lengan pendek berwarna biru cerah dan juga celana olahraga berwarna navy.

"Kapan lo bawa baju ke dalam, perasaan tadi lo nggak bawa apa-apa deh?" tanya Lolita heran ketika dia melihat Thalia keluar kamar mandi sudah dengan berpakaian rapi.

"Lo lupa kalau kamar mandi gue itu plus ruang ganti? Apa lagi nggak liat di kamar gue nggak ada lemari pakaian?" tanya Thalia balik.

"Lah terus itu lemari apaan?" Lolita menunjuk sebuah lemari sedang di pojok dekat jendela kamar.

"Itu tuh isinya buku Thalia semua, dari jaman TK sampai sekarang udah SMA," jelas Miya.

"Wah gue baru tahu kalau hobi lo selain nge-game itu ngumpulin buku bekas," kata Lolita sambil mendekati lemari itu.

"Sengaja, siapa tau nanti gue tiba-tiba butuh atau kangen masa-masa itu. Bisa juga kan nanti adik kelas ada yang butuh," tutur Thalia sambil berjalan mendekati meja rias dan membuka laci bagian bawah untuk mengambil handuk kecil yang sudah dia simpan rapi.

"Udah ah, ini udah mau muncul mataharinya."

"Jangan salahin gue ya, kalian aja yang nggak bilang-bilang kalau mau jogging."

"Bukan gue juga ya yang bikin acara. Itu tuh nona Lolita yang semalem tiba-tiba nelepon pengen jogging."

"Hehe, sorry. Gue juga sebenarnya udah nelepon lo kok Tha, tapi nggak nyambung terus. Gue coba lagi tetep aja nggak nyambung, akhirnya kita inisiatif buat datang langsung aja ke rumah lo."

"Semalem kayaknya hp gue lowbat deh, lupa gue charger."

"Terserah deh ya, pokoknya sekarang berangkat. Kalau nggak gue mau pulang lagi aja, kelamaan tau nggak nunggu disini udah setengah jam."

"Iya, iya nyonya Miya. Kami siap meluncur."

Mereka pun meninggalkan kamar Thalia dan berjalan menuju lantai bawah. Tak lupa mereka berpamitan pada kedua kakak Thalia yang berpapasan di anak tangga dan juga mamah Thalia yang sedang memasak di dapur.

Dengan kompaknya semua berkata hati-hati pada ketiga gadis remaja itu dan di jawab "iya siap" dengan serempak oleh mereka.

*****

Waktu sudah menunjukkan pukul 05.50 pagi, mereka bertiga sudah sampai di kawasan taman kota yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang sedang lari pagi ada juga yang hanya sekedar menikmati angin sejuk disini.

"Mau berapa puteran nih?" tanya Thalia setelah mereka sampai di pelataran Gelora Bung Karno.

Dengan nafas yang masih sedikit memburu Miya menjawab pertanyaan Lolita. "Nggak usah banyak-banyak lah, udah capek gue."

"Lebay lo, jarak rumah gue dari Gelora ini aja nggak terlalu jauh." Thalia berseru membalas ucapan Miya barusan.

"Emm, gimana kalau lima puteran aja dulu? Yang kuat boleh nambah, yang nggak boleh istirahat." Akhirnya setelah Miya berfikir panjang , mungkin itu adalah ide yang cukup pas.

"Oke gue setuju. Gimana Loli?"

"Gue mah tiga aja deh," tutur Lolita lemas.

"Lo gimana sih, kan lo yang ngajakin kok lo yang kelihatan males gitu." Miya protes atas apa yang baru saja di ucapkan oleh Lolita, karena terkadang yang paling bersemangat itulah yang memiliki rencana.

"Gue-" ucapan Lolita terpotong tatkala dia melihat sesosok manusia yang sangat dia kenali. Tiba-tiba saja hanya dengan melihat orang itu Lolita sudah kembali bersemangat.

"Oke fix gue lima puteran," ucap Lolita tegas.

"Hah?"

Kompak Thalia dan Miya langsung terkejut dengan perubahan sikap Lolita. Tadi dia seolah-olah lelah dan tak ingin, sekarang dia kembali bersemangat dan menerima keputusan kedua sahabatnya itu.

"Curiga gue dia tiba-tiba berubah sikap begitu."

"Tadi aja keliatan males banget, sekarang semangat seketika."

Mereka berdua pun mencari sesuatu yang seketika bisa meningkatkan kembali semangat Lolita yang barusan sedikit meredup. Ternyata Reno lah penyebabnya.

Iya, dia sedang berdiri tepat di hadapan Lolita dengan jarak hanya beberapa meter saja. Namun dia tidak sendiri, melainkan dengan sosok yang sangat Thalia dan Miya kenali.

"Reno? Kevin?"

Thalia berteriak sangat keras sampai beberapa pengunjung taman memperhatikan. Karena merasa sedikit mengganggu, Thalia tersenyum sambil menunduk seolah menegaskan dia mengucapkan kata maaf.

Dua orang yang tadi di panggil Thalia sekarang sudah berada tepat di hadapan mereka. Lolita berhadapan dengan Reno, sedangkan Miya dan Thalia berhadapan dengan Kevin.

"Akhirnya kita ketemu disini juga. Kangen nggak sama gue?"

Itu Kevin, dia membuka percakapan sambil menatap Miya genit dan dibalas kerlingan mata oleh Miya. Thalia yang melihatnya pun cekikikan, merasa lucu dengan interaksi keduanya.

"Nih Mi, Kevin. Si cowok bermata empat yang sekarang sudah jadi dua, partner berantem lo," godaan Thalia membuat Miya makin jengah. Kenapa hidup dia dikelilingi oleh banyak laki-laki yang sedikit berbeda.

"Ngapain lo disini? Bukannya Lo di Surabaya?" tanya Miya yang akhirnya buka suara.

"Alhamdulillah, akhirnya lo ngomong juga, gue kira lo gugup karena ketemu gue lagi," ujar Kevin.

"Ish." Miya jengah, pagi-pagi udah ada aja yang buat tensi darah naik.

Beralih ke sisi lain, Lolita dan Reno sama-sama tidak ada yang bersuara. Reno masih berdiri sambil melihat sekeliling Gelora dengan gaya coolnya, sedangkan Lolita di hadapannya harus tetap menjaga image nya di depan sang pujaan hati.

"Kev, Lo kenal Miya sama Thalia juga?" tanya Reno tiba-tiba.

"Sahabat gue waktu SMP mereka mah," jawab Kevin santai.

"Ogah gue sahabatan sama lo, lo nya aja yang ngaku-ngaku sahabat gue karena gue sahabat Thalia." Miya protes atas ucapan yang keluar dari mulut Kevin itu.

"Ish jangan judes judes dong neng. Cantiknya ilang loh, senyum lah." Terus saja Kevin menggoda Miya sampai ekspresi perempuan itu berubah lebih ketus lagi.

"Apaan sih Kev, najong ih," kesal Miya.

Melihat kedua teman dekatnya yang dulu sering bertengkar ternyata sudah lama tidak bertemu pun saat bertemu kembali tetap saja bertengkar. Kadang Thalia berfikir apa tidak bosen mereka terus saja bertengkar untuk masalah hal sekecil pun.

Beralih dari mereka berdua, sebenarnya Thalia sedari tadi Penasaran mengapa Kevin dan Reno terlihat begitu dekat seolah sudah mengenal lama, akhirnya Thalia bertanya. "Btw, kok kalian bisa jalan berdua. Kalian berdua itu deket atau gimana?"

"Kita sepupu." Jawaban spontan yang keluar dari mulut Reno lantas membuat Thalia terkejut.

"What? Nggak salah?"

"Kenapa lo? Kaget?" tanya Kevin.

"Parah lo Kev nggak ngasih tau gue." Tatapan Thalia menghunus tepat di retina mata milik Kevin. Bukannya gugup atau apa, Kevin yang di tatap begitu oleh Thalia malah acuh tak acuh dan membalas ucapan Thalia begitu santai.

"Lah gue mana tau kalau kalian deket sama Reno."

"Sebenarnya gue juga kenal Reno karena dia temen sekelas kita pas kelas XII dan sekaligus sahabat pacar gue." Thalia menjelaskan bagaimana dia bisa kenal dengan Reno tanpa ada yang menyuruhnya, bahkan tatapan menusuk yang tadi dilayangkan kepada Kevin pun sudah dia ubah menjadi normal kembali.

"Oh begitu toh. Nah sekarang kalian udah tau kan kalau kita sepupu." Kevin merespon cerita singkat Thalia barusan sambil menganggukkan kepalanya.

"Iya tau kan tadi Reno bilang sendiri," kata Thalia santai.

"Oke." Jeda singkat Kevin kembali bersuara " Eh,Kalau gitu minta nomor WhatsApp Lo dong Mi?" Pertanyaan itu sontak membuat Miya yang sedang melihat sekeliling sedikit terkejut.

"Lah apa hubungannya sama itu?" Miya mengangkat sebelah alisnya, memandang Kevin dengan wajah juteknya.

"Buat silaturahmi lah," goda Kevin dengan mengedipkan sebelah matanya yang di balas Miya dengan mengerlingkan matanya.

"Awalnya ngebahas apa, akhirnya jadi bahas apa. Nggak nyambung." Akhirnya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Miya. Jangan lupakan nada juteknya. Miya pun sempat bingung, entah mengapa setiap keberadaan Kevin bisa dia lihat secara langsung, moodnya seketika jadi berubah buruk.

"Sensi mulu neng, jangan jutek-jutek lah, nanti cantiknya ilang loh. Nggak akan ada yang suka nantinya. Tapi, eh Abang Kevin bakalan tetap suka kok meskipun neng Miya galak." Kalimat Kevin itu membuat Thalia harus menahan tawanya agar tidak menyembur keluar.

Thalia melirik Reno dan Lolita yang sedari tadi masih diam tidak mengeluarkan suara. Biasanya jika Reno bersama Jhonson dan teman yang lainnya dia tidak sependiam ini.

Miya yang terlalu kesal terus mendengarkan ocehan Kevin yang ngelantur, dia mengangkat tangannya dan mencubit perut Kevin sampai Kevin sendiri mengaduh kesakitan.

"Aduh aduh Mi, sakit gila. Iya iya sorry, nggak genit lagi deh gue sumpah. Ternyata galak lo belum ilang juga."

Selesai, Miya tidak akan lagi merespon ucapan Kevin. Berpura-pura tidak mendengarkan mungkin lebih baik.

Karena matahari sudah mulai menampakan diri dan cahayanya semakin terang, Kevin memutuskan untuk melanjutkan kembali olahraga nya dengan Reno.

"Ya udah semuanya gue mau jogging lagi. Tha, nanti gue chat ya." ucap Kevin dan hanya di balas tanda oke oleh Thalia.

"Ayo Ren! Bye semua!" Pamit Kevin pada mereka sambil melambaikan tangannya yang hanya di balas oleh Thalia saja. Miya, bodo amat, dia masih memegang ucapannya tadi. Lolita, seperti patung di antara mereka.

"Duluan ya." Akhirnya Reno bersuara kembali setelah beberapa saat hanya diam.

Bahkan suara Reno pun tidak membuat Lolita bergerak sedikit pun. Selepas Kevin dan Reno pergi, Thalia dan Miya mencoba menyadarkan Lolita.

"Lol? Loli? Lolita?" Percobaan pertama mereka menggoyang-goyangkan badan Lolita sambil terus memanggilnya. Berhasil, Lolita langsung mengerjapkan matanya dan melirik ke arah mereka berdua.

"Hah? Iya apa?" Respon singkat Lolita.

"Ya ampun lo dari tadi diem aja gitu matung depan Reno? Nggak gerak sama sekali? Nggak ngomong sama sekali? Jaga image loh keparahan ini," cerocos Thalia panjang lebar.

Jika Reno bisa bersuara walau hanya beberapa suku kata, justru Lolita tidak mengeluarkan sedikit pun suara. Jangankan satu kalimat, sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya. Bahkan dia seperti hanya patung yang berada di antara mereka.

"Emm, tadi gugup gue." Kalimat itu menjadi alasan keterdiaman Lolita tadi.

"Udah ah. Kalau gini terus kapan larinya, udah hampir mau setengah tujuh ini," ucap Thalia kesal.

"Ya udah iya ayo," kata Lolita.

"Tiga puteran aja, udah siang ini," Miya berpendapat begitu, pasalnya pekerjaan rumahnya sedang menunggunya.

"Lolita jadinya tiga puteran, berarti lo harus selesaikan semua puteran nya," kata Thalia tegas bak komandan yang sedang menyuruh prajuritnya berlatih.

"Siap lah, gue kuat selama mas Reno masih ada dalam pandangan," kata Lolita santai. Memang benar, Reno masih berada di kawasan Gelora yang sudah mulai ramai ini, bahkan di kejauhan pun Lolita masih bisa menjangkau keberadaan Reno.

"Ck, lebay" sahut Thalia dan Miya bersamaan.

Jogging di mulai, Miya dan Thalia berjalan beriringan sedangkan Lolita tertinggal di belakangnya. Tidak terasa mereka sudah berputar mengelilingi Gelora bung Karno sebanyak dua kali. Miya dan Thalia yang masih kelihatan bersemangat berbanding terbalik dengan Lolita yang mulai kelelahan.

"Gue nyerah deh. Capek sumpah," ucap Lolita sambil mengatur pernafasan nya yang mulai tidak teratur.

"Baru aja dua," komentar Miya.

"Nggak kuat sumpah." Nyerah, Miya beneran nyerah.

"Mas Reno masih ada loh," goda Thalia sambil melirik Reno dan Kevin yang ternyata berada tepat di depan mereka walaupun berjarak sangat jauh.

"Bodo amat lah, nyerah gue pokoknya."

Kali ini Lolita tidak memperdulikan itu, dia memang sangat lelah. Jarang berolahraga, membuatnya terlalu mudah kelelahan karena kurangnya aktifitas yang di kerjakan. Semua pekerjaan rumah, asisten rumah tangganya yang mengaturnya.

Tiba-tiba Thalia ingin kembali menggoda Lolita. "Oh jadi ngejar bang Reno nya udah lelah nih."

Mendengar kalimat itu, Lolita langsung menolak persepsi yang Thalia lontarkan. "Ish bukan itu, kalau itu sih gue masih semangat 45."

"Dasar bucin." Kompak Thalia dan Miya mengucapkan kalimat itu tepat dihadapan Lolita langsung.

"Bodo amat ye, suka-suka gue lah," teriak Lolita. Akhirnya dia pun memilih menepi dan duduk daripada menyusul Thalia dan Miya yang sudah sangat jauh di depan.

*****

Gimana? Bosen nggak? Nggak kan? Wkwk

Maaf ya part ini saya banyakin percakapan nya, habis gemes aja gitu ngeliat interaksi Miya sama Kevin, hehe.

Penasaran nggak selanjutnya gimana? Penasaran aja dong ya, biar penulis makin semangat ngelanjutin ceritanya, wkwk.

Biar lebih semangat lagi, vote dan komentarnya dong 😁

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

488K 53.2K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 115K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...