Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 15

324 25 0
By AnyaNurand28

Jangan terlalu berharap lebih pada suatu hal karena akhirnya harapan yang berlebih itu justru lebih menyakitkan jika tidak sesuai ekspektasi.

Malam Minggu telah tiba, kebanyakan remaja biasanya keluar bersama sang kekasih untuk menikmati indahnya suasana di malam hari.

Seperti saat ini contohnya, Thalia yang sudah senang kelewat batas karena tiba-tiba mendapat telepon dari Jhonson yang mengajaknya mengunjungi pasar malam, seketika harus menahan kekesalan karena kencan pertama mereka di malam hari tidak seperti yang dia bayangkan.

Apa tidak bisa Jhonson sekali saja lepas dari tatapan nya ke ponsel dan bersikap biasa ketika mereka sedang berdua layaknya remaja yang sedang berpacaran.

Lihat saja, betapa hebatnya dia bisa berjalan tanpa tersandung ataupun menabrak seseorang di sekitarnya. Padahal matanya sedang fokus menatap layar ponsel dengan sangat serius.

"Jho, sebenarnya kita kesini itu mau ngapain sih?"

"Ya jalan-jalan lah."

"Beneran Jalan-jalan apa mau nyari tempat baru buat main game?"

"Sekalian aja, gue kesel tadi pas lagi main tiba-tiba kalah, padahal sebentar lagi gue rusak benteng mereka."

"Kalau gitu bisa nggak mainnya nggak usah sambil jalan gini, malu tau dilihatin banyak orang."

Memang betul, sejak dari tadi mereka banyak mendapat tatapan yang Thalia sendiri pun tak bisa mengartikan nya. Apa karena melihat Jhonson yang berjalan sambil menatap layar ponsel atau menatapi Thalia yang berjalan bersisian dengannya?

Namun ucapan Thalia ternyata tidak berpengaruh bagi seorang Jhonson, dia terus saja menatap layar ponsel yang seolah jika satu detik dia berpaling maka ponsel itu akan hilang.

Kesal kembali di cuekin oleh Jhonson, Thalia memilih membuka ponselnya juga. Bukan ingin bermain permainan seperti Jhonson, jujur Thalia tidak ahli bermain sambil berjalan seperti itu. Dia hanya mengecek apa ada chat dari teman-temannya.

Ketika sedang sibuk memperhatikan layar, tiba-tiba bahunya berbenturan dengan seseorang yang membuat Thalia berhenti dan langsung memalingkan wajahnya untuk melihat seseorang itu dan ternyata dia.

"Kevin?"

"Eh Thalia?"

"Lo beneran Kevin si mata empat sahabat gue waktu SMP itu kan?"

"Lo beneran Thalia si jomblo galak gue itu kan?"

"Anjir, ini beneran Lo. Sumpah gue nggak nyangka ketemu disini. Eh sorry ya sekarang gue udah nggak jomblo lagi."

"Wkwk, seriusan? Emang ada yang mau sama lo yang galak ini?"

"Enak aja, gini-gini juga gue itu banyak yang naksir tau. Buktinya dulu juga lo naksir gue kan?"

"Gile lo masih inget aja, tapi gue agak nyesel dulu naksir sama lo."

"Wah sialan emang lo ya, berani-beraninya ngomong gitu."

"Gue nyesel kenapa harus suka sama lo dulu bukannya Miya. Eh."

"What? Lo masih suka sama Miya, sampe sekarang? Luar biasa mas bro."

"Iya nih, susah move on gue sis."

Mereka tertawa menertawakan obrolan mereka sambil melepas rindu yang sudah lama terpendam. Bercerita sambil berjalan ternyata menguras sedikit tenaga. Alhasil mereka mampir ke stand penjual minuman dan memesan dua jus mangga kesukaan mereka.

"Tha, lo udah move on emang?"

"Pertanyaan macam apa itu?"

"Iya kan gue nanya doang."

"Lo harus tahu kalau sebenarnya itu gue ....."

"Kenapa lo?"

"Gue ..... Belum sepenuhnya move on."

"Gile, gue kira Lo udah sepenuhnya."

"Lo kira move on itu gampang apa."

"Hahahaha, iya gue tau dan gue merasakan kok. Tapi kayaknya lo emang sayang deh sama pacar lo itu."

"So tau lo ah."

"Lo nggak ingat kalau gue cenayang?"

"Hahaha, masih ngerasa aja kalau Lo cenayang."

Obrolan mereka terhenti oleh penjual yang memberikan pesanan mereka.

"Mbak, mas. Ini jus mangga nya."

"Ah iya, jadi berapa pak?" tanya Kevin.

"Tiga puluh ribu aja."

Kevin merogoh saku celananya dan memberikan uang pecahan lima puluh ribu kepada bapak penjual. "Ini pak uangnya."

Dengan cepat bapak itu memberikan kembalian kepada Kevin. "Ini mas kembaliannya. Terima kasih sudah mampir."

"Iya pak. Terima kasih kembali."

Mereka pun meninggalkan stand penjual dan kembali bergabung bersama pejalan kaki lainnya. Karena terlalu asyik mengobrol Thalia bahkan tidak menyadari ponsel yang disimpan di Sling bag nya terus saja bergetar dan berbunyi mengeluarkan nada suaranya.

"Tha? Hp Lo bunyi tuh," ucap Kevin memberi tahu.

"Oh iya? Gue nggak kerasa. Bentar gue gue cek dulu."

Karena takut mengganggu pejalan kaki yang lain bila berhenti mendadak seperti awal pertemuan mereka tadi, Thalia memilih menepi sebentar untuk mengecek ponselnya. Kevin pun mengikuti Thalia untuk menepi.

Setelah mengecek isi ponselnya, Thalia terkejut dengan jumlah chat dan panggilan tak terjawab yang begitu banyak, terlebih nama  Jhonson William dengan emoticon love terpampang jelas di layar ponsel. Melihat perubahan raut wajah Thalia, Kevin langsung bertanya.

"Tha, kenapa lo?"

"Ya ampun gue lupa kalau tadi gue kesini sama Jhonson."

"Jhonson siapa? Pacar lo?"

"Iya. Tadi gue sempet kesel sama dia karena keasyikan main game sambil jalan dan nyuekin gue. Pas ada yang nabrak gue dan ternyata itu lo, rasa kesel itu hilang dan gue bahkan langsung lupa kalau gue datang sama pacar gue."

"Wah wah parah lo Tha, pacar sendiri aja lo lupain."

"Gara-gara lo ini."

"Kok gara-gara gue sih Tha?"

"Pokoknya ikut gue nanti kita jelasin sama dia, oke."

"Bener kan dugaan gue kalau lo itu emang sayang sama pacar lo."

"Apaan sih lo, mulai nih cenayang-cenayang lagi."

"Ini buktinya."

"Udah ah jangan banyak omong, ikut gue sekarang."

"Kemana?"

"Ke laut, mau ceburin lo biar dimakan paus."

Menyalip para pejalan kaki di situasi yang ramai ini tidaklah mudah, berulang kali mereka harus sabar agar tidak menjadi pusat perhatian karena berjalan terburu-buru. Tahu kan bagaimana reaksi mereka jika ada hal yang menganggu kenyamanan pengunjung pasar malam yang lainnya.

Kevin yang sedari tadi terus ditarik-tarik oleh Thalia terus saja mengumpat, karena cekalan lengan Thalia itu cukup keras. Membuatnya sedikit kesakitan, di tambah lagi jalan dia yang misuh-misuh nggak jelas.

"Tha, bisa pelan-pelan nggak sih jalannya? Tangan gue di pegang nya nggak usah keras banget, sakit ini. Gue bukan anak kecil yang bakalan ilang kalau nggak di pegangin."

"Berisik. Nih gue longgarin."

"Ish, ini sebenarnya kita mau kemana sih?"

"Ke ujung  pasar malam yang banyak permainan nya itu loh, tadi Jhonson ngechat dia nunggu di deket bianglala itu."

"Iya, oke oke.".

*****

Sudah hampir lima belas menit Jhonson menunggu dan dia belum juga menemukan tanda bahwa Thalia akan segera datang. Karena terlalu asyik bermain, Jhonson sampai tidak menyadari bahwa Thalia sudah tidak berada di sampingnya lagi.

Sempat lirik sana-sini dan ujung-ujungnya Thalia tidak di temukan. Niat ingin menikmati suasana pasar malam berdua dengan Thalia malah berujung sendiri-sendiri begini.

"Kenapa tadi gue mau aja coba di ajak mabar sama Bimo Darrel. Gara-gara dua curut itu kan Thalia jadi nggak ada. Gue juga lagi yang tidak tahu waktu dan kondisi."

Bingung sendiri, Jhonson pun mencoba kembali menghubungi Thalia namun hasilnya lebih parah dari yang tadi. Jika tadi masih bisa tersambung, kali ini nomor Thalia tidak aktif.

"Ya Gusti, ini anak gadis orang pake ngilang segala. Mati gue kalau ditanyain sama kakak-kakaknya, apalagi kak Tristan. Coba nyokapnya juga ada di rumah lagi. Bisa-bisa di tuntut gue ini."

Jhonson merasa bersalah karena sedari awal dia sudah mencueki Thalia hanya demi game.

"Ya gimana lagi kalau gue udah suka." Jhonson bermonolog sendiri sembari melihat ke atas langit.

"Gue tuh mau naik bianglala ini sama Thalia. Berdua gitu biar romantis, jarang kan gue berduaan sama dia gini, cuman di mobil doang itu juga kadang," kembali dia bermonolog.

"Cari jangan ya? Kalau dicari nanti dia datang kesini gimana? Kan tadi udah gue bilangin ditunggu disini, gue lihat juga chatnya udah dibaca." Jhonson dilanda kebingungan, apakah dia harus mencari apa berdiam diri?

"Ah pusing gue. Nunggu aja deh sebentar lagi," ucap Jhonson pada dirinya sendiri.

Bianglala yang berputar-putar seolah mengajak Jhonson untuk segera menaiki wahana itu, apalagi dengan hiasan lampu yang indah dan dimalam yang dihiasi langit bertabur bintang.

"Thalia?" ucap Jhonson sendiri.

"Jho Jho?"

"Thalia?"

"Jhonson?"

"Eh, kok gue ngerasa ada Thalia ya? Gue ngerasa Thalia nyaut waktu tadi gue panggil."

Menengok ke kanan dan kiri. Nihil. Berbalik ke belakang. Tidak ada.

"Perasaan gue aja kali."

Jhonson pun kembali menengadahkan kepalanya ke atas untuk menikmati indahnya langit malam sambil menunggu Thalia yang tak kunjung datang.

"Sorry."

Lamunan Jhonson buyar ketika ada seorang remaja seusianya berdiri dan menatapnya.

"Iya, ada apa?"

"Itu, kayaknya cewek yang di belakang lo ngelihatin lo terus deh."

"Cewek?"

"Iya, coba lo nengok dulu ke belakang."

Cewek yang cowok tadi maksud, terkekeh di belakang melihat aksinya yang sungguh di luar dugaan. Ide yang keluar dari otak pemuda itu membuat si cewek awalnya tak setuju sampai akhirnya setalah dijelaskan lebih detail, cewek itu pun menyetujuinya dan beginilah hasilnya .

Jhonson pun menuruti ucapan cowok itu dan setelah dia berbalik, yang dia lihat adalah seorang gadis dengan senyum manis yang sedang menatapnya lurus.

"Thalia?"

"Iya Jhonson?"

"Ya ampun, lo kemana aja dari tadi?" tanya Jhonson sambil berjalan mendekati Thalia.

"Gue tadi main sebentar, habisnya Lo nyuekin sih."

"Lo main sama siapa Tha? Lo kan kesini sama gue, gue nggak lihat temen-temen lo juga disini."

"Ada kok temen gue disini, dari tadi gue main sama dia. Sorry, sampai gue nggak ingat kalau lagi sama lo. Makanya tadi pas lihat telepon sama chat lo yang banyak gue langsung nyamperin kesini takut lo marah."

"Udah lah, gue juga minta maaf. Gue kira lo yang marah. Tapi temen lo itu siapa?"

"Itu loh yang tadi ngobrol sama lo."

"Ngobrol sama gue?"

"Iya yang cowok barusan."

"Maksud lo," Jhonson kembali berbalik untuk melihat apakah cowok itu masih ada atau tidak. Ternyata dia sedang memperhatikan mereka berdua. "Dia, dia temen yang lo maksud?" tunjuk Jhonson ke arah Rafael.

"Hehehe. Hallo bro," sapa Kevin sambil cekikikan.

Setelah mengetahui bahwa cowok yang barusan mengobrol dengannya adalah teman kekasihnya, Jhonson langsung menghampirinya dan menepuk pundak cowok itu lalu mengucapkan terimakasih.

"Thanks ya udah jagain cewek gue."

"Nggak masalah. Thanks juga udah ngasih gue waktu buat melepas rindu."

"By the way, sejak kapan lo temenan sama cewek gue?"

"Dari SMP, dia sahabat gue."

"Sahabat?"

"Iya kenapa?"

"Lo pernah suka sama cewek gue?"

"Maksud lo?"

"Ya kan biasanya cowok sama cewek kalau sahabatan itu salah satu dari mereka pasti ada yang suka."

"Oh itu. Iya gue pernah suka sama cewek lo, tapi tenang sekarang gue udah nggak punya perasaan apa-apa kok sama Thalia."

"Seriusan?"

"Dua rius malah."

"Oke."

Kembali dan kembali. Thalia di cuekin lagi. Menyebalkan.

"Hello, permisi" ucap Thalia sambil berjalan mendekati mereka berdua dan berhenti tepat di tengah mereka.

"Kenapa Tha?"

"Kenapa lo?"

Jhonson dan Kevin mengucapkan secara bersamaan dan membuat Thalia melirik mereka berdua.

"Ayo main itu." Thalia menunjuk wahana bianglala yang tadi sangat ingin Jhonson naiki.

Dengan cepat Jhonson menarik tangan Thalia untuk membeli tiket dan langsung menaiki wahana itu. Sedangkan Kevin, dia hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah ke dua remaja itu.

"Woy, kok gue ditinggal?" teriak Kevin sambil berlari ke arah mereka

"Naik aja sendiri, kita mau pacaran dulu," jawab Jhonson dan Thalia secara bersamaan.

Ternyata awal yang tidak menyenangkan berubah menjadi akhir yang membahagiakan.

*****

Jika ada yang menanyakan keberadaan Leon, harap sabar dulu ya karena di part ini kita kenalan dulu dengan Kevin 😁

Jangan lupa tinggalkan jejak teman-teman semua ☺️

-Anya❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
577K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...