01. MARRIED

By Dita_sr

3.2M 132K 14.2K

Di jodohkan dengan seorang CEO muda dan tampan bisa di bilang sempurna untuk segala hal, tapi apakah Yora bis... More

Prolog
Cast
01
02
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

03

58.5K 4.7K 292
By Dita_sr

Yora berlari menuju perpustakaan. Karena Minho sudah menunggunya di sana. sebelumnya, ia dan Minho sudah berjanjian akan bertemu di kampus.

Setibanya di depan pintu perpustakaan, Yora langsung masuk dengan mengatur napasnya dan menatap sekitar untuk mencari keberadaan Minho. Beberapa detik kemudian, Yora menemukan keberadaan Minho yang sedang membaca buku di sudut ruangan. Senyuman tercetak di bibir ranum Yora.

Mendekati Minho, Yora menepuk bahu cowok itu.

"Ehh, udah datang," ucap Minho dengan senyuman.

"Sudah lama nunggunya?" tanya Yora yang tidak enak dengan memilih duduk di sebelah Minho.

"Nggak kok. Baru tiba juga gue," jawab Minho santai. "Gimana hari pertama lo sama suami?" lanjutnya penasaran.

Yora menghela napas panjang dan menyenderkan punggungnya pada badan kursi. "Dingin banget orangnya," jawabnya dengan cemberut.

Minho tertawa kecil. "Sama kaya lo," ceplosnya.

Yora mendengus. "Gue, kan, dingin ke orang yang nggak gue kenal. Tetapi kalau dia beda. Padahal kita sudah menikah, ya, walaupun terpaksa. Setidaknya ngobrol. Ini, boro-boro ngobrol, melirik gue aja nggak," ucapnya bercerita.

Minho kembali tertawa. "Sabar, mungkin dia belum terbiasa ada lo. Gue yakin kok, lama-lama bakal luluh sama lo. Mana ada sih yang nggak jatuh ke pesona lo, ya, walaupun lo dingin orangnya. Tapi lo itu beda dari perempuan kebanyakan," ucap Minho memberi semangat.

Yora tersenyum tipis mendengar ucapan Minho. "Ada kok yang nggak jatuh ke pesona gue," balasnya dengan menatap Minho.

"Siapa?" tanya Minho penasaran. "Lo, Lee Minho" ucapnya dalam hati setelahnya, mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Ada deh, lo nggak bakal kenal" jawab Yora berbohong.

Minho mendesis. "Kebiasaan selalu buat gue penasaran."

Yora kembali tersenyum tipis. "Lo nggak akan kenal. Percuma juga gue kasih tau lo. Dia nggak bakal suka sama gue," balasnya.

"Udah lah, terserah lo aja. Gue nggak bisa menang kalau sudah berdebat sama lo," ucap Minho pasrah.

Yora langsung tersenyum dengan menampilkan gigi putihnya.

Benar kata Minho, Yora sangat pandai berdebat. Walaupun lawan bicaranya juga pandai berdebat, Yora tetap akan menang sampai membuat lawannya tidak dapat berkutik.

"Nanti mau nggak antar gue ke toko buku?" tanya Yora.

"Boleh, tapi suami lo marah nggak?" tanya Minho dengan menaikan alisnya.

"Nggak akan marah. Dia aja masa bodo sama gue," jawab Yora asal.

Minho menghela napas. "Ya, sudah, nanti gue tunggu di lobby kampus. Gue ada kelas nih, duluan," pamit Minho dengan merapihkan buku-bukunya.

Sebelum Minho meninggalkan Yora, Minho mengelus surai hitam Yora dengan lembut. "See you! "

"Hmm," balas Yora dengan melihat punggung Minho yang mulai menjauh darinya.

Jam pulang kampus telah tiba. Yora melangkah lobi seorang diri. Ia sudah janjian dengan Minho untuk ke toko buku.

"Minho," seru Yora dengan menepuk bahu cowok itu.

Minho menoleh. "Sudah selesai?" tanyanya yang menunggu lebih dulu.

"Hmm," jawab Yora dengan menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah yuk jalan," ucap Minho merangkul bahu Yora dan melangkah menuju parkiran.

Tiba di parkiran, Minho memberikan jaket yang digunakannya untuk Yora. "Pakai," serunya.

"Untuk?" tanya Yora bingung.

"Tutupin, itu," jawab Minho dengan naik ke motornya.

"Hah?" Yora masih belum paham.

Minho menghela napas. Ia jadi gemas dengan gadis itu. Dengan cepat, Minho menarik tangan Yora agar mendekatinya dan langsung memakaikan jaket yang sudah berada di tangannya pada pinggang Yora. "Lama mikirnya, keburu sore," ucap Minho gemas.

Ehh?

Mata Yora mengerjap karena perlakuan Minho.

"Buru naik," seru Minho.

Yora mengangguk pelan dan naik ke motor Minho.

"Pegangan, gue mau ngebut. Awannya sudah mendung," kata Minho dengan menarik tangan Yora agar melingkarkan di pinggangnya.

Yora tersentak kaget. "Jangan di lepas ya, nanti jatuh," ucap Minho lagi yang langsung menarik gas motornya kencang.

Selama di perjalanan, Yora terdiam. Minho yang heran karena gadis di belakang diam, melirik dari kaca spion motornya.

"Ra, diam aja?" tanya Minho agak keras karena suara motor Minho yang berisik.

Tapi tidak ada jawaban dari Yora.

"YORA!" Kali ini Minho berteriak.

"Hah?" Yora terkejut.

Minho menghela napas. "Berarti dari tadi gue ngomong lo nggak dengar?" kesalnya.

"Apa Ho, gue nggak dengar lo ngomong apa?!" teriak Yora juga. Masalahnya, Minho membawa motornya sangat kencang apa lagi motor yang digunakan Minho motor sport dengan suara yang menggema.

"Lo kok diem aja dari tadi, kenapa?!" tanya Minho dengan teriak juga.

"Ohh, nggak apa-apa gue," jawab Yora yang sedikit mendekatkan tubuhnya pada Minho. "Minho, bicaranya nanti aja, ya. Suara lo nggak kedengaran!" pintanya.

Minho mengangguk mengerti
Tidak membutuhkan waktu lama. Mereka tiba di toko buku.

Yora turun dari motor Minho dan memberikan jaket yang sempat di pakainya. Mereka mulai melangkah memasuki toko buku.

"Yora, gue ke sana ya," ucap Minho menunjukan ke rak buku lainnya.

"Ya sudah nanti kalau bukunya sudah dapat gue ke tempat lo deh," balas Yora.

"Hmm," balas Minho dengan anggukan.

Yora mulai mencari buku di rak buku yang berbeda dengan Minho.

"Eum, mana sih. Masa nggak ada?" gumam Yora dengan meneliti buku yang di carinya.

"Iya sayang, Aku lagi cari buku. Dikit lagi nih, tunggu ya."

Bruk!

"Aduh!" Ringis Yora saat seseorang tiba-tiba saja menabraknya sampai Yora jatuh terduduk.

"Lo kalau jalan lihat-lihat dong! Buku gue jadi jatuh berantakan!"

Yora langsung berdiri dan mengambil bukunya yang sempat terjatuh juga. "Harusnya lo yang hati-hati, kalau lagi telponan jangan sambil jalan. Jadi nggak sadar ada orang di depannya!" serunya marah.

"Sudah jelas-jelas lo yang salah!"

Yora tertawa meremehkan. Mending lo ngaca deh, gue lagi diam dan lo yang lagi jalan jadi siapa yang salah? Apa perlu gue kasih lihat kamera pengawas? Supaya jelas, siapa yang salah di sini?" ucap Yora yang sudah mulai emosi.

"Males gue berantem sama orang kaya lo. Minggir!"serunya dengan mendorong tubuh Yora agar menyingkir dari hadapannya.

Yora memutar bola mata malas.

"Udah salah nggak mau minta maaf lagi" gumam Yora sinis.

"Yora!" kejut Minho membuat Yora tersentak.

"Ish! lo mah kebiasaan muncul tiba-tiba. Untung gue nggak punya penyakit jantung!" seru Yora kesal.

Minho hanya tertawa. Menurutnya, Yora sangat lucu saat marah-marah.

"Lo nggak bakal bisa marah, wajah lo lucu soalnya kalau marah. Yang ada malah gemesin," ucap Minho dengan mencubit pipi Yora gemas.

Yora berdecak. "Minho! Sakit pipi gue!" kesalnya.

"Utuu...utuu...ada yang lagi ngambek nih," Minho mengejek dengan tertawa kecil.

Yora mendesis. "Tau ahh, kesel gue!" serunya dan meninggalkan Minho yang masih tertawa.

"Kok gue ditinggal sih," ucap Minho yang mengejar Yora menuju meja kasir.

Yora memilih tidak merespon. Ia masih kesal dengan Minho terlebih dengan orang yang menabraknya. Membuat mood nya menjadi buruk.

"Yahh ngambek beneran nih?" tanya Minho dengan mencolek bahu Yora.

Yora masih diam dan menunggu gilirannya untuk membayar buku. Berbeda dengan Minho yang berusaha meluluhkan hati Yora. Mulai dari mencolek pipi Yora dengan jari telunjuknya, memainkan rambutnya, menarik pelan lengan bajunya sampai Yora risih karena menjadi pusat perhatian.

"Minho bisa diem nggak! Lihat tuh jadi diliatin orang banyak," bisik Yora malu.

"Biarin aja, lagi lo nggak mau maafin gue," seru Minho dengan nada lucu.

Yora memejamkan mata sejenak. Berusaha untuk tidak mencubit Minho kalau sudah manja.

Berdecak. "Iyaa! Gue maafin lo, sekarang diem di sana. Gue bayar buku dulu!" seru Yora tegas mendorong bahu Minho untuk menyingkir darinya.

Minho yang sudah dimaafkan Yora tersenyum dan menurut apa yang gadis itu perintah.

Setelah beberapa menit, akhirnya Yora sudah selesai membayar bukunya.

"Minho, ayuk pulang," ajak Yora mendekati keberadaan cowok itu.

Minho mengangguk. "Langsung pulang? Atau mau makan dulu?" tanyanya kembali merangkul bahu Yora.

"Nggak deh, takut kak Hyunjin pulang. Nanti dia makan apa," jawab Yora.

Minho tersenyum mendengar jawaban Yora. "Sahabat gue mencoba jadi istri yang berbakti, ya?"

Yora memutar bola mata malas. "Kewajiban," tekannya.

Minho mengangguk saja. "Ya sudah, kita langsung pulang."

Vote, share and comments
Thanks

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.4M 127K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
318K 10.8K 25
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...