Tales Of The Universe

By nctales

4K 585 171

come and sail your ship. ⛵ copyright © 2019 by NCTALES More

Jaeyong - 미안해
nohyuck ― tiga pagi
jaehyuck -Sweet seventeen
markhyuck ― pilu membiru

Nomin ㅡ D-One

501 93 21
By nctales

Title: D-One
Pair: Jeno Lee × Na Jaemin
Length: 2k+ words
Genre: fluffy💚

by: -sweetoxic

[ Happy 📖 Reading ]

Jeno bukan hanya seorang kapten basket, tapi ia juga kapten di hati semua orang. Bagaimana tidak? Tampan, baik hati, ramah, dan satu hal yang paling luar biasa dari Lee Jeno, sekali dia tersenyum ke arahmu atau mengerling secara tidak sengaja, maka saat itu juga hatimu hanya akan tertuju padanya.

Tapi sekalipun baik hati Jeno punya seorang sahabat yang bisa dibilang benci dengannya. Perkenalkan, namanya Na Jaemin.

Jaemin bukan orang yang baik hati seperti Jeno. Bukan orang yang mudah membuat seseorang baper padanya karena dia sendiri tidak suka jika ada orang yang menyukai. Dia tidak butuh seseorang yang menyukainya.

Tukk

Jaemin melemparkan kaleng cola yang sebelumnya sudah habis ia minum ke arah Jeno. Dengan pandangan bingung Jeno menoleh ke sekitarnya. Sebuah suara tawa yang sudah sangat Jeno hapal membuatnya mencari sumber suara.

"Nana, 'kan aku sudah bilang jangan gangguin aku kalo lagi latihan basket."

Jaemin masih tertawa seraya merangkul pundak Jeno yang memegang bola basket, "Apa banget sih pake aku-kamu, Jen. Lagian latihannya udah kelarkan?" tanya Jaemin sembari mengirim tatapan bertanya ke seluruh anggota basket. Mau tidak mau semuanya otomatis mengangguk cepat saat mendengar pertanyaan Jaemin yang sebenarnya lebih seperti suruhan.

"Tuh 'kan udah selesai, jangan bohong deh sama gue, Jen." Jeno hanya terkekeh seraya mengusak rambut Jaemin yang dengan mudahnya membuat seluruh anggota basket tunduk. "Katanya lo mau nemenin gue jalan, Jen? Ayo ayo ayo~!" Jaemin sudah menarik-narik Jeno dengan lengan yang masih merangkul Jeno.

"Eh, iya iya," ucap Jeno yang merasa lehernya tercekik. Ini kalau tidak cepat di-iya-kan bisa berabe hidup Jeno. "Lo emang gak latihan band hari ini, Na?" Jaemin menggeleng pelan.

Hari ini Jaemin memang sebenarnya ada jadwal untuk latihan band, tapi tadi ia meminta kepada anggota band-nya yang lain untuk memercepat latihan. Dan yah tentu saja disetujui anggota lainnya.

Jeno mengambil tasnya yang berisi buku dan seragam sekolahnya lalu berjalan ke arah Jaemin yang sedak sibuk mengobrol dengan salah satu anggota basket juga. Sebuah senyuman tipis tampak di wajah Jeno. Lengannya merangkul Jaemin yang tampaknya sedang sibuk bercanda habis-habisan.

"Ayo, Na!" ajak Jeno yang membuat senyuman sumringah tampak di wajah Jaemin. "Gue duluan ya, guys!"

"Yo! Hati-hati jagain sepupu gue, Jen!" teriak Haechan, salah satu anak basket yang juga sahabat Jeno.

Kalau kalian bertanya apakah Jaemin tidak jijik pada keringat Jeno karena lelaki itu baru saja selesai latihan basket, maka jawabannya adalah tidak. Semua itu karena Jaemin sudah hapal jelas bau keringat Jeno, jadi dia tidak begitu memedulikan bau keringat Jeno ataupun merasa jijik. Semua itu juga karena Jaemin seringkali meminjam jaket Jeno, oleh karena itu ia hapal dengan aroma khas Jeno.

Sebelum pergi ke tempat yang ingin didatangi oleh Jaemin pertama-tama Jeno mengajak Jaemin untuk mampir ke kamar mandi dulu. Itu semua karena Jeno tidak mau menahan malu memakai baju basket ketekan ke pusat pembelanjaan. Gila aja, mending dia pakai seragam daripada harus memakai seragam basket dan menjadi pusat perhatian.

"Udah belom, Jen?" tanya Jaemin yang menunggu Jeno di luar kamar mandi.

Lama-lama Jaemin bete juga karena Jeno yang kelamaan ganti baju. Padahal tinggal lepas baju terus dipasang lagi, apa susahnya coba?

Terdengar suara pintu terbuka. Jaemin pun menghembuskan napas lega bersamaan dengan terdengarnya suara pintu tersebut. Capek tahu gak sih Jaemin nungguin Jeno di luar kamar mandi kayak ikan kering!

"Lagian lo mau beli apa sih, Na?" tanya Jeno.

Mereka berdua berjalan beriringan di koridor yang sepi. Siapa juga yang masih di sekolah di saat seperti ini? Paling banter hanya anak basket yang baru selesai latihan juga.

"Gue mau beli buku buat tugas bahasa besok sama novel buat bacaan di rumah."

"Beliin gue juga dong," pinta Jeno tiba-tiba.

Jaemin menolehkan kepalanya bingung ke arah Jeno, "Beliin apaan?"

"Novellah."

Jaemin tertawa mendengar jawaban dari Jeno. Merasa tersinggung karena Jaemin bukannya menjawab malah tertawa Jeno memasang wajah kesal. Jaemin yang sadar dengan hal itu menyikut pinggang Jeno agar tidak cemberut lagi.

"Lagian ya, Jen, sejak kapan dah lo suka baca novel? Liat peta aja lo ngantuk, gimana kalo novel coba?"

Jeno menarik napas panjang, "Ya kali aja gue jadi suka karena lo juga suka, Na."

"Lo kira buat suka sama sesuatu tuh segampang itu? Kalo gue suka belum tentu lo juga suka. Sama kayak lo suka basket tapi gue gak suka."

"Jadi kalo misalnya gue suka sama orang belum tentu dia suka sama gue juga?" Jaemin mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Berarti sama kayak gue suka sama lo tapi belum tentu lo suka sama gue juga?" anggukan Jaemin mendadak berhenti seketika.

"Apaan sih, Jen. Ini nih alesan lo jomblo terus, keseringan godain gue!"

Jeno terkekeh sembari membuka pintu mobil begitupun dengan Jaemin yang langsung duduk di kursi penumpang mobil Jeno. Jaemin mah santuy. Barang Jenokan barangnya dia juga, jadi apapun punya Jeno otomatis punya Jaemin juga.

Keduanya hanya diam di perjalanan menuju pusat perbelanjaan. Semua itu karena Jaemin yang memilih menikmati lagu di radio dan Jeno yang memilih fokus mengendarai mobilnya.

Suasana pusat perbelanjaan sepi. Siapa juga yang ke pusat perbelanjaan sore-sore begini? Apalagi masih mengenakan seragam lengkap. Ya hanya mereka berdua sajalah.

"Ayo ke sana, Jen!" ucap Jaemin dan langsung menarik lengan Jeno ke sebuah toko yang menjual berbagai macam buku. Udah, Jeno mah ngerti entar lagi Jaemin pasti kalap ini.

"Jangan sampai kalap, ya!" peringat Jeno yang diangguki Jaemin.

Sekalipun Jeno sudah mengingatkan berkali-kali sampai berbusa tetap saja Jaemin tidak ada puasnya. Tangannya itu tetap menyentuh buku kesana-kemari. Jeno jadi bingung, apa sih yang bikin candu dari buku? Kok Jeno malah ngantuk ya tiap baca buku?

"Mikirin apa?" tanya Jaemin yang di tangannya penuh dengan setumpuk novel.

"Mikirin kok bisa lo suka novel yang tulisannya seabrek dan gak berwarna kayak gitu. Gue aja baca komik ngantuk, apa kabar kalo novel."

Jaemin menghela napas panjang sembari berjalan beriringan bersama Jeno ke arah kasir. Tumpukan buku itu langsung ditaruh Jaemin di atas meja kasir dan sang kasir dengan cepat menerima buku itu dan meng-scan buku-buku tersebut.

"Gini loh, Jen. Kembali lagi ke kata-kata gue sebelumnya. Gue suka buku, lo suka basket. Gue gak suka basket, lo gak suka buku. Gak semua orang punya interest yang sama. Termasuk soal hobi. Lagian sejak kapan sih lo perhatian sama hal-hal kayak gini?" tanya Jaemin seraya mengeluarkan dompetnya untuk membayar buku-bukunya.

"Gue pengen kita punya satu kesamaan, Na. Paling gak satu aja, makanya gue nanya lo gimana caranya lo bisa suka buku."

Jaemin mengambil belanjaannya dan mengajak Jeno keluar dari toko buku itu. Kening Jaemin mengerut tipis mendengar perkataan Jeno, "Buat apa lo mau punya satu kesamaan sama gue?"

"Entah, kita udah sahabatan lama tapi kok perasaan gue gak nemuin alesan kenapa gue bisa tahan sahabatan sama lo. Kita jelas beda. Gak kayak gue sama Haechan yang emang dasarnya sama-sama anak basket ataupun Mark yang sama-sama famous. Gue bingung, apa yang bikin gue nyaman sama lo?"

Jaemin tersenyum tipis lalu mengajak Jeno ke sebuah tempat bermain. Jeno sedikit bingung sebenarnya atas dasar apa Jaemin mengajaknya ke sana. Namun sedetik kemudian Jeno berpikir mungkin Jaemin ingin menghilangkan beban pikirannya.

"Gue bakal jelasin ke lo sambil main di sini," ucap Jaemin.

Setelahnya anak itu pergi sebentar untuk membeli koin. Jeno yang disuruh menjaga tumpukan buku Jaemin hanya bisa diam sambil menatap ke sekelilingnya. Sedikit bosan rasanya saat dirinya harus ditinggal Jaemin.

"Ayo!" Jaemin menarik lengan Jeno yang membuatnya sedikit terkejut.

Kaki-kaki Jaemin mengarahkan Jeno ke arah sebuah permainan basket. Iya, permainan kesukaan Jeno.

"Yang kalah harus jujur, oke?" Jeno mengangguk asal. "Satu, dua, tiga!" Bola-bola basket menggelinding ke bawah. Jaemin dengan cepat menangkapnya, tapi kalian jelas tidak bisa melawan reflek seorang kapten basket.

"Lo mau tahu alasan lo bisa nyaman sama gue, 'kan?" Jeno mengangguk sembari melirik Jaemin yang masih fokus melemparkan bola dengan senyuman di wajahnya. "Tanya hati lo, Jen!"

Tuk

Tepat saat itu juga bola terakhir yang Jaemin lemparkan masuk ke dalam ring. Tapi dalam hal ini Jaemin sudah jelas kalah. Siapa juga yang bisa mengalahkan seorang kapten basket?

"Pada akhirnya gue kalah juga sih. Tanya gih yang mau lo tanya, Jen," suruh Jaemin. Tangannya ia silangkan di depan dadanya sambil mengangkat-ngangkat dagunya menunggu Jeno mengucapkan sepatah kata.

"Gimana caranya gue bisa tanya ke hati gue?" tanya Jeno ragu. Jaemin menepuk jidatnya lalu terkekeh pelan mendengar pertanyaan Jeno.

"Hahahaha, Jeno, Jeno," di saat seperti ini bukannya Jeno marah dia malah senang. Kenapa? Karena dia senang setiap kali bisa melihat wajah Jaemin ketika tertawa. Manis. Itulah yang ada di pikiran Jeno.

"Gue nanya loh, Na."

"Iya, iya, gue jawab kok." Jaemin menghentikkan tawanya lalu menatap serius ke arah Jeno. "Gini loh Lee Jeno sahabatku tersayang, coba tanya dalam diri lo. Coba tanya kenapa lo bisa nyaman sama gue," Jeno mengikuti perintah Jaemin lalu mengangguk memberikan tanda bahwa dia sudah melakukannya. "Nah, sekarang cari jawabannya, kenapa lo bisa nyaman sama gue." Jeno mengerutkan keningnya lalu menggeleng sebagai tanda bahwa dia tidak menemukan jawabannya.

"Ah, lama," Jaemin mengecup pipi Jeno cepat lalu tersenyum melihat wajah kaget Jeno. Siapa yang tidak kaget saat dicium di depan umum seperti itu? Tapi rasa malu Jeno hilang karena senyuman manis Jaemin.

"Gimana? Udah tahu jawabannya?" tanya Jaemin yang dibalas gelengan oleh Jeno. Lama-lama Jaemin bisa mati gemas karena ketidakpekaan Jeno. Memang ya, Jeno emang ganteng tapi kalo gak peka buat apa!? Ini nih alasan Jaemin benci Jeno pake banget, gak peka!

Pada akhirnya Jaemin menyerah lalu menarik lengan Jeno ke sebuah tempat permainan lain. Kali ini kesukaan Jaemin permainan menari, Jaemin paling jago dalam permainan ini. Kalau soal Jeno, Jaemin sedikit ragu sih Jeno bakal jago main ini walaupun Jaemin belum pernah melihat Jeno memainkannya.

"Peraturannya masih sama, yang kalah harus menjawab pertanyaan yang menang, oke?" Jeno mengangguk menyetujui kemauan Jaemin. Saat itu juga Jaemin memilih sebuah lagu untuk dimainkan.

Awalnya Jaemin memang berpikir Jeno tidak jago, tapi kok lama-lama skor Jeno lebih banyak daripada Jaemin? Sebenarnya kenapa Jeno sampai seberusaha itu untuk menang?

Musik yang dimainkan permainan itu telah berakhir. Keduanya mendapat A, tapi sayang skor Jeno lebih tinggi daripada Jaemin. Sebuah senyuman penuh kemenangan tampak di wajah Jeno yang membuat Jaemin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ya udah buruan tanya. Lagian gue sebenernya sengaja kalah karena gue liat lo ngebet banget mau nanya gue," alih Jaemin yang membuat Jeno menggeleng-gelengkan kepalanya gemas. Benar-benar seorang Jaemin, banyak sekali alasannya.

"Gue nanyanya sambil jalan ke tempat makan aja, gimana?"

Mata Jaemin yang mendengar ajakan Jeno langsung berbinar dan tanpa pikir panjang ia menganggukkan kepalanya. Keduanya berjalan ke sebuah restoran cepat saji yang jaraknya dekat dengan tempat bermain tadi.

Suasana tempat makan itu tidak ramai karena memang siapa juga yang makan di sore hari menjelang malam begini di restoran cepat saji? Paling hanya segelintir orang.

"Nah, lo mau nanya apa, Jen?"

"Kalo gue suka sama lo gak papakan, Na?"

Jaemin mengedipkan matanya berkali-kali mendengar pertanyaan Jeno. Tangannya menunjuk-nunjuk dirinya dengan mengirimkan tatapan penuh tanya.

"Iya, lo, Na Jaemin."

"Entar, gue pesan makan dulu."

Jeno menggelengkan kepalanya. Kenapa juga tadi mereka tidak pesan makan dulu baru ngobrol? Memang manusia kadang suka lupa.

Beberapa menit kemudian datanglah Jaemin dengan beberapa makanan yang sudah ia beli. Jeno mengambil segelas cola yang sudah Jaemin beli dan menyeruputnya santai.

"Tentang pertanyaan lo, gak papalah, Jen. Semua orang berhak suka sama orang lain, termasuk lo. Gue juga suka sama lo kok."

"Kalo gue bukan cuma sekedar suka, gimana?"

"Itu hak lo, Jen."

Jeno mengangguk-nganggukkan kepalanya sembari mencomot sebuah kentang goreng milik Jaemin, "Kalo gitu hak lo, gimana?"

"Hak apaan? Hak sendal?"

"Bukan, Na Jaeminnnn. Hak lo cinta sama orang lain, lo 'kan punya hak itu,"

"Iya, lalu?"

"Lo gunain hak itu buat lo pake ke siapa?"

Jaemin terbatuk mendengar pertanyaan Jeno yang sangat to the point. Dengan cepat Jeno mengarahkan segelas minuman ke arah Jaemin. Kenapa juga Jaemin sampai keselek cuma gara-gara pertanyaan Jeno.

"Sekarang giliran gue yang nanya balik, kalo gue pake hak gue ke lo gimana, Jen?"

Jeno mengerutkan keningnya, "Ya, gak papa."

"Nah, itu lo udah tahu jawabannya."

Kerutan di kening Jeno semakin dalam begitu mendengar jawaban Jaemin, "Hah? Maksud lo gimana, Na?"

"Capek ya ngomong sama lo, Jen." Jaemin mengambil sebuah tisu lalu mengelap bibirnya yang terasa berminyak. "Gue suka sama lo. Gue cinta sama lo. Lo gak nyadar apa gue selama ini jatuh hati sama lo?"

Otak Jeno mendadak berhenti. Ini kenapa jadi Jaemin duluan yang ngungkapin perasaannya? Harusnyakan Jeno duluan!

"Maaf, gue gak sadar lo udah jatuh hati sama gue. Gue emang setidakpekaan itu, Na."

"Iye, gue sadar kok. Lo kira gue udah berapa tahun kenal lo."

"Kok ketus, Na?"

"Gak tau, langitnya gelap!"

Jeno paling tahu nih kalau Jaemin ngambek kayak gini gimana caranya biar jadi manja lagi, "Pulang mau beli martabak atau es krim?"

"Dua-duanyalah!"

Jeno tersenyum mendengar nada ucapan Jaemin yang mulai melunak padanya. Memangnya seberapa lama Jeno dekat dengan Jaemin?

"Kalo gitu mau gak terima Jeno jadi pacarnya Jaemin?"

"Apa sih!" ucap Jaemin dengan nada sebal. Sebenarnya lebih ke arah malu sih. Iyalah, Jaemin udah nunggu ucapan itu selama 10 purnama, gila aja gak deg-degan.

"Ih, malu-malu, ya? Gemes, deh."

"Jeno jangan mulai, ya! Aku laporin ke Haechan nanti!"

Buset, kalo Jaemin udah bawa-bawa sepupu galaknya itu mending Jeno mundur, deh. Serem, kayak maung.

"Iya, deh. Mau pulang, gak?"

"Es krim dulu~"

"Iya, iya," Jeno menganggukkan kepalanya lalu membereskan makanan serta minuman mereka. Jaemin pun langsung bangun dari kursinya dan berdiri di sebelah Jeno dan menggandeng tangan Jeno.

"Tapi jangan bilang Haechan ya aku jajan es krim?" Jeno mengangguk lagi. Mana bisa Jeno nolak kalau Jaemin mintanya pakai muka lucu gitu. Minta dunia pun Jeno kasih, deh. Iya, Jaemin itu segalanya bagi Jeno.

"Oh ya, Jen," Jeno menoleh ke arah Jaemin. "Lain kali kalo sama orang lain jangan terlalu baik, kasian nanti mereka kayak kamu kasih harapan." Jeno mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Dan yang pasti aku cemburu liat kamu kayak gitu!" Jeno terkekeh pelan lalu mengusap rambut Jaemin pelan.

Jaemin itu teman, sahabat, musuh, dan kekasih Jeno. Dia siap jadi apa aja demi Jeno. Dan terima kasih kepada Jaemin karena sudah menyadarkan sifat tidak peka seorang Lee Jeno, kapten basket yang terlalu baik ke semua orang!

end

misi, ini ff nonbaku dari karis. kalo gak sesuai sama fluff yang kalian biasa baca mohon maaf ya, puasa-puasa bikin fluff bikin pusink pake k :(

oh ya, dukung terus ff nctales yak! jangan lupa baca ff-ff selanjutnya💚 luv u!

bye😙💚

Continue Reading

You'll Also Like

41.3K 698 13
One shot!
209K 578 6
bikin basah💧 Isinya colmek ngewe jilmek semua🔞🔞🔞🔞🔞🔞 siap siapin tisu aja yahh Bocil di larang masuk 🔞 ada fotho and video nya juga ya
114K 4.5K 20
"siapa namamu?" "o-oline kakk"
78.7K 290 11
masih lanjutan dari oneshoot yang di hapus lagi dan lagi 😌 Karina X All Mature content 🔞🔞🔞