Dua minggu berlalu dengan pantas . Sudah memasuki tahun baru . Tahun yang akhirnya menjadi ketenangan yang nyata bagi mereka .
Pandangannya dilempar jauh .
Asyik dia memerhati gelagat manusia yang semakin beransur pulang dari tanah perkuburan itu .
Tiba-tiba bahunya disentuh seseorang .
" Kau taknak balik ke Faisal ? " soal Ammar yang juga sudah mahu pulang dari pengebumian ibunya .
Faisal tersenyum kecil .
" Kau balik lah dulu . Aku nak lawat seseorang ," ucapnya .
Ammar sekadar menghormati lalu turut bergerak pergi .
Kini dia sendiri .
Nafas diambil dalam kemudian dia bangun dari duduknya .
Perlahan-lahan dia berjalan melalui beberapa kubur yang lain . Hingga akhirnya dia berhenti pada salah satu kubur yang terletak di bawah pohon redup .
Sebelum dia duduk , Faisal membetulkan kopiahnya .
Dikemaskan baju melayunya serta kain pelikatnya itu .
Dia benar-benar teruja .
Setelah dia berasa puas dengan paras rupanya , Faisal mengambil tempat .
" Assalamualaikum Qal ... Aku datang ni , " sapanya , lembut .
Sebaknya serta merta hadir .
" Kan aku dah janji nak lawat kau selalu ? Kau patut bersyukur ada kawan baik macam aku tau ," selorohnya sambil dia membersihkan pusara sahabatnya yang dipenuhi dedaun kering .
Dicabut rumput kecil yang mula membiak pada tanah pusara itu .
" Cantiknya rumah baru kau , "
Pujinya . Dadanya terasa sesak .
Mulutnya ditekup dengan tapak tangan . Matanya terpejam cuba menahan air mata dari terus mengalir .
Dia perlu kuat .
Dia perlu redha .
Nafas dihela agar teratur . Mengimbangi diri agar tidak terlalu terbawa akan emosi .
" Kau jaga diri baik-baik , Qal . Aku takde nak pujuk kau kalau kau merajuk . Cuma satu aku mintak ... " kubur itu dipandang sayu .
" Doakan aku terus kuat ,
Doakan aku terus kuat supaya aku boleh teman kau ke syurga suatu hari nanti , "
############
Tikar yang digunakan di kubur tadi dilipat rapi kemudian di masukkan di bonet kereta .
Sempat dia tersenyum kecil melihat tanah perkuburan itu buat kali terakhir.
Semoga bonda sentiasa kekal dalam lindungan rahmat Nya .
Ammar memasuki perut kereta .
" Awak okay ? " soal Maryam sebaik Ammar mengambil tempat duduk .
" Okay . Kenapa ? " Ammar membalas pandang .
" Saje tanya , " jawab Maryam kemudian membuah senyum nipis .
Ammar menghidupkan enjin kereta lalu dibawa membelah jalan .
Seketika Ammar melirikkan matanya melihat Maryam yang khusyuk melihat pemandangan di luar .
Automatik bibirnya mengukir senyum .
Bonda , Ammar dah jumpa orang yang sama cantik seperti bonda .
Ammar janji ,
Akan lindungi dan sentiasa menyayangi dia seperti sayang Ammar pada bonda . ❤
Bonda .. bonda sentiasa cantik di mata Ammar .
##########
Bunyi mesin nadi yang bingit itu semakin serik didengari . Jika bukan disebabkan oleh kedegilan Naim , mahu saja dia lari dari hospital ini sekarang juga .
Sakitnya tidak lah teruk mana .
Sekadar luka dan lecur , dia tidak hairan . Dia pernah merasai sakit yang lebih teruk .
Lagipun sakitnya sudah beransur hilang sejak kejadian tersebut berakhir .
Sejurus itu , pintu wad terkuak dari luar . Terpacul figura Naim yang segak berbaju kurta .
Mungkin baru pulang dari pengebumian arwah ibu Ammar .
Perlahan-lahan Naim menghampirinya .
" Sakit lagi ? " soal Naim , khuatir.
Zetty sekadar menggeleng .
Sakit itu sementara .
Parut itu yang kekal .
Naim mengetap bibirnya . Entah mengapa jantungnya serasa mahu hendak meletup saja saat ini .
Zetty memandang sedikit hairan . Jarang-jarang Naim sebegini .
" Saya ... ada bawak someone ," ucap Naim memecah sunyi .
" Siapa ? Kak Asyikin ? " soal Zetty keliru .
Jika kak Asyikin , mengapa perlu beritahu ?
Naim tersenyum kecil .
" Awak tunggu kejap . Saya panggil orang tu masuk ," ujarnya kemudian melangkah keluar dari wad tersebut .
Tidak lama kemudian , Naim kembali bersama seseorang .
Seorang lelaki tua .
Nampak garang namun peribadinya kemas .
Lelaki itu serta merta tersenyum saat melihat wajah Zetty . Terus dipeluk wanita itu tanpa banyak kata .
Zetty terpempan .
" Ayah ? "
Pelukan terlerai .
" Ayah mintak maaf sebab ambik masa lama untuk jumpa kamu selepas ayah keluar dari penjara . Ayah perlukan duit , jadi ayah cari kerja dulu . Ayah dah cuba cari kamu merata tempat , " terang encik Zulkifli .
Air matanya yang mengalir diseka dengan belakang tapak tangan .
" Mujur ada Naim yang mencari ayah , " sambung en. Zulkifli sayu .
Zetty memandang Naim terharu .
Dan Naim sekadar tersenyum kecil .
Apalah sangat jasanya jika dibanding pengorbanan Zetty terhadapnya .
" Pakcik .. " panggil Naim tiba-tiba .
Serta merta Zetty dan En. Zulkifli menoleh memandangnya .
Naim memapah lelaki tua itu untuk duduk bersamanya di sofa kecil disudut bilik wad .
Encik Zulkifli hanya menurut manakala Zetty sekadar memerhati dengan ekor mata .
Tidak habis lagi rasanya dia mahu melepaskan rindu terhadap ayahnya . Sudah bertahun dia memendam rindu ini .
Naim duduk menghadap Encik Zulkifli . Sempat dia berdehem kecil sebelum menyusun kata .
" Sebagai wali yang sah .. dan andai pakcik izinkan .. saya ada niat untuk mengambil Zetty sebagai isteri saya , " ujar Naim bersama wajah yang serius .
Zetty hampir tersedak di situ . Dia memandang wajah Naim memagut kepastian .
Namun tiada sebarang riak bahawa lelaki itu sedang bergurau .
" Saya ikhlas . Saya janji akan jaga pakcik dan Zetty sebagaimana Zetty telah jaga saya selama ini . Saya berjanji akan berkorban apa saja sebagaimana pengorbanan Zetty pada saya ," sambung Naim lagi .
Nafas berat terlepas . Lega rasanya dapat meluahkan apa yang terbuku dalam hatinya .
Sempat dia mengerling memandang Zetty yang seperti hendak membunuhnya itu .
Encik Zulkifli tersenyum .
" Pakcik setuju , "
Dan tanpa banyak kata Naim menyalami kedua tangan orang tua itu . Lalu dipeluk sebagai tanda terima kasih .
" Terima kasih ,pakcik " syukurnya .
Dia kembali memandang Zetty lalu dikenyitkan matanya .
" Cukup lah kau tersiksa dan terluka , biar kali ini aku yang menjadi nakhoda hidupmu , "