Oke, happy reading 🖤🖤🖤
.
.
.
.
.
Yoongi menutup pintu kamar Jennie. Setelah sebelumnya mendengar ucapan Jennie, "Apa aku boleh menganggap, kalau Yoongi oppa ingin aku terus bersamanya?"
Lalu senyumnya mengembang begitu saja. Menggelikan sekali gadis itu. Tapi Yoongi suka.
Ma-maksudnya suka dengan kepolosan gadis itu.
Padahal saat awal bertemu dulu sikap Jennie bar-bar terhadapnya, tapi semakin kesini kenapa semakin menggemaskan sih?!
Baru saja Yoongi melangkah, langkahnya tertahan oleh Heeyeon yang sedang berdiri sambil memangku tangan di depan dada. Ah, dan jangan lupakan senyumannya yang menyebalkan itu.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti itu, Yoon?" tembaknya.
Yoongi menaikan sebelah alisnya, "Siapa yang tersenyum?" kemudian kembali melangkah, dengan langkah yang lebih lebar menjauhi kamar Jennie.
Heeyeon menyenggol-nyenggol lengan adiknya itu dengan ganas, tapi dengan wajah yang menggemaskan namun terlihat menyebalkan bagi Yoongi.
"Ish, apa-apaan sih kau ini! Seperti kucing kampung yang minta di pungut saja!"
Heeyeon terbahak, "Aku hanya senang saja menggoda adikku ini."
Yoongi mengerlingkan matanya, tak mau merespon lebih lanjut.
"Jadi, kau sudah jatuh cinta pada Jennie?"
Yoongi menghela nafasnya kembali, lalu melirik Ken yang sibuk dengan ponselnya di sofa.
"Hyung, bisa kau bawa kakakku ini keluar? Kemana saja asalkan dia tak menggangguku!"
Ken tersenyum lebar sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Heeyeon, wanita itu malah semakin mengencangkan tawanya, bahkan sambil memegangi perutnya.
"Kau menyuruh Ken membawaku keluar agar bisa berduaan dengan Jennie kan?"
Sudah.
Cukup.
Ini keterlaluan.
"Kalau kau bukan kakakku, ku jamin sandalku melayang ke wajahmu saat ini juga."
Heeyeon masih tetap di posisinya dengan mata yang mulai mengeluarkan air mata saking tertawa terlalu keras. Menggoda Yoongi begitu menyenangkan!
"Eonni, apa ada hal yang menyenangkan? Tawamu sampai ke kamarku, lho."
Jennie tiba-tiba saja datang dari belakang. Lalu ikut bergabung dengan Yoongi, Heeyeon, juga Ken.
"Kau tak lihat matanya Jen? Dia bahkan sampai menangis saking senangnya."
Itu Ken yang menyahut.
Yoongi melirik sinis calon kakak iparnya itu. Jadi, kakak iparnya itu mau bersekutu dengan kakaknya untuk mengompori nih?
Mata Jennie berbinar, "Ceritakan padaku Eonni, Oppa!" seru Jennie menuntut pada Heeyeon dan Ken.
"Coba tanyakan pada Yoongi, Jen. Hal ini berkaitan dengannya soalnya." Jawab Heeyeon asal.
Yoongi melirik tajam kakaknya itu.
"Oppa ada ap—"
Ucapan Jennie terhenti, ketika atensi keempat orang itu beralih pada pintu yang terbuka cukup keras. Lalu masuklah seorang gadis kecil yang berlari menghampiri keempatnya, dengan rambut yang diikat dua.
Jennie tersenyum lebar, lalu berlari kecil menghampiri gadis itu.
"Minji!" pekiknya.
Dengan sigap, gadis itu memeluk tubuh Minji.
"Eonni! Minji rindu sekali!" Minji memeluk Jennie dengan erat.
"Kau kemana saja, Eonni juga sangat rindu padamu!"
"Au pergi dengan Wendy Imo, Eonni." Jawab gadis kecil itu.
Jennie melepaskan pelukannya. Lalu memasang wajah cemberutnya, "Minji tak mau mengajak eonni, ya?"
Minji menggeleng keras, "Andwee! Minji ingin Eonni ikut bersama Minji dan Wendy Imo. Tapi Heeyeon Imo bilang, Eonni akan pergi bersama Appa, jadi Minji tidak boleh mengajak Eonni." Jelasnya.
"Pergi... bersama Appa-mu?"
Minji mengangguk.
Jennie melirik ke belakang, pada Heeyeon yang kini mengulum bibirnya, dengan mata yang mengarah ke segala arah seakan tak ingin melihat Jennie, ataupun Yoongi yang kini menatap galak disampingnya.
Jadi, rencana Jennie ke kantor Yoongi itu memang sudah direncanakan sebelumnya oleh Heeyeon?
"Ah, Annyeong!"
Baru saja Jennie ingin melontarkan ucapan pada Minji, Wendy menyembul dari balik pintu, lalu menghampiri mereka semua.
"Wendy-ssi!" sapa Heeyeon.
Lalu keduanya bercipika-cipiki layaknya sepasang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
"Anyeong, Oppa!" Wendy tersenyum manis pada Yoongi. Yang hanya dibalas anggukan oleh pria itu. "Ah, ada Ken Oppa ternyata, annyeong, Oppa." Kali ini dia menyapa Ken yang masih setia duduk di sofa.
Tapi dia melupakan satu orang. Atau sengaja melakukannya?
Jennie mendengus sebal. Sudah pasti Wendy pura-pura tidak melihatnya. Apalagi posisinya yang berjongkok di samping Minji.
"Kenapa baru masuk?" Tanya Heeyeon.
"Ah, tadi aku menerima telfon dulu. Jadi kusuruh Minji masuk duluan."
"Yasudah, ayo duduk, Wen." Ajak Heeyeon.
"Tidak usah, aku sedang buru-buru, masih ada urusan yang harus diselesaikan."
"Semalam ini?" sahut Yoongi. Membuat Jennie memicingkan matanya dibawah sana.
Wendy mengangguk, "Lagipula sepertinya Minji sudah mengantuk."
"Ah, benar, Princess manis ini sudah mengantuk." Sahut Jennie dengan tiba-tiba.
Semua mata tertuju padanya kini. Dan salah satunya Wendy yang sejak tadi mati-matian mengabaikan keberadaan gadis itu.
"Oh, sorry aku baru melihatmu." Ucap Wendy dengan nada kaget yang dibuat-buat. Basi!
Jennie mengedikkan bahunya, lalu berdiri dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Yasudah, aku pamit pulang ya." Wendy membungkukkan tubuhnya. Berpamitan pada mereka.
Tapi sebelum wanita itu benar-benar pergi, dia sempat membisikkan sesuatu pada Jennie saat melewati gadis itu.
"Tolong jaga dan asuh Minji baik-baik ya. Pastikan dia tidur dengan nyenyak, Pengasuh."
Jennie menggeram tertahan. Sudah. Sudah. Tak perlu diingatkan soal status Jennie sebagai Pengasuh Minji, ataupun gadis asing yang menumpang di rumah seorang Min Yoongi.
Yang jelas, Jennie bersumpah akan membuat Yoongi jatuh hati padanya.
📍📍📍
"Jadi, tadi kau pergi kemana saja, hmm?"
Jennie menyelimuti tubuh Minji sampai ke atas dada. Lalu duduk di pinggir ranjang gadis kecil itu.
Minji tersenyum lebar sebelum menjawab pertanyaan Jennie, "Ke acara ulang tahun Yeri eonni. Minji juga diajak jalan-jalan berkeeeeliling kota." Jawabnya antusias.
Jennie tersenyum mendengarnya, lalu mengelus lembut rambut gadis kecil itu. Ia rindu sekali pada gadis kecil yang imut ini. Bahagia sekali rasanya saat bisa bersama Minji.
"Minji senang?"
Minji mengangguk, "Senang sekali."
"Lain kali, main bersama eonni ya?"
"Tentu saja!" Minji mengacungkan ibu jarinya. Lalu mereka berdua tertawa setelahnya.
"Ah, ya!" pekik Minji.
"Wae?"
"Bagaimana dengan eonni? Pergi kemana saja bersama Appa?"
Jennie terdiam sebentar, sebelum akhirnya mengeluarkan senyum jahilnya, "Emm... rahasia!" jawabnya sembari menjawil pipi Minji.
"Eonni!!! Ceritakan padakuuu,"
"Tidak mau!"
Keduanya tertawa. Dengan diakhiri Jennie yang dikelitiki oleh Minji. Biar mau mengaku katanya.
Padahal, dalam hati Jennie, ia ingin menjawab, "Hanya menonton bersama di kantor Appamu, lalu makan bersama di café, dan membeli pesanan Heeyeon eonni di kedai."
Tunggu, menonton bersama?
Tidak, sebenarnya hanya Jennie yang menonton film di televisi di ruangan kerja Yoongi. Sedangkan pria itu sibuk berkutat dengan laptopnya. Tapi karena pria itu berada di ruangan yang sama dengan Jennie, jadi bolehkan kalau gadis itu menganggap mereka nonton bersama?
Ah, sebenarnya gadis itu hanya tidak tahu saja, kalau saat dia menonton dengan khidmatnya, ada seseorang yang terus memperhatikannya. Seseorang yang ikut tersenyum saat gadis itu tertawa ataupun mengoceh saat menonton.
Min Yoongi.
Ya, pria yang kini tengah berdiri di depan kamar anaknya, sembari memperhatikan dua manusia di dalamnya. Jennie dan Minji.
Senyumnya melebar saat melihat kedua perempuan itu beradu canda. Seperti ingin ikut bergabung bersama keduanya.
"Kau masih ingin mengelak?"
Senyum Yoongi memudar perlahan, lalu melirik Heeyeon yang kini berdiri di sampingnya.
Heeyeon tersenyum pada adiknya itu, lalu ikut memperhatikan Jennie dan Minji yang masih tertawa di dalam kamar sana.
"Mengelak untuk?"
"Menyadari perasaanmu."
Yoongi tersenyum samar, "Terhadap gadis asing itu? Ya, aku mengelaknya, karena aku memang tidak memiliki perasaan padanya."
Heyeeon tertawa kecil, "Bukan tidak, tapi belum. Atau sudah? Tapi kau yang mengelak."
Keduanya terdiam. Lalu melihat Jennie dan Minji yang mulai berhenti tertawa, dengan Jennie yang mengusap rambut Minji lembut, untuk menidurkan gadis kecil itu.
"Bukankah dia gadis yang baik?"
Yoongi menghela nafasnya, "Ya, dia baik."
Heeyeon kembali beralih menatap adiknya itu, "Yoongi, aku tahu kau tidak mencintai Wendy, dan terlanjur menganggapnya sebagai adik. Jadi bisakah kau coba untuk mencintai gadis lain?"
Yoongi melirik malas kakaknya itu, "Berhentilah, jangan memaksaku."
"Kenapa? Apa karena kau masih mencintai perempuan itu?"
"Ibu Minji?" Yoongi tersenyum miring, lalu menjawab dengan tegas, "TENTU SAJA."
Heeyeon menatap tak percaya pada Yoongi yang kini mulai menjauh dan berjalan menuruni tangga.
Heeyeon tidak mengerti dengan adiknya itu. Mengapa keras sekali hatinya? Seakan-akan hanya perempuan itu saja yang bisa mencairkan hatinya.
Tidak, ini tidak benar. Heeyeon harus menghentikannya. Ia bahkan tidak peduli kalaupun dianggap terlalu mencampuri urusan adiknya.
Yang ia tahu, Yoongi harus bahagia. Dan itu bukan dengan bersama Ibu Minji.
"Jennie, bantu aku keluarkan Yoongi yang terjebak dalam perasaannya, ya," Lirih Heeyeon seraya menatap Jennie yang mulai terlelap di samping Minji di dalam sana.
🔐🔐🔐
TBC
.
.
.
Nulis apa sih gue? Kok jadi emosi gini?! 🤣
Btw siapa yang kangen si imut Minjiiiii??? 😆❤️❤️❤️
"Jennie, semangat! Kami akan mendukungmu!" -Heeyeon dan Ken ❣️
Kalian juga mau dukung dan bantu Jennie kan? Ekekeke :""))
Siap-siap gaes, roller coasternya mulai naik. Pakai sabuk pengamannya ya, karena konflik sudah mulai terlihat hilalnya wqwqwq❣️