SUDANA

By DimskiDimski

641K 13K 1.1K

Menjalin hubungan dan menghabiskan waktu Pak Sudana mengisi hari-harinya tinggal bersama Dimas di paviliun ya... More

Sudana Bagian 1
Sudana Bagian 2
Sudana Bagian 3
Sudana Bagian 4
Sudana Bagian 5
Sudana Bagian 6
Sudana Bagian 7
Sudana Bagian 8
Sudana Bagian 9
Sudana Bagian 10
Sudana Bagian 11
Sudana Bagian 12
Sudana Bagian 13
Sudana Bagian 14
Sudana Bagian 15
Sudana Bagian 16
Sudana Bagian 17
Sudana Bagian 18
Sudana Bagian 19
Sudana Bagian 20
Sudana Bagian 21
Sudana Bagian 22
Sudana Bagian 23
Sudana Bagian 24

Sudana Bagian 25

25.7K 641 182
By DimskiDimski

Dimas merebahkan badannya di tempat tidur setelah menyalakan AC kamar. Pak Sudana tertawa.

"Kenapa, 'yang? Panas?"

Dimas menoleh pada Pak Sudana.

"Banget, bang. Pengennya panas-panasan lagi tapi capek ini."

"Masih ada besok, 'yang. Kamu mau minum? Abang bikinkan teh hangat yaa biar kamu enak tidurnya."

Dimas mengangguk. Pak Sudana kemudian keluar kamar untuk membuatkan teh hangat buat Dimas. Dikeluarkannya gelas kesayangan yang biasa Dimas pakai untuk membuat kopi atau teh dari lemari di ruang makan. Pak Sudana kemudian mengambil teh celup lalu memasukkan sesendok teh gula pasir, setelah itu diseduhnya teh celup tersebut. Sebelum kembali ke kamar, Pak Sudana membuka laci paling dari lemari tempat menyimpan pecah belah di ruang makan, ditariknya laci itu lalu tangannya merogoh ke bagian paling belakang, diambilnya tabung kecil dari laci itu. Pak Sudana kemudian membuka tabung kecil itu dan menuangkan isinya kedalam gelas teh hangat untuk Dimas.

Setelah mengembalikan tabung kecil itu kedalam laci dan menutup kembali laci itu, Pak Sudana kemudian membawa gelas tersebut masuk ke kamar.

Dimas yang sedang dalam posisi duduk dengan badan bersender pada kepala tempat tidur tersenyum melihat Pak Sudana yang masuk membawakan minuman hangat buatnya.

"Bang, aku mau bicara."

Pak Sudana menyerahkan gelas tersebut ke Dimas yang ditaruh oleh Dimas di nakas samping tempat tidur.

"Mau bicara apa?"

"Bingung mau mulainya. Tadi siang aku dipanggil sama para direktur perusahaan ke ruang meeting di gedung utama."

"Hmm .. Ada masalah?"

Dimas menggelengkan kepalanya. Lalu menyerahkan amplop yang siang tadi dia terima dari para direktur.

Pak Sudana membuka amplop tersebut. Lalu membacanya perlahan. Dimas menarik napas panjang.

"Aku diminta untuk pindah sementara ke Jepang, Bang. Tiga tahun. Mereka minta aku untuk mempelajari semua hal yang berhubungan dengan operasional dan keuangan serta marketing. Mereka mau aku memegang perusahaan ini untuk Indonesia bagian timur sekembalinya aku dari Jepang nanti."

Pak Sudana melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam amplopnya. Diletakannya amplop itu ditempat tidur lalu dia duduk disebelah Dimas. Dia menoleh dan menatap Dimas lalu diciumnya kening Dimas.

"Abang senang dengarnya. Artinya kerja kamu dihargai, 'yang. Apa yang kamu korbankan selama ini pulang malam dan selalu sukses dalam setiap mengerjakan tugas yang diberikan berbuah hasil yang buat abang ini bagus banget."

"Jadi abang setuju? Abang ngga keberatan? Terus abang gimana?"

Pak Sudana menarik napas panjang.

"Kalo ditanya abang setuju, jelas abang setuju. Kalo ditanya abang ngga keberatan, abang ngga keberatan. Kalo ditanya terus abang gimana, kamu harus tahu dan mengerti, abang ngga bisa ikut kamu."

Dimas menunduk. Matanya berkaca-kaca. Dia berharap Pak Sudana akan ikut dengannya.

"Abang ngga mau nemani aku, bang? Cuma tiga tahun, bang. Abang boleh pulang kapan aja abang mau asal abang ikut dengan aku, nemanin aku disana."

Pak Sudana kemudian merengkuh Dimas dalam pelukannya.

"Bukan abang ngga mau, tapi ada banyak hal yang membuat abang harus tetap tinggal disini. Di negara ini. Abang mau bicara sekarang sama kamu. Gantian yaa. Dengarkan abang."

Jantung Dimas berdebar.

"Selama ini ada banyak hal yang abang tutupin dari kamu. Setiap kali abang pergi dan tidak pernah memberitahu kamu kemana abang pergi, itu adalah bagian dari perjanjian abang dengan yang memberi abang tugas dan juga untuk keselamatan kamu. 'yang, abang adalah intel negara dalam pakaian sipil."

Dimas terkejut. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang dekatnya adalah salah seorang yang memiliki tugas rahasia.

"Abang seharusnya tidak membuka jati diri abang, tapi ini demi kebaikan kita. Abang ngga mau kamu berpikiran macam macam kenapa abang ngga mau ikut dengan kamu ke Jepang. Abang mau kamu mengerti pekerjaan abang sekarang seperti abang berusaha mengerti pekerjaan kamu."

Dimas masih terdiam. Pak Sudana kemudian meraih tangan Dimas, digenggamnya tangan itu lalu diciumnya tangan Dimas tersebut.

"Tapi kalo sewaktu waktu aku mau abang datang kunjungi aku, abang mau kan? Aku tadi sudah berusaha untuk menolak, bang, dengan memberikan calon calon pengganti aku yang aku pikir mereka kerjanya sudah lebih lama dari aku dan lebih berpengalaman tapi para pembesar di Jepang ngga mau orang lain, mereka maunya aku."

Pak Sudana kemudian beranjak dari tempat tidur. Dia membuka lemari baju, lalu dia mengambil sesuatu dari tumpukan baju di rak paling bawah lemari baju itu. Dia lalu kembali ke tempat tidur dan duduk dihadapan Dimas.

"Abang akan datang kapan pun kamu mau abang datang. Kamu percaya abang kan? Sebagai tanda bahwa abang tidak akan meninggalkan kamu, ini tandanya dari abang. Kamu sekarang adalah bini abang. Istri abang."

Pak Sudana membuka kotak kecil yang diambilnya dari lemari baju itu, didalamnya ada cincin emas putih dan didalamnya terdapat tulisan yang digrafir 'SD'. Sudana Dimas.

Dimas terkejut. Hatinya melambung. Tak bisa berkata apa apa. Matanya berkaca kaca. Pak Sudana kemudian mengambil tangan kanan Dimas lalu memasukkan cincin itu di jari manis Dimas. Setelah itu ia kembali mencium kening Dimas.

"Abang akan selalu ada buat kamu, 'yang. Abang akan selalu jaga kamu. Sampai kamu bosan dan tak lagi mau abang ada didekatmu, jika waktu itu tiba, kamu bilang dan abang akan pergi dan ngga akan pernah lagi kita bertemu bertatap muka."

Dimas meraih Pak Sudana, merangkulnya erat dan menangis. Setelah beberapa saat Pak Sudana kemudian melepaskan rangkulan Dimas, menatap mata Dimas.

"Senang?"

"Bahagia, bang. Terima kasih. Dimas ngga bisa ngomong apa apa sekarang. Tapi Dimas senang, bang. Senang banget."

Pak Sudana tertawa, dia kemudian mengambil gelas yang berisi teh manis itu dan memberikannya pada Dimas yang langsung meminumnya sampai habis.

"Hahahaha, haus, 'yang?"

Dimas tertawa.

"Udah sekarang kita istirahat. Kamu pasti capek kepikiran gimana ngomong sama abang. Abang juga capek baru kelar satu kerjaan besar. Kita tidur yaa."

Pak Sudana kemudian turun dari tempat tidur, ia mematikan lampu kamar setelah itu ia kembali naik ke tempat tidur dan rebahan disamping Dimas seraya menarik selimut. Ditaruhnya kepala Dimas didadanya. Belum ada sepuluh menit terdengar dengkuran halus. Dimas tertidur nyenyak. Pak Sudana kemudian mengangkat kepala Dimas dan meletakkannya ke bantal. Efek obat tidur yang dimasukkan oleh Pak Sudana kedalam minuman Dimas tadi bekerja dengan cepat.

Pak Sudana kemudian turun dari tempat tidur. Segera ia berpakaian. Kaos hitam, celana panjang hitam dan jaket berwarna gelap. Setelah ia selesai memakai sepatu, ia kemudian melangkah keluar kamar. Sebelum dia menutup pintu kamar, dia berbisik pada Dimas yang sudah terlelap.

"Satu tugas lagi, 'yang, dan setelah itu kita akan merayakan kebersamaan dan kebahagiaan kita. Abang sayang kamu, istri kesayangan abang."

Pak Sudana kemudian menutup pintu kamar. Ditengah kegelapan malam dia keluar. Di pintu gerbang depan seseorang diatas motor sudah menunggunya.

"Ayo berangkat kita dan selesaikan tugas kita."

Orang tersebut mengangguk dan segera menancap gas begitu Pak Sudana duduk dibelakangnya.

Ujang masih duduk di teras rumah pantai. Semilir angin membuatnya agak mengantuk. Tiba tiba saja ada perasaan tidak enak menyerang hatinya. Dia kemudian duduk tegak, kuping dan matanya ditajamkan. Tampak dari sudut matanya sekelebat bayangan.

Ujang berdiri bersikap waspada. Bayang itu kemudian mendekat. Semakin lama semakin jelas.

"Yande?"

Ujang terkejut ketika melihat siapa yang datang.

"Halo kang. Maaf kalo mengagetkan."

Yande yang berpakaian serba hitam itu kemudian mendekat dan setelah sampai di teras rumah dia kemudian menjabat tangan Ujang.

"Apa kabar, Kang Ujang? Lama sekali kita ngga bertemu yaa?"

"Baik. Baru saja kelar satu tugas. Lagi nunggu yang lain biasanya pada ngumpul, tapi ini sampai sekarang belum ada yang muncul, tau tau malah kamu yang muncul."

Yande tertawa.

"Tadinya saya pikir cuma saya doang, kang, sendirian disini. Karena ingin nyepi aja, pas liat dari jauh kok ada bayangan orang di teras jadi saya mendekat mau cari tau siapa yang ada diteras rumah. Ternyata Kang Ujang."

Yande kemudian mengeluarkan dua botol minuman keras dari balik jaketnya.

"Waah, beneran maneh teeh mau nyepi? Sampai bawa perbekalan segala."

"Iyaa, kang, tapi sekarang ada akang, ayok kang kita minum sambil menikmati suara ombak dan angin pantai."

Ujang tertawa. Lalu dia membuka salah satu botol minuman itu dan mulai meneguknya.

Mereka berdua asyik bercerita, sambil merokok dan terkadang terdengar suara tawa Ujang yang cukup keras. Yande yang memang kuat minum dan tahu bener bahwa Ujang gampang sekali mabuk. Tiga perempat botol sudah dihabiskan Ujang sendiri. Bicaranya mulai ngawur dan badannya sudah mulai limbung.

"Kamu tahu nggak, Yande? Selama ini saya juga punya tugas rahasia."

"Tugas rahasia apa, Kang?"

"Namanya rahasia, jadi saya ngga mau bilang dong."

Yande terkekeh mendengar omongan Ujang.

"Pak Sudana ngga kemari, Kang?"

"Sudana? Nggaklah, dia pasti lagi ngentot sama istrinya sekarang. Eh bukan istri, sama lakinya. Lakinya Sudana itu doyan ngentot. Semalam bisa empat lima kali."

"Emang Pak Sudana suka laki, kang?"

Yande memancing Ujang.

"Iyalaaaaah. Lakinya Sudana itu dulunya mantan aing. Hahahaha."

"Ooh gitu."

"Iyaaaaa. Aing sakit hati. Mantan aing itu direbut sama Sudana, dipake sama Sudana. Aing sebenernya dendam sama Sudana. "

"Oooh. Akang juga suka laki?"

"Cuma sama dia aja."

"Dia siapa, kang?"

"Dimas. Mantan aing itu Dimas yang sekarang jadi lakinya Sudana."

Yande terus memancing Ujang untuk bercerita. Dari sudut matanya dia melihat ada dua bayangan mendekat. Dia tahu yang datang itu pasti Pak Sudana dan yang seorang lagi adalah Lutfhi.

"Terus akang ngga pengen ngapain gitu dibikin sakit hati sama Sudana."

"Hahahaha. Maneh teeeeh pinter geuningan Yande. Aing udah siapin rencana balas dendam. Aing udah kasih tahu sama Bu Wira siapa Sudana. Bu Wira itu masih cinta sama Sudana jadi aing nawarin diri buat buka informasi tentang Sudana. Bu Wira juga tahu, Yande, tahu kalo Sudana kerja untuk Pak Wira. Aing yang kasih tau."

"Ck ck ck ... Hebat akang. Dapat apa kang dari Bu Wira?"

Kedua bayangan itu semakin mendekat.

"Uang, Yande. Aing dapat uang banyak. Bu Wira itu uangnya banyak. Aing juga dapat memeknya hahahaha."

Pak Sudana dan Lutfhi semakin mendekat dan berjalan ke arah teras rumah pantai itu.

Ujang tiba-tiba melihat ada dua orang berjalan ke arah rumah pantai itu, Dia berdiri namun karena dalam keadaan mabuk, dia terjatuh kembali di kursi tempat dia duduk.

"Selamat malam."

"Wooohhh Sudanaaaaaa, sama siapa? Oooh Luthfi. Waah semakin rame aja malam ini yaa."

"Sudah saatnya semua diselesaikan. Saya tahu kamu adalah pengkhianat diantara kita semua. Selama ini Luthfi mengamati kamu dan ternyata benar."

Wajah Ujang terkejut.

"Iya, aing sakit hati. Sekarang maneh ngerasain akibatnya. Ngga lama lagi semua terbongkar. Semua orang tahu siapa Sudana. Hahaha."

Pak Sudana tersenyum dingin. Dengan matanya ia memberi isyarat pada Yande. Yande kemudian mengangkat botol yang ada didekatnya. Dihantamnya botol itu ke kepala Ujang. Ujang rubuh tak sadarkan diri. Mudah. Ya mudah karena Ujang dalam kondisi mabuk.

Luthfi kemudian masuk ke dalam rumah pantai itu. Sesaat kemudian dia keluar dengan membawa karung. Bersama dengan Yande dia memasukkan Ujang ke dalam karung tersebut.

Pak Sudana kemudian memberikan kode dengan lampu senter yang dia pegang. Dua orang datang dari arah pantai menuju ke rumah tersebut.

Lalu keempat orang itu membawa karung tersebut ke pantai, Pak Sudana mengikut dari belakang. Yande, Luthfi dan dua orang tersebut kemudian melemparkan karung tersebut ke dalam kapal nelayan yang sudah stand by.

Pak Sudana sendiri yang memeriksa motor mesin serta mengarahkan kemudi kapal nelayan itu ke tengah lautan. Yande kemudian memberikan satu kotak yang diambil dari kapal nelayan itu, Pak Sudana mengatur waktu pada jam yang ada di kotak itu. Lalu meletakannya diatas karung tersebut.

Lutfhi dan dua orang yang datang tadi kemudian mendorong kapal nelayan itu ke arah laut. Ketika air laut sudah mencapai pinggang, Luthfi kemudian menyalakan mesin motor kapal tersebut. Kapal itu melaju dengan pasti ketengah lautan.

Waktu yang diatur oleh Pak Sudana adalah 30 menit.

Lima orang berdiri dipinggir pantai.

Pak Sudana melihat jam tangannya. Tepat tiga puluh menit terdengar suara ledakan dan nyala api dari kapal nelayan yang sedang melaju ketengah lautan tersebut.

Yande menunduk. Luthfi menarik napas panjang. Pak Sudana tersenyum

Mereka kemudian berpisah. Kedua orang yang membantu mereka tadi berjalan bersama Yande menyusuri pantai. Lutfhi dan Pak Sudana kembali ke tempat dimana mereka memarkirkan motornya.

Sesampainya ditempat motor diparkirkan. Pak Sudana menunggu beberapa saat. Terdengar suara letusan tembakan dua kali. Pak Sudana kemudian naik keatas motor dan pergi bersama Luthfi.

Pagi hari Dimas bangun dan merasa segar. Mungkin karena rasa bahagia semalam yang ia rasakan. Dilihatnya disebelahnya Pak Sudana sedang tidur dengan nyenyak. Dimas kemudian mencium bibir Pak Sudana lalu merebahkan kembali kepalanya ke dada Pak Sudana dan menarik selimut dan memejamkan matanya.

Pak Sudana membuka matanya. Tersenyum. Ini adalah hari kebebasan. Tak lagi ada yang akan menganggunya.

S E L E S A I


Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 325K 59
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
72.7K 1.3K 7
Synopsis Jauh di sebuah desa kecil hidup seorang duda dan anak tunggalnya. Mereka keluarga yang agamis. Namun, nafsu seakan menguasai separuh jiwa me...
98.6K 14.9K 12
[COMPLETED ON OCTOBER 2019] Kisah penculikan seorang anak, dan hubungannya dengan legenda turun temurun yang terlanjur mengakar dalam stigma penduduk...
10.8K 327 7
Menceritakan tentang Hazela yang memiliki orientasi seksual berbeda dan menyukai Abang Iparnya sendiri, gimana kah ceritanya? Homophobic diharap men...