Save Me

Por jeonruu

20.5K 3.2K 732

Jungkook dan Yoojung. Mereka berdua sama-sama terluka. Mereka berdua sama-sama ingin mengakhiri hidup. Berte... Más

P R O L O G
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37. EPILOGUE [1]

16

712 114 55
Por jeonruu


Jungkook menggeliat, merenggangkan otot-ototnya dan mengerjap. Percikan cahaya matahari yang keluar melewati celah tirai membuatnya sedikit menyipitkan mata. Lantas ia bangkit dari atas sofa sembari menguap lebar.

Jungkook menyeret langkahnya malas menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Begitu air dingin menyegarkan wajahnya sekaligus menyadarkan dirinya, ia segera teringat akan Yoojung yang menginap di rumahnya.

Apakah gadis itu masih tidur?

Ia lantas bergegas untuk mencuci mukanya, sembari membawa handuk kecil untuk mengeringkan wajahnya, ia berjalan untuk mengecek Yoojung. Membuka pintu kamar perlahan, keningnya berkerut melihat kamar itu kosong.

Tangannya bergerak membuka pintu kamar lebih lebar. Pandangan matanya terpaku pada ranjangnya yang begitu rapi seolah memang semalam tidak seorangpun tidur disana.

"Dia pulang sebelum pamit padaku?" Jungkook terkekeh kecil. "Wah, tidak sopan sekali bocah itu!"

Menghela nafas perlahan, Jungkook membalikkan badannya dan kali ini ia dikejutkan lagi oleh hadiah kecil yang disiapkan oleh Yoojung kepadanya. Di atas meja makan, telah terjejer rapi sarapan untuk dirinya.

Jungkook menarik kursi dan duduk menatap seluruh hidangan di atas meja. Secarik kertas kecil ditinggalkan di sana bertuliskan pesan pendek Yoojung. Ia meraihnya dan membacanya pelan.

'Ssaem, terimakasih'

Jungkook menumpu dagu, terdiam sejenak. Sudut bibirnya ditarik membuat sebuah senyuman kecil. Menimang pesan kecil yang ditinggalkan oleh Yoojung, kemudian ia meletakkannya perlahan dan mengamati seluruh hidangan di atas meja makan. Lantas perlahan tangannya mulai bergerak untuk sarapan dengan senyuman yang masih merekah.

***

"Kim Yoojung!" Suara bariton Jungkook sukses membuat seisi kelas menjadikan Yoojung sebagai pusat atensi. Padahal ia sungguh benci ketika semua orang memperhatikannya. Ia mengangkat kepalanya perlahan dari atas meja dan menatap Jungkook takut-takut.

Tidak, ia bukan takut karena telah tidur di jam pelajaran Jungkook. Toh, ia sudah biasa meninggalkan banyak jam pelajaran dan memilih menenggelamkan kepalanya di atas meja. Hanya saja, mengingat kejadian semalam dimana Jungkook tiba-tiba mengigau dan memeluknya membuatnya malu untuk menatap sang guru.

"Bukankah seharusnya kau mengangkat kepalamu dan mendengarkan pelajaranku?"

Yoojung mengerjap kikuk. Jika biasanya ia akan mendengus dan memberikan tatapan kesal pada Jungkook kali ini ia mengangguk patuh. "Maafkan aku, Pak."

Jungkook menegur Yoojung bukan hanya karena ingin anak itu fokus akan pelajarannya. Ini lebih pada bahwa semenjak ia melangkahkan kakinya ke dalam kelas, perhatiannya hanya tertuju pada gadis itu. Ia hanya merasa bahwa gadis itu sangat menggemaskan.

Beberapa waktu lalu, gadis itu selalu saja menatapnya kesal. Namun kali ini ia merasakan sedikit perubahan pada gadis itu. Terlebih melihat Yoojung menatapnya kikuk sedikit membuat Jungkook bingung. Ia tidak tahu saja bahwa semalam ia telah membuat anak gadis orang nyaris mati jantungan.

Yoojung bahkan sudah mengumpati gurunya dan bertanya-tanya dalam hati apakah gurunya itu tidak mengingat sama sekali kejadian semalam? Ia bahkan masih bisa mengingat aroma tubuh Jungkook.

Astaga! Sadarkan dirimu Kim Yoojung!

Selama pelajaran berlangsung tak sedetikpun Yoojung bisa fokus. Ia terus saja memikirkan kejadian semalam kendati ia terus berusaha untuk melupakannya. Begitu bel berbunyi, ia langsung berlari keluar kelas tepat setelah Jungkook mengakhiri pelajaran.

Bahkan Solbin dibuat mendengus tak percaya begitu Yoojung menabrak bahunya melewati gadis itu begitu saja. Tidak menghiraukan panggilan Solbin  dan berlari cepat pergi ke atap sekolah, sepertinya ia harus menjernihkan pikirannya. Seharian ini ia dibuat tak fokus karena terus memikirkan pelukan Jungkook semalam.

Yoojung menatap langit dengan sendu. Berbaring menatap langit, kedua tangannya ia jadikan bantal untuk kepalanya. Menghela nafas pelan, Yoojung resah akan semua kejadian yang terus ia alami belakangan ini.

Pelukan Jungkook semalam memang sukses untuk membuatnya melupakan masalah yang ia hadapi dengan Hyunwoo kemarin. Namun, memikirkannya kembali, ia benar-benar tidak mengerti ucapan pemuda itu. Terlebih luka di kedua sudut mulut Hyunwoo sedikit memberikannya sedikit kecemasan.

Seseorang telah melukai Hyunwoo karenanya. Seperti itulah yang Yoojung pikirkan. Terlebih pengakuan Hyunwoo yang mengelak bahwa pemuda itu bukan marah karena masalah buku catatan tersebut melainkan oleh hal lain. Yoojung juga mengingat ucapan aneh Hyunwoo tentang 'seseorang yang menyayanginya' atau lebih dari itu.

Siapa?

Ia benar-benar tak mengerti maksud Hyunwoo. Kendati rasa trauma akibat kejadian tersebut, Yoojung rasa ia harus tetap mengetahui apa maksud sebenarnya dari kemarahan Hyunwoo. Lelaki itu tidak menyerangnya dengan alasan buku catatan yang ia curi. Lalu dengan alasan apa?

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Yoojung terkesiap, dan bangkit duduk terkejut melihat kedatangan Jungkook. Bagaimana Pak Guru bisa tahu aku ada disini?

Seolah mengerti pikirannya, Jungkook tersenyum sembari menjatuhkan pantatnya duduk di sebelah Yoojung. "Bapak bertanya pada semua orang. Sungwoon memberitahu ku bahwa ia melihatmu naik ke atap."

Sungwoon? Yoojung membuka mulutnya kecil tersadar akan kebodohannya. Bagaimana bisa ia hampir saja melupakan ketua kelasnya, Han Sungwoon. Satu-satunya teman sekelasnya yang bersikap baik kepadanya. Bahkan yang menolongnya saat Hyunwoo mengamuk pertama kali kepadanya.

"Aku hanya melihat langit. Kenapa bapak mencari ku?"

"Emm.. mau mengucapkan terimakasih?"

Yoojung menaikkan sebelah alisnya. "Untuk?"

"Terimakasih untuk sarapan yang kau buatkan untuk bapak pagi ini."

Ah, sarapan itu. "Justru itu ucapan terimakasih ku karena bapak sudah memberiku tumpangan semalam."

Jungkook tersenyum tipis. Lantas ia mengikuti arah pandang Yoojung menatap langit biru diatas sana. Sedangkan Yoojung, ia terus mengumpat mengapa gurunya itu harus bersamanya disaat ia sedang menghindarinya.

Eh, tapi apakah Pak Guru benar-benar tidak ingat kejadian semalam?

"P-pak?"

"Ya?"

"Ah, tidak apa." Yoojung merasa ragu untuk mengungkitnya. Batinnya berperang, ada rasa sedikit keinginan agar Jungkook mengingatnya namun disisi lain Yoojung ingin Jungkook tidak mengingatnya sama sekali.

Tapi, terlepas dari kejadian yang membuat jantungnya terus berdegup karena Jungkook, ia penasaran akan apa yang membuat Jungkook mengigau. Ia ingat jelas gumaman samar Jungkook saat mengigau semalam dimana gurunya itu mengatakan untuk jangan meninggalkannya.

Yoojung yakin sekali itu bukan ditujukan padanya. Toh, saat itu gurunya juga mengigau. Jadi, pasti Jungkook bermimpi sesuatu yang kemungkinan berkaitan dengan sebuah kenangan.

"Pak, semalam.." Yoojung memutuskan untuk mencoba menanyakannya, dan tentu saja tanpa memberitahu bahwa malam itu Jungkook juga memeluknya. "Bapak mengigau. Aku penasaran akan sesuatu.."

"Mengigau?" Mendadak Jungkook sedikit cemas. Ia tahu betul ini bukan kali pertama ia mengigau. Bahkan Yoongi pun sering mengatakan bahwa Jungkook sering mengigau semenjak hari itu. Ia khawatir tentang sejauh mana ia mengigau dan sejauh mana membuat Yoojung tahu mengenai dirinya.

"Bapak bilang untuk jangan meninggalkan bapak. Kalau aku boleh tahu, bapak mimpi apa?"

Jungkook menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan tertawa kering. "Ahahaha, itu.. entahlah, bapak tidak ingat setiap mimpi bapak." Mengangguk pelan, Yoojung memahami hal itu. Ia juga jarang sekali mengingat setiap mimpinya.

"Apakah ada sesuatu yang lain?"

"Eh?" Yoojung terkesiap gugup. "S-sesuatu yang lain seperti apa?"

Pak Guru tidak ingat kejadian memeluk itu kan? Iya, kan? Pokoknya tidak boleh ingat! Kumohon!

"Seperti me..."

"Tidak! Tidak ada yang lain seperti memeluk atau.. Ah! Bukan, maksudku.."

Astaga!

"Maksud bapak, bapak tidak mengigau sesuatu yang aneh kan?" Jungkook nyaris berhenti bernapas. Melihat ekspresi yang dipasang Yoojung terlebih ucapan yang seolah pengakuan Yoojung bahwa ia telah memeluk sesuatu atau mungkin seseorang membuatnya khawatir.

Sedangkan itu wajah Yoojung mulai memerah semerah tomat. Sial!

Mereka berdua terdiam. Jungkook seolah dibombardir oleh kata 'memeluk'.

Aku tidak memeluk siapa-siapa, kan? Eih, tidak mungkin! Memeluk? Tunggu, jangan-jangan..

Jungkook melirik Yoojung dengan mata melebar. Tidak, kan?

Merasakan situasi yang canggung, Jungkook berusaha merubah topik pembicaraan. Sepertinya topik 'semalam' bukan hal yang tepat ia bicarakan saat ini.

"Jadi, bagaimana dengan keluargamu? Mereka sudah tahu kan semalam kau menginap di rumah bapak?"

Yoojung tersenyum tipis. Teramat sangat tipis malah. Bahkan bisa dibilang sebuah senyuman yang dipaksakan. "Yaah, ayah dan mama tidak ada di rumah sejak semalam. Kakakku juga..." Ucapannya menggantung. Terdiam sejenak, Jungkook menemukan bahwa Yoojung terlarut akan sesuatu. "Kakakku tidak mempermasalahkannya."

Benar. Tidak ada seorangpun di rumah yang mempermasalahkannya. Ia beruntung. Benar-benar sangat beruntung bahwa tadi pagi saat ia pulang ke rumah dengan perasaan takut, ayah dan mama rupanya semalam berangkat ke Thailand untuk suatu urusan. Itulah yang ia dengar dari bibi yang mengurus rumahnya. Sedangkan kakaknya, ia menemukan Taehyung masih tidur dengan bau alkohol yang menguar di kamarnya. Pasti semalam kakaknya itu minum begitu banyak alkohol.

"Syukurlah kalau begitu."

Mereka berdua kembali terdiam hingga handphone Jungkook bergetar. Jungkook membaca pesan yang masuk dan raut wajahnya berubah serius.

"Yoojung-a, bapak harus kembali."

Yoojung mengangguk cepat. Lantas Jungkook bangkit berdiri dan berjalan begitu cepat menuju ruang kepala sekolah. Di koridor, seorang guru lain menghampirinya dengan memasang wajah serius.

"Kenapa kepala sekolah ingin menemuiku?"

"Kau serius belum tahu kabarnya, Jung?"

Jungkook menggeleng. Lantas Hoseok, seorang guru yang mengajar seni mendekatkan kepalanya dan berbisik hati-hati. "Tadi pagi kepala sekolah baru saja mendapat kabar bahwa anak asuhmu meninggal."

Jantung Jungkook berpacu. "Siapa?"

"Lee Hyunwoo. Detektif ingin berbicara denganmu. Ada dugaan dia dibunuh."

"Apa?"


[]

Seguir leyendo

También te gustarán

101K 8.6K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
40.8K 5.1K 25
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
368K 38.6K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
214K 23.5K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...