SI PINCANG SANG TERORIS

By matapanda_554

86 1 2

Kisah haru seorang hamba Tuhan More

SI PINCANG SANG TERORIS

86 1 2
By matapanda_554

Senja pengantar kegelapan masih terlihat, dan aku masih merenungi tapak kehidupanku yang sangat alienasi ini. Ku pandangi wajah muram dalam pantulan air danau nan teduh , bernapas panjang dan hffft.. akankah ada bintang- bintang dalam malamku yang bias ini ?

Masih sendiri dengan hipokrit bahwa aku tak apa-apa. Tapi aku tak bisa menahan air yang mengalir deras dari pelupuk mata ini. Kejadian demi kejadian begitu saja menjalar dalam nalarku.

***

"Hai santri baru ! Siapa namamu ?" sapa orang baru sampingku.

"Aku Umar ...."

"Oh Umar, nama yang bagus. Seperti nama salah satu sahabat baginda Nabi ya ! Perkenalkan namaku Dimas dan aku santri baru juga disini, sama sepertimu !"

Hari ini adalah hari pertamaku dipondok. Sebenarnya hati kecilku menolak permintaan ibuku yang satu ini, tapi apadaya ibu adalah sesosok figur yang tak mungkin ku bantah tutur perintahnya. Hari pertama, aku sudah berkenalan dengan Dimas yang tak lain adalah teman sekamarku. Pertemanan ini berjalan sampai hari- hari selanjutnya hingga akhirnya aku dengan Dimas bersahabat. Dan karena dialah kisah ini ada.

Sudah 2 tahun aku menjalani perjalanan hidup dan berjuang melawan hawa nafsu. Banyak sekali yang sudah kulalui di pesantren. Euforia menjadi santri baru sudah kulalui dan yang tadinya aku terpaksa tapi saat ini aku mulai merasa betah. Aku dikenal sebagai sosok Umar yang pemberani dan pintar, baik itu di sekolah maupun di pondok. Di Aliyah aku selalu mendapat peringkat satu, dan aku senang bisa membuat ibu bangga walau kabarnya hanya bisa tersalur melalui telepon. Ya ... aku belum pernah pulang sekalipun, karena aku ingin benar- benar fokus menimba ilmu disini. Dan setiap aku tak pulang Dimas selalu setia menemaniku di pondok yang sepi karena waktu liburan itu.

Pada suatu saat waktu liburan pondok tiba. Seperti biasa aku dan Dimas tetap tinggal dengan sisa 5 orang santriwan lain yang tak pulang juga.

"Mar, kamu ngerasa bosan tak ? Kok aku bosan sekali ya ?!" tanya Dimas yang sedang berbaring.

"Biasa saja ah Dim. Makanya menghapal lah kau supaya setorannya cepat selesai. Katanya mau lanjut sekolah ke perguruan tinggi, ya berarti harus tamat ngaji di pondok dulu Dimas !" jawabku sambil menutup kitab Safinatunnajah.

"Hmm iya iya calon kiai ! Eh Umar, aku dengar di dekat pondok yang samping warung pak Kosim itu ada sebuah komunitas agama. Aku mau coba ikut ah, gratisss lagi. Kau mau ikut tak ?!" kata Dimas sambil mendekat.

"Komunitas apa ? Ga mau ah nanti sesat lagi hahaha !!!" guyonku.

"Ih ngga lah, kau ni ! Aku tahu dari seorang laki- laki yang sedang ngopi di warung pak Kosim kemarin. Dia mengajakku ikut komunitas itu, katanya InsyaAllah baguss Mar. Dekat kok Mar, hanya sekitar 1 Kilometer lah dari sini, kan lumayan mengisi kekosongan kita Marr!"

Akhirnya ku ikuti saran Dimas. Keesokan harinya aku dengannya diam- diam keluar pondok pukul 9 malam untuk mengikuti komunitas itu, katanya tidak boleh ada yang tahu kita keluar pondok malam hari, karena jika ada yang tahu pasti akan kena hukum. Tak terasa sudah 3 bulan aku dan Dimas setiap malam keluar pondok tanpa izin untuk mengikuti kajian komunitas agama yang bernama "LILLAH" itu. Hingga suatu hari saat kajian berlangsung aku merasa ada kejanggalan dalam kalimat yang diucapkan oleh pemimpin komunitas.

"Kita ini telah dipilih menjadi utusan Allah. Jangan sia- siakan kepercayaan-Nya untuk membela agama-Nya dengan hanya berdiam diri !. Negara kita dikenal dengan mayoritas umat Muslim. Maka dari itu kita harus tegakkan sistem pemerintahan Khilafah dinegeri ini. Kita harus bergerak dan jihad dengan sepenuh hati. Dan mereka yang diam saja pasti perusak agama Allah yang menjelma menjadi para ulama dan santri. Pembela agama Allah tidak akan berdiam diri menyaksikan dunia penuh kemaksiatan. Mari kita tegakkan agama Allah dengan cara menyingkirkan orang- orang lemah yang ada di pesantren itu terlebih dahulu,, kita hancurkan tempat ituu !!! "  (sambil menunjuk arah keluar) orasi ketua komunitas yang biasa dipanggil Kanjeng Ahmad itu

Saat itu sontak aku sangat terkejut mendengar Kanjeng Ahmad berkoar- koar menyatakan kalimat ambigu itu. Pesantren mana yang dimaksudnya ? Karena hanya pesantrenku yang ada di daerah sini. Mulutku melongo sambil melihat kanan kiri. Kenapa mereka diam saja dan malah santai mendengar itu semua ? Terutama Dimas yang berada di sampingku, dia malah terlihat khusyu sambil senyum- senyum menyaksikan Kanjeng Ahmad di depan.

"Dan sekarang, siapa yang bersedia sukarela dan ikhlas untuk menunaikan tugas jihad yang mulia ini ?" tanya Kanjeng Ahmad

Aku mengacungkan tangan, kemudian berdiri.

"Oh Umar anakku, kau bersedia nak ?!"

"Maaf Kanjeng aku sangat keberatan dengan semua ucapanmu tadi. Aku merasa ada yang salah. Menurutku pesantren adalah tempat yang suci, tidak seharusnya kau berkata seperti itu Kanjeng ! Dan lagipula negara kita ini dibentuk bukan hanya oleh orang- orang yang beragama Islam. Sedari dulu persatuan negara kita sudah dibentuk oleh Pancasila. Maaf saya kurang berkenan Kanjeng. " sanggahku.

"Astaghfirullah kau murtad Umar. Mereka itu hanya bersembunyi dibalik pesantren. Sebenarnya mereka adalah provokator pemecah belah umat Islam. Harusnya mereka bersatu dengan kita Umar, bersatu untuk membuat negeri ini Islam. Dan para kiai yang mengaku ulama sebagai pewaris para Nabi itu. Mereka BOHONGG !! Sejatinya akulah utusan Allah itu. HAHAHA !!!"

"Astaghfirullah ! Kau murtad Kanjeng MURTAD ! Dimas ayo kita pulang dan tinggalkan tempat sampah yang kotor inii !" kutarik tangan Dimas yang masih berdiam diri.

"Tidak Umar ! Aku ingin berada dijalan yang benar, aku ingin tetap disini Umar. Aku bosan hidup monoton di pondok. Aku nyaman di komunitas LILLAH ini. "

"Sudah sudahh Dimas, Umar. Sudahlah ! Tak sepantasnya kalian bertengkar. Dan kau Umar jangan pergi dulu, sebaiknya kau duduklah ! Kita bicara baik- baik. Bersyahadat dan istighfarlah supaya pintu hatimu dibukakan dan sadar bahwa ini adalah tempat yang mulia anakku !" potong Kanjeng Ahmad.

"Cuiihh ! NAJISSS !!! Tak akan ku injakkan kakiku ditempat ini lagi !!" caciku sambil pergi.

Akhirnya aku keluar dari komunitas menyimpang itu. Dan berjanji untuk tidak akan pernah kembali. Seminggu berlalu, aku dan Dimas tak saling sapa atau bahkan saling tanya.

Pada saat sedang wudhu, aku mendengar percakapan seniorku.

"Iya mas, aku pun pernah dengar ada komunitas sesat dekat pondok kita. Aku takut ada santri kita yang masuk komunitas itu."

"InsyaAllah ngga bakalan. Kan kemarin Kiai sudah menghimbau para santri untuk berhati- hati dan menjauhi komunitas itu. Awas saja kalau ada santri kita yang kesana !"

Ya Allah untung saja aku telah keluar dari Jahannam itu, tapi hatiku masih khawatir ada yang mengetahui aku pernah menjadi salah satu bagiannya.

Hari Jum'at, libur mengaji aku sedang tadarus al-Qur'an di masjid dan tiba- tibaa ...

"Umaarrr sini kau ! (sambil menarik tanganku)." bisik mas Hikam, ketua keamanan pondok.

Aku dibawanya menuju ruang pengurus dan diriung para senior.

"JAWAB JUJUR UMAR !!! APA KAU ANGGOTA KOMUNITAS LILLAH ?!" bentak mas Ilham, senior pondok.

Aku melongo sambil menggelengkan kepala.

"Ssttt pelan-pelan saja kau ini Ilham ! Trus ini apa UMAR ? Surat ini aku temukan didalam lemarimu!" tanya mas Hikam sambil mengangkat secarik kertas.

"Surat apa mas ?" Jawabku gemetar

"SURAT PERINTAH JIHAD. Dan di dalamnya dituliskan bahwa kau ditugaskan untuk mengebom pesantren ini." bisik mas Hikam

"Astaghfirullah" aku terkejut dan menelan ludah.

"HALAHHHH, pura- pura tak tahuu !" bentak senior sambil menamparku.

"Wallahi Mas aku tak tahu kenapa surat itu ada di lemariku. Me..meemang memang benar aku pernah bergabung dalam komunitas itu, tapi dulu, dan sekarang aku sudah bertaubat (sambil memegang pipi)." sebulir air keluar dari mataku.

"BOHONG !!! Kemarin aku lihat dia keluar diam- diam dari pondok malam hari mas. Pasti untuk pergi ke komunitas itu...." seseorang datang dari luar ruangan.

Dimaass ...

"SUMPAH DEMI ALLAH, aku melihat Umar memasuki tempat komunitas itu mas. Bahkan dia pernah mengajakku untuk ikut juga, tapi aku menolak." teriak Dimas

"Astaghfirullah Dimas. Tega- teganya kau memfitnahku."

"BANYAK OMONG KAU PENDUSTA. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN ADA SEORANG PUN YANG BERNIAT MENGHACURKAN PESANTREN TERCINTAKU INI !!" teriak mas Faris.

BOOMM ... Sebuah bogem dari mas Faris menimpa pipiku, disusul puluhan bogem lainnya. Akhirnya pandanganku kunang- kunang dan ...

"PENGKHIANAT !! PENGKHIANATT !!"

Mataku terbuka, pusing sekalii. Kudapati aku telah berada di aula pondok yang riuh oleh teriakan- teriakan dan diriung oleh sangat banyak santri. Aku diseret oleh dua orang yang tak tahu itu siapa karena hanya sebelah mataku yang bisa melihat jelas. Kemudian aku dihentikan lalu dilempar ke arah kaki orang yang berdiri didepanku. Aku mendongak. Pak Kiai ...

"Kenapa kau melakukan ini Umar ? Padahal aku telah mempercayaimu. Yang aku tahu kau adalah anak yang pintar dan baik. Aku pun mengenal ibumu, dia alumni pondok ini dan perempuan yang jujur dan berbakti. Tapi ternyata aku.. akuu telah gagal mendidikmu Umar. Maafkan aku, aku harus mengeluarkanmu dari pondok ini. Maafkan akuu ...." Kata Kiai lirih

Air mata mengalir sangat deras dari pipiku. Aku tak bisa berkata apa- apa. Batinku sesak. Pikiranku gelap. Kiai meninggalkan tempat itu dan selanjutnya hanya tersisa teriakan- teriakan sangat kencang. Aku diseret lagi, entah kemana. Tapi kali ini orang- orang yang sangat banyak itu meneriaki dan memukuliku.

"PENGKHIANAT ... PENGKHIANAT ! ... MAJNUN KAU UMARR MAJNUN !"

"DASAR TAK PUNYA OTAK KAU BIADAB !!!"

Astaghfirullah, lirihku saat puluhan batu menimpaku. Aiihhh ... aku meringis kesakitan. Luar biasa Ya Allah, seseorang menginjak dengan keras kakiku yang sebelah kiri.

"KELUAR KAU DARI TEMPAT SUCI INI PENGKHIANAT !"

Tubuhku lunglai. Ternyata aku dibawa keluar gerbang pondok. Aku diusir dari pesantren. Ibu, anakmu diusir. Kemana aku harus pergi Ya Allah ?. Perlahan aku bangkit lalu kupandangi gapura pondok pesantren yang selama ini telah memberikan banyak pelajaran hidup padaku. Hingga kemudian akupun berjalan perlahan sambil menahan pedihnya hati dan kaki kiriku. Entah kemana kaki pincang ini akan melangkah. Aku hanya berjalan dengan kognisi yang kosong dan hampa. Pada akhirnya langkahku terhenti di sebuah danau.

***

Hampir tak terlihat sinar surya disebelah barat itu. Sudah berjam- jam aku duduk di danau ini, dan senja pun telah berakhir. Hatiku sepi. Mataku berat. Aku tak tahu harus kemana dan bagaimana. Aku tak mau pulang dan mengecewakan ibu, perempuan yang amat kusayangi itu. Aku tak pernah membayangkan peristiwa ini datang dalam hidupku. Sampai larut malam aku tak menemukan secercah cahaya dimalam ini. Hingga akhirnya aku tertidur di rerumputan dengan diselimuti angin yang sangat mencekam. Aku terbangun. Akupun bangkit dan membasuh wajahku. Lalu ku berpikir akan berbuat apa. Dan akhirnya aku menyimpulkan satu hal. Aku harus bertindak. Mereka harus membayarnya. Ya ! Akhirnya kuputuskan. AKU AKAN BALASKAN DENDAMKU !

Seminggu telah berlalu. Enam hari telah membuat tubuhku pulih kembali, walaupun kakiku menjadi pincang. Sudah kuputuskan hari ini aku datang ketempat itu lagi. Bismillah kubuka pintu itu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salaam."

"Hai Umar ! Aku tahu kau akan kembali anakku. Ternyata Allah telah memberi hidayah padamu dan membukakan pintu hatimu, kesini nak !" sambut hangat Kanjeng Ahmad lalu memelukku.

"Aku bersedia menjalani tugas itu Kanjeng." bisikku padanya sambil tersenyum.

Keesokan harinya akan kuluahkan dendamku pada orang- orang yang telah membuatku seperti ini. Hari Jumat 20 April, tepat pada hari ulang tahunku yang ke 18 semua akan berakhir. Penderitaanku akan punah terbayar. Perlahan kupakai baju berisi atom- atom hidrogen yang mematikan itu, dan ditangan kananku ku genggam alat pengendalinya. Sebersit bayangan ibu menari- nari diotakku. Masih kuingat nasihat terakhir beliau melalui telepon sebulan lalu, "Umar, kau harus menjadi seorang yang gagah dan pemberani. Ibu memberi nama Umar supaya kau menjadi mujahid Allah yang berani. Tak takut mati dijalan Allah . Terimakasih selama ini telah menuruti segala nasihat ibu dan telah membanggakan ibu dengan segala prestasimu di pesantren, Nak. Teruskan perjalanan hidupmu Umar. Sebulan lagi kau ulang tahun. Jadilah dewasa dan ukirkan kisah yang indah untuk ibumu dan cepatlah pulang, Nak. Ibu rindu padamu !"

Maaf ibu, aku pulang terlebih dahulu. Terimakasih telah melahirkanku ke mayapada ini dan memberi nama Umar padaku. Aku tak ingin hidup menjadi seorang yang pengecut. Mudah- mudahan kau ridho atas jalan yang akan kutempuh ini ibu. Walaupun berat rasanya aku harus meninggalkanmu. Aku akan mengukir kisahku atas nama-Mu Ya Allah. Setiap hembusan napasku hanya untuk-Mu. Malam ini aku jihad dijalan-Mu. Bismillah Laa haula walaa quwwata illa billah.

Laa ilaa ha illallah Muhammadurrosulullah, aku bacakan dalam hati. Ku langkahkan kakiku atas nama-Mu dan kumasuki tempat itu. Mereka sedang berkumpul dan aku bisa melihat Dimas saat itu.

Sontak mereka berteriak "UMAARRR !!!"

DUAAARRRRRRR ......

*****

PROLOG

"Mas Hikam, mas Hikamm !! Lihat berita TV mas !" teriak Ilham

"Ada apa Ham ?"

"Tempat itu maass , tempat komunitas itu telah dibom oleh seseorang !"

Kemudian para santriwan itu menyetel TV dan menonton berita utama yang berjudul "SI PINCANG SANG TEROSRIS". Dan disitu terpampang foto seorang lelaki yang disebut pelaku utama.

"Umaarr ...."

Mereka spontan langsung datang ke TKP, disana sudah sangat ramai polisi dan para warga. Ketika mas Hikam melirik kebawah dia melihat seonggok kepala yang terpasang ikat kepala lambang komunitas itu dan sontak beristighfar. "Astaghfirullah Dimasss ...."

TAMAT

Salam,

SSA & RAH

Continue Reading

You'll Also Like

63.5K 2.9K 38
Collection of Indian short stories.
96.9K 1.3K 23
αž˜αžΎαž›αž’αŸ„αž™αž€αžΆαžšαž‘αž‘αž½αž›αžαž»αžŸαžαŸ’αžšαžΌαžœαŸ” πŸ”ž
29.3K 1.9K 60
Ghar se thay chale Toh yeh baat ho gayi 🎢🎢 Nazarein aise jo takra gayiiiii Ke hume aashiqui aa gayi 🎢🎢 Collection of Short Stories......
870K 15.2K 25
its an village story mature story (18+) _________________________________________ Rashmi - ahhhmmmm ..ummm...sarkar Aditya - arrgg Jaan moan for me ...