Pagi itu Pak Sudana mendapat pesan dari Bu Wira kalau Bu Wira tidak bisa ke rumah warisan orang tuanya untuk beberapa hari karena harus mendampingi suaminya tugas ke luar kota. Pak Sudana kemudian tersenyum, berarti tinggal bagaimana membuat rencana agar Wisnu yang masih terkunci dalam kamar mandi di kamar tempat dia berada sekarang dikeluarkan dan diamankan. Setelah membaca pesan dari Bu Wira, Pak Sudana kemudian rebahan kembali. Frans yang berada disampingnya membuka matanya dan kemudian menyapanya.
"Selamat pagi, Om Sayang."
Pak Sudana tertawa. Ibunya Frans memanggilnya Pak Sayang dan anaknya memanggilnya Om Sayang.
"Selamat pagi, Frans. Kamu sekolah hari ini?"
"Enggak, Om, lagi libur. Tapi ada tugas nanti siang, sekarang mau disini dulu sama Om Sayang."
Pak Sudana kemudian menarik kepala Frans dan kemudian menaruhnya di dadanya.
"Masih ngantuk? Kalo masih ngantuk, tidur lagi. Om ngga kemana-mana kok."
Frans tersenyum kemudian memejamkan matanya. Tangannya mengelus-elus putting Pak Sudana lalu turun meraba ke perutnya Pak Sudana. Pak Sudana mendesah. Tangan Frans terus turun ke kontolnya Pak Sudana. DIremasnya perlahan kontol Pak Sudana. Perlahan kontol itu mulai menegang. Sementara Pak Sudana merasakan kontol Frans yang menempel pada tubuhnya pun mengeras.
"Eh, pagi-pagi kok udah nakal?"
Frans tak menjawab. Mulutnya kemudian mulai mencium dan menjilat putting Pak Sudana.
"Aaaahh ... Anjiiinggggg .. Fraaanssshhh ... Ssshh .. Aaahh.... Oooohhh .... "
Pak Sudana kemudian mendorong tubuh Frans dan menindihnya. Diciumnya bibir Frans dengan penuh nafsu setelah itu mulutnya turun ke putting Frans. Digigitnya putting itu dan dihisapnya.
"Oooohh .. Aaaarrgghhh ... Ommmm Ssayaaaaannggghhh ... Euuuhhh .. Teruuussshh ... Ooomm .. Teruuussshh ... Aaahhh ... Oooommhhh ... Entoootttt Fraaanssshhh sekaaraaaangggghh Ooommh .."
Pak Sudana masih memainkan mulut dan lidahnya di putting Frans bergantian kiri dan kanan. Lalu diambilnya bantal dan ditaruhnya bantal tersebut di bawah pantat Frans.
Pak Sudana kemudian membasahi kontolnya yang sudah berdiri dengan sempurna dengan ludahnya beberapa kali lalu setelah itu diarahkannya kepala kontolnya itu ke lubang pantat Frans. Didorongnya kontolnya sampai masuk semua.
"Hoaaaaahhh .... Njiiinggghhh ... Memekk kamuuuhhh lebih angeett dari memeeekkh mama kamuuuhh Fraaaannsssh .... Euuuhh ... Sssshhhh ... "
"Ooohh ... Aaahhh ... Ooommm Sayaaannggghhh sakiittthhh ... Aaahhhh pelaaaannn ooommmm ... Pelaaaannnhhhh ... "
Pak Sudana kemudian mulai menggenjot pantatnya maju mundur. Tubuhnya yang berkeringat membuat Frans semakin gila melihatnya. Diremasnya dada Pak Sudana, dimainkannya tangannya di putting milik Pak Sudana.
"Heeeeuuhhh .... Arrrgghh .... Anjiiinggghhh iniiii memeeekkkhh enaaakk bangettthh ... Aaahh aaahhh ... Bikin pengen genjot kamuuhh teruusssshh ... "
"Genjootttthh teruusssh ooomm .. genjoottthhh ... Memeeekkh ini punyaaa ooom .... Aaaaahhh ... Iseephh putinggg Fraaanssssh ooomm ... Gigittthh ... Aaahhh ... "
Keduanya saling mengimbangi dalam permainan pagi itu dan keduanya sudah banjir dengan keringat.
"Hooohhh .... Kamuu sexy sekali Fraaanssshh ... Aaahhh oom sukaaaaahhh badan kamuu keringatan giniiihhh .... Ooohh ..."
Beberapa kali kontol Pak Sudana menyentuh sesuatu di dalam pantat Frans yang membuat Frans akhirnya tak bisa lagi menahan.
"Oooommm ... Aaahhhh ... Fraaannssshhh keluaarrrrhhhh ... Aaahhh Oommm .... Ooommm .... Fraannssshh mmaauu jadii istriii Ooommm Sayaaannggghh .. Ngentooootttttttt anjjiiinggghhh enaaakkhhh keluaaarrrr .... "
Kontol Frans menyemburkan air mani yang cukup banyak pagi itu membasahi perut dan dadanya, kedua tangannya meremas dada Pak Sudana.
Pak Sudana yang merasakan kontolnya seperti dipijat pijat dan dijepit dengan keras tak kuasa juga membendung rasa untuk segera mengeluarkan air maninya.
"Fraaaanssshh .... Bangsaaaattthhhh anaaaakk bauu kencuurrrrrhhh bikin om enaaaakkhhh .. Aaahhh aaaahhh ... Anjiinggggg ... Om juga keluarrrrhhhh ... Aarrgggghhh ... Peju om buaatthh bikiiinn anaaakkk iniii ... Aaaahhh ... "
Pak Sudana menghentakkan kontolnya berkali kali di pantat Frans. Dari lubang pantat Frans keluar air mani milik Pak Sudana yang cukup banyak.
Keduanya terengah-engah. Pak Sudana menatap Frans yang sedang tersenyum, lalu diciumnya dahi Frans setelah itu diciumnya bibir Frans dengan penuh rasa. Frans membalasnya. Lama keduanya berciuman.
Pak Sudana kemudian menarik kontolnya dari pantat Frans.
"Terima kasih, Om. Frans puas banget."
"Kamu emang anjing yaa, Frans, bikin Om pagi pagi lemas."
Frans tertawa. Lalu dia bangkit dari tempat tidur.
"Mau kemana?"
"Mandi, om. Mau ngerjain tugas abis itu biar bisa balik lagi sini ketemu om sayang. Om ngga mau mandi bareng sama Frans?"
Pak Sudana tertawa.
"Sana kamu ke kamar mandi kamar sebelah. Nanti om nyusul."
Frans yang masih telanjang bulat lalu berjalan keluar kamar menuju ke kamar mandi kamar sebelah.
Setelah dirasanya Frans sudah berada di kamar mandi sebelah. Pak Sudana kemudian mengambil telepon tangannya. DIkirimkannya pesan melalu WA ke Dimas dan Yoga.
'Yang, ada urusan mendadak. Penting. Tidak akan pulang 3 hari. Yoga sudah saya minta untuk stand by selalu dekat kamu.'
Setelah itu Pak Sudana mengirimkan pesan kepada Yoga.
'Masih disini. Tidak bisa pulang dulu. Jaga Dimas. Kamu tidur di kamar saya dan Dimas saja. Saya percaya sama kamu. Jadwal nanti saya atur sama Lutfhi.'
Setelah itu Pak Sudana berjalan ke kamar mandi di dalam kamar tempat ia berada. Ditempelkannya kupingnya ke pintu. Hanya ada suara erangan kecil lalu setelah itu tak ada lagi suara.
Pak Sudana kemudian berjalan ke luar kamar dan menyusul Frans di kamar mandi sebelah.
Dimas keluar dari kamar mandi, setelah membersihkan diri, dilihatnya telepon tangannya lampunya menyala tanda ada pesan masuk, lalu dibukanya pesan tersebut yang ternyata dari Pak Sudana. Setelah membaca pesan tersebut dia menarik napas. Antara senang karena Pak Sudana tidak pulang dan dia bisa menghabiskan waktu bersama Yoga tapi disisi lain dia semakin bertanya-tanya ada urusan apakah yang sedang diurus oleh Pak Sudana sehingga sampai tidak pulang.
"Kenapa, Beb?"
Yoga bertanya dari pintu kamar, dia baru saja ke depan mengambil rokoknya. Dengan rokok yang menyala dan masih telanjang dia berdiri dipintu kamar. Dimas kemudian menghampir Yoga. Mencium bibir Yoga lembut.
"Enggak apa-apa. Pak Sudana ada urusan penting kayaknya, dia ngga pulang selama tiga hari. Mas Yoga disini kan? Ngga akan kemana-mana?"
Yoga tertawa.
"Iya, gue juga dapat pesan dari Pak Sudana suruh stand by dekat lo terus, beb. Khawatir kayaknya dia lo diapa apain sama orang."
Dimas tertawa.
"Kadang yaa, Pak Sudana itu suka berlebihan. Over protective."
"Lo berangkat kerja jam berapa? Udah siang lho ini."
"Iya, Mas Yog, ini mau siap siap terus ke kantor. Tadinya mau kerja dari rumah aja tapi ada meeting sama tim dari Jepang. "
Yoga mengangguk.
"Ke kantor aja, selesai meeting lo balik kalo memang mau balik. Gue nggak kemana-mana kok. Gue disini."
"Mas Yog libur?"
Yoga kembali mengangguk.
"Ya udah, Mas Yog tidur aja disini, ngga usah di ruang tamu. Tirainya ngga usah dibuka, biar aja, lebih enakan tidur gelap kan?"
"Lebih enak itu tidur gelap dan ada yang meluk, beb."
"Halaaaahh ... Maunya. Udah ah, bahaya ini pembicaraan sudah menjurus bisa bisa ngga ke kantor urusannya."
Yoga tertawa terbahak-bahak. Dia lalu berjalan ke arah Dimas yang sedang membuka lemari baju, dipeluknya Dimas dari belakang.
"Wangi, beb, hmm ... "
"Eeeeehh .. Hussshhh .. Sanaaa, Maaass, bahaya"
Tak lama kemudian setelah rapi berpakaian, Dimas kemudian keluar dari rumah tanpa ditemani Yoga. Dinyalakannya mesin mobil lalu dibukanya gerbang. Setelah itu ia masuk ke dalam mobil dan mengeluarkan mobilnya tersebut. Tanpa disadari olehnya seseorang mengintip dari jendela kamar utama di rumah utama.
Setelah menutup pintu pagar, mobil Dimas pun melaju bergabung dengan kemacetan menuju kantor.
Yoga kemudian memakai celana basketnya. Setelah itu ia keluar dari pavilion dan berjalan ke arah rumah utama. Dibukanya pintu depan rumah utama lalu setelah masuk ditutupnya kembali dan dia berjalan ke kamar utama, dibukanya pintu kamar utama tersebut perlahan. Yoga tak jadi masuk, pemandangan dalam kamar utama tersebut membuatnya tertegun.