Setelah Kiyoshi menurunkannya di depan mansion usai pulang dari dokter, Tetsuya langsung pergi menuju ruang kerja Akashi Masaomi.
Dia tahu pasangan suami istri itu akan ada di sana saat ini, Entah itu melakukan suatu pekerjaan atau hanya bersantai menikmati waktu mereka berdua .
Setelah terdiam beberapa saat. Akhirnya Tetsuya menemukan keberanian untuk mengetuk pintu.
"Ya, masuk."
Jawaban itu adalah yang dia dengar dari dalam ruangan.
Tetsuya dengan lembut membuka pintu dan dia melihat Shiori dan Masaomi duduk di sofa, tertawa atas apa yang ditunjukkan sang suami pada Shiori di Ipad-nya. Wanita cantik itu memperhatikan bahwa wajah Tetsuya telah berwarna kemerahan dan ada bekas air mata di sudut pipinya.
Merasa sangat khawatir, dia berdiri dan mendekati Tetsuya.
"Sayang, ada masalah apa? Apa yang dikatakan dokter?"
Shiori bertanya pada Tetsuya dengan suara khawatir.
Mendengar begitu banyak kekhawatiran dan kasih sayang dalam suara Shiori, Tetsuya mulai menangis lagi. Rasa bersalah membasuhnya. Orang-orang ini tidak menunjukkan apa-apa selain cinta sejak dia mulai bekerja untuk mereka.
Dan inilah cara dia membayar kebaikan mereka, dengan tidur dengan putra mereka dan hamil.
"Tidak Shiori-sama, semuanya baik-baik saja. Saya hanya terkena flu dan dokter sudah memberi saya beberapa obat."
Kata Tetsuya. Dia setengah berbohong, karena yang di berikan dokter adalah vitamin kehamilan bukannya obat seperti yang dia katakan.
" Tetsuya, kau membuatku takut."
Ucap Shiori merasa lega setelah itu dia memegang tangan Tetsuya di tangannya dan mereka berdua duduk di sofa lain yang menghadap Masaomi .
"Lalu mengapa kau menangis jika semuanya baik-baik saja atau ada sesuatu yang tidak kau katakan padaku?"
"Hmm.. iya. Saya hanya ingin memberitahu bahwa saya tidak akan akan bekerja di sini". Jawab Tetsuya lirih.
Shiori sangat terkejut dan kecewa pada saat bersamaan. Dia sangat menyayangi Tetsuya dan dia juga tidak gagal untuk melihat percikan api yang terjadi antara dia dan putranya, Seijuurou.
Dia tahu ada semacam chemistry di antara mereka yang berusaha mereka tepis, dan dia berharap Putranya akan berhenti menjadi pengecut dan mendekati Tetsuya suatu hari nanti. Sampai beberapa minggu yang lalu ketika Putranya mulai bertingkah aneh dan dia bersikeras ingin pergi untuk mengejar gelar Masternya .
Dia hanya tidak tahu bahwa mereka berdua telah melanggar batas.
"Tetsuya?, Shiori memanggil namanya. Memintanya untuk saling berhadapan .
"Lihat aku," Shiori memerintahkan Tetsuya untuk menatap matanya .
"Apakah ada yang membuatmu merasa tidak nyaman di sini? Kau tahu, kau selalu bisa bicara padaku tentang apa saja".
"Tidak nyonya. Hanya saja ibuku sakit dan dia tidak punya siapa-siapa untuk merawatnya."
Shiori masih merasa Tetsuya menyembunyikan sesuatu. Tetapi dia tidak bisa memaksanya untuk tetap bertentangan dengan keinginannya. Dia segera menarik Tetsuya ke pelukan dan berbisik ke telinganya.
"Aku akan merindukanmu Tetsuya. Sangat. Jika kau butuh sesuatu jangan lupa untuk memanggilku. Kau mengerti kan ?".
Kata Shiori dengan senyum sedih terpampang di wajahnya. Tetsuya tidak bisa menahan air mata yang kembali mengalir di pipinya.
"Hormon sialan." Pikirnya dalam hati. Karena tak berdaya melawan emosinya.
Shiori melepaskan pelukan dan menggunakan ibu jarinya untuk menghapus air mata Tetsuya yang masih berlinang .
Sementara Tetsuya dan Shori mengucapkan salam perpisahan, Masaomi mengeluarkan buku ceknya, menulis sejumlah uang dan menyerahkannya kepada Tersuya. Tetsuya menerima cek itu kedua mata yang sudah besar kini menjadi selebar piring.
"Jangan kaget seperti itu Tetsuya. Kau telah menjadi anak yang sangat baik dan telah melayani keluarga ini dengan baik. Jadi selain dari gajimu, kau dapat menggunakan sisanya untuk merawat ibumu".
"Terima kasih banyak Akashi-sama. Terima kasih. Saya sangat menghargai pemberian Anda."
Kata Tetsuya terharu. Masaomi hanya tersenyum pada Tetsuya dan memeluknya. Dia juga menyayangi Tetsuya seperti anaknya sendiri. Dia juga sebenarnya tidak rela jika Tetsuya harus pergi. Tapi itu adalah keputusannya dan mereka harus menghormatinya .
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Masaomi, Tetsuya pergi ke kamar pembantu dan mulai mengemasi barangnya. Beruntung baginya, dia tidak punya banyak barang sehingga dia bisa berkemas cepat dan semua pakaiannya bisa masuk ke dalam koper pemberian Shiori yang besar.
Setelah berkemas, Dia mengucapkan selamat tinggal kepada pelayan lain, berjalan-jalan terakhir di sekitar mansion, dan melanjutkan ke mobil yang menunggunya di depan halaman Mansion Akashi. Masaomi telah meminta Kiyoshi untuk mengantarnya ke stasiun bus.
Setelah memasukkan kopernya ke dalam bagasi, ia masuk ke kursi penumpang. Namun ketika hendak menutup pintu, Seseorang meneriakkan namanya.
Tetsuya melihat ke arah suara itu dan melihat Hana adik perempuan Seijuurou berlari ke arahnya. Dia turun dari Mobil dan mendekati Hana yang baru saja kembali dari sekolah.
Hana saat ini berada di tahun terakhirnya di sekolah menengah. Dia sangat dekat dengan Tetsuya dan dia satu-satunya yang tahu kalau kakaknya menyukai Tetsuya.
Dia dulunya adalah perantara di antara mereka berdua sampai suasana menjadi canggung antara Tetsuya dan kakaknya. Tentu saja, Dia tahu mereka sudah bercinta. Jadi dia juga sama terkejut dan bersedih di saat bersamaan ketika mengetahui Tetsuya akan pergi .
"Tolong Tetsuya , Jangan bilang kau akan pergi. "
Hana bertanya memandang Tetsuya dengan penuh harap dengan mata cokelatnya yang besar.
"Hana-chan, aku harus". Tetsuya menjawab dengan pelan.
"Apakah itu karena kakakku?" Tanya Hana dengan kecewa. Membuat Tetsuya tersentak . Mereka berdua terdiam untuk sementara waktu dan dia kemudian berbicara.
"Tidak Hana-chan, kakakmu tidak ada hubungannya dengan ini. Aku hanya.... aku harus pergi Hana-chan. Ibuku membutuhkanku". Kata Tetsuya dengan meyakinkan.
Hanya Hana yang tahu tentang kondisi jantung ibu Tetsuya. Dia memeluk Tetsuya dengan erat.
"Jaga baik-baik ibumu. Aku akan merindukanmu". Ucap Hana sambil terisak. Tetsuya mengusap punggungnya berharap bisa menghiburnya.
"Begitu juga denganku , aku juga akan merindukanmu".
"Jangan lupa meneleponku jika waktu". Ujar Hana mengingatkan.
Tetsuya terkekeh kecil.
"Jangan khawatir, aku akan melakukannya ".
Jawabnya. Meskipun dalam hati dia berpikir mungkin dia tidak akan pernah melakukannya.
Tetsuya mengambil tangan Hana untuk menggenggamnya dan kemudian berbisik, "Tolong Jaga kakakmu. Sebenarnya aku tidak tahu mengapa dia sangat membenciku" -Tetsuya sudah hendak menangis, mengingat kelak dia menggendong anaknya tanpa Seijuurou. -dia melanjutkan " Hana-chan tolong pastikan dia bahagia ".
Hana sekali lagi memeluk Tetsuya dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan melakukan apa yang dikatakannya. Tetapi dia menolak untuk percaya bahwa Tetsuya hanya pergi untuk merawat ibunya. Dia bertekad untuk mencari tahu apakah ada alasan lain di balik kepergiannya.
🍁
🍁
🍁
Bus berhenti setelah sampai di halte sebuah kota kecil yang jauh dari Tokyo. Tetsuya turun dengan membawa koper di tangannya. Dia tidak menyadari betapa dia merindukan kota asalnya sampai dia benar-benar sampai di sana.
Membawa koper kulitnya yang besar , Dia mulai berjalan menuju rumahnya yang hanya berjarak sekitar 9 menit berjalan kaki dari halte bus. Ketika dia sampai di depan sebuah rumah bercat biru dan putih yang dikelilingi pohon yang menyejukkan juga ada tanaman bunga yang ditanam ibunya di depan pagar , dia melihat bahwa lingkungan di sekitarnya tidak banyak berubah. Dia mengetuk dan pintu terbuka menampakkan sosok ibunya.
Kuroko Tetsuna, seorang wanita berusia 44 tahun yang memiliki warna rambut yang sama dengan dirinya mengenakan gaun biru panjang dan rambutnya dikuncir. Tetsuya memperhatikan bahwa ibunya telah kehilangan begitu banyak berat badan. Gaun yang dia kenakan bahkan tampak seperti karung di tubuhnya.
Menjatuhkan tasnya di lantai di samping pintu, Dia memeluk ibunya erat-erat. Ibunya juga membalas pelukannya.
"Tetsuya anakku", kata Tetsuna sambil mengusap punggung anaknya.
"Aku merindukanmu." Dia berbisik dalam pelukan.
"Aku juga merindukan ibu." Balas Tetsuya .
Dia menarik diri dari pelukan dan menatap wajah wanita yang telah melahirkannya .
"Ibu terlihat kurus. Apakah ibu tidak makan dengan baik?" Tetsuya bertanya prihatin. Ibunya itu hanya tersenyum dengan pertanyaannya.
"Ibu makan dengan baik sayang. Kurasa itu wajar saja bagiku kehilangan sedikit berat badan dengan kondisiku sekarang. Kau tidak membawa kopermu masuk dan katakan pada ibu bagaimana kabarmu?" Ujar ibunya memerintahkan agar meletakkan barang bawaannya di dalam.
Tetsuya melakukan apa yang ibunya katakan. Dia menyeret kopernya ke ruang tamu dan meletakkannya di samping sofa, kemudian dia menutup pintu. Rumah mereka tidaklah besar , hanya sebuah bangunan yang kecil namun sangat nyaman. Rumah dengan dua kamar tidur dengan ruang tamu kecil dan dapur yang terletak di sudut kecil bangunan, juga kamar mandi yang disatukan dengan toilet. Itu adalah rumah peninggalan mendiang ayah Tetsuya .
"Tetsuya, duduklah di sini".
Tetsuna memberi isyarat agar Tetsuya duduk di sebelahnya. Mengalihkan perhatiannya ke anaknya, Dia tahu ada sesuatu yang sebenarnya salah. Anaknya itu tidak akan pulang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
"Apakah ada yang ingin kau katakan padaku"?
Tetsuya menghela nafas, dihembuskan perlahan . Ibunya adalah orang yang paling mengenalnya sehingga dia tahu jika Tetsuya mulai berbohong.
"Aku berhenti bekerja untuk keluarga Akashi". Dia berkata tiba-tiba.
Awalnya Tetsuna tidak pernah ingin anaknya bekerja sebagai pelayan. Dia ingin Tetsuya kuliah dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Tetapi sejak suaminya meninggal ketika Tetsuya berusia 10 tahun sangat sulit bagi mereka untuk hidup dengan layak. Dia melakukan yang terbaik dengan melakukan 2 pekerjaan per hari karena dia menginginkan masa depan yang lebih baik untuk Tetsuya. Sampai dia jatuh sakit dan tidak bisa lagi bekerja.
Pada saat itu Tetsuya telah menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Sebagai anak yang keras kepala, Tetsuya memutuskan untuk mengambil pekerjaan sebagai pelayan . Awalnya ibunya menentangnya tetapi Tetsuya akhirnya membujuknya. Dia mengatakan kepada ibunya bahwa dia ingin menggunakan uang itu untuk kuliah, tetapi jauh di lubuk hatinya dia ingin menggunakannya untuk operasi ibunya. Baginya, ibunya adalah prioritas utamanya.
"Kenapa ? Apakah mereka memperlakukanku dengan buruk ?"
Tetsuya menggeleng.
"Tidak ibu mereka sangat baik, Hanya saja aku berfikir bahwa ... "
Sebelum Tetsuya dapat melanjutkan lebih jauh, Dia tiba-tiba merasa mual dan langsung berlari ke kamar mandi. Setelah mengeluarkan isi perutnya membuatnya merasa pusing mengakibatkan dia harus terduduk di lantai. Tak lama kemudian Ibunya masuk ke kamar mandi membantunya berdiri, menyiramkan air ke wajahnya dan membantunya membilas mulutnya, setelah itu dia membuat Tetsuya duduk di tepi bak mandi, lalu dis duduk di samping anaknya .
Jauh di lubuk hati, Tetsuna tahu jika anaknya mengandung . Dia memandang Tetsuya dengan ekspresi sedih di wajahnya dan Tetsuya menangis sejadi-jadinya dengan perasaan sangat bersalah.
"Ibu, aku minta maaf". Tetsuya meminta maaf sambil menangis. Ibunya membawanya kedalam pelukan . Sejujurnya hatinya juga seperti teriris melihat kondisi Tetsuya seperti itu.
"Aku tahu ibu sangat kecewa padaku. Maafkan aku".
Tetsuya merasa sangat bersalah karena telah mengecewakan ibunya . Dia merasa menjadi anak yang tidak berguna . Dia melanggar janjinya sendiri untuk membuat ibunya bahagia.
Tetsuya menjelaskan kepada ibunya semua yang terjadi antara dia dan Seijuurou , bagaimana dan mengapa dia mengundurkan diri dari keluarga Akashi.
Setelah mengatakan semuanya Tetsuya kembali menangis . Menumpahkan semua perasannya yang dia pendam di dada ibunya.
"Tetsuya, lihat aku,"
Ucap sang ibu sambil mengarahkan wajah wajah Tetsuya agar melihatnya. Menangkup wajahnya dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menghapus air mata anaknya.
"Kau adalah anakku selamanya akan menjadi bayiku dan aku tidak bisa marah padamu. "
"Sayangku, Apa yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Kau harus berhenti membenci dirimu sendiri. Kau harus melepaskan masa lalu dan fokus pada masa sekarang".
"Ingat, kau tidak sendirian. "
Ucapnya sambil meletakkan tangannya di perut Tetsuya .
"Kau memiliki anak yang tumbuh di dalam dirimu. Cucuku bergantung padamu Tetsuya. Kau harus kuat untuk dia dia."
Tetsuya tidak bisa menahan haru sekaligus kegembiraannya ketika dia mendengar ibunya menyebut anaknya yang belum lahir sebagai cucunya.
Dia menarik ibunya kembali ke pelukan erat.
"Terima kasih, Bu. Terima kasih banyak karena tidak membenciku ". Kata Tetsuya yang kembali menangis. Sementara ibunya mengusap kepalanya dengan penuh sayang.
"Siapa aku sehingga punya hak untuk membencimu sayangku. Tidak ada yang sempurna di dunia ini".
Setelah mengucapkan kalimat itu dia memberi Tetsuya ciuman di dahinya. Membuat Tetsuya menjadi sedikit lebih tenang. Setidaknya dia masih memiliki ibunya yang begitu menyayanginya . Dia tidak akan sendirian saat menghadapi kehamilannya nanti.
"Kau perlu makan sesuatu sayang, cucuku pasti lapar. " Tetsuna berkata saat berdiri sambil menarik Tetsuya bersamanya.
"Mandi saja dan aku akan makan malam untuk kita, oke".
Kata Tetsuna saat dia keluar dari kamar mandi. Tetsuya menganggukkan kepalanya .
Setelah mandi sebentar , Tetsuya melihat dirinya di cermin dan membelai perutnya yang masih rata. Sebush senyum tampak di bibirnya. Meskipun dia baru hamil satu bulan, dia sudah menyayangi bayi yang tumbuh di dalam dirinya.
"Mama mencintaimu, sayang."
Monolog Tetsuya kepada anaknya yang belum lahir. Benar kata sang ibu. Mulai sekarang dia akan fokus menatap masa depannya . Dia akan melupakan masa lalunya dan memulai semua dari awal. Dia akan berusaha dengan keras agar dapat merawat dan membesarkan anaknya dengan baik . Tujua hidupnya sekarang adalah anaknya dan sang ibu. Dia bersumpah akan membuat mereka bahagia .
Setelah makan malam, ibu dan anak itu sempat bercengkrama sebentar . Tetsuna memberitahu Tetsuya dengan apa yang telah terjadi selama dia bekerja dan tidak pulang ke rumahnya. Tetsuya juga mengaku kepada ibunya tentang pekerjaannya, bahwa dia menabung untuk biaya operasi dan bukan untuk kuliahnya. Karena itu, dia memberi tahu ibunya bahwa mereka akan pergi ke rumah sakit pada hari berikutnya. Mendengar hal itu membuat Tetsuna sangat bangga pada anaknya .
Kemudian dia bertanya kepada Tersuya apakah dia berniat memberi tahu Seijuurou tentang anaknya ? Tapi Tetsuya mengatakan dia tidak berpikir begitu. Seijuurou sangat membencinya dan dia tidak yakin Seijuurou menginginkan sesuatu yang dilakukan dengan bayinya.