Save Me

By jeonruu

20.5K 3.2K 732

Jungkook dan Yoojung. Mereka berdua sama-sama terluka. Mereka berdua sama-sama ingin mengakhiri hidup. Berte... More

P R O L O G
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37. EPILOGUE [1]

15

696 120 50
By jeonruu

Rumah ini cukup sederhana. Berada di lingkungan yang terlihat tenang dan nyaman. Begitu melangkahkan kakinya memasuki rumah wali kelasnya itu, Yoojung berhenti mengamati sekeliling ruangan.

Lemari kaca dengan jejeran koleksi mobil-mobilan dan beberapa miniatur kecil kendaraan seperti sepeda motor dan sebagainya berjejer rapi, bersanding dengan pot-pot bunga kecil dan juga beberapa pigura yang menampakkan sosok bocah cilik yang Yoojung yakini adalah foto masa kecil gurunya.

Rumah ini benar-benar tertata rapi, khas sekali dengan Jungkook yang memang selalu memakai setelan jas rapi. Ciri khas lelaki yang mendambakan kesempurnaan.

Kak Taehyung juga sama rapinya seperti rumah ini. Namun ada yang berbeda. Apa ya?

Ah, benar. Melihat bagaimana Kak Taehyung menata kamarnya, di sana menyisakan banyak sudut kosong, tidak terlalu banyak hiasan seperti miniatur-miniatur kendaraan kecil milik gurunya ini.

Ruangan Taehyung terasa hampa sedang rumah milik Jungkook terasa hangat.

Yoojung menjatuhkan pantatnya di atas sofa setelah Jungkook memberi tanda dengan matanya untuk duduk. Pria itu tersenyum hangat sembari melonggarkan dasinya. Meletakkan tasnya ke sofa kemudian berjalan ke arah dapur, Jungkook membalikkan badannya. "Air dingin? Soda?"

"Ah, air dingin."

Jungkook mengangguk, mengambil gelas bersih dan mengisinya dengan air dingin dari dalam kulkas. Pikirannya sejak tadi begitu kalut, namun begitu tiba di rumah dan Yoojung telah berhenti menangis, ia merasa sedikit lega. Membawa segelas air dingin di tangan kirinya, ia meraih kotak P3K di atas kulkas.

Yoojung hanya terus menatap kedua jemarinya yang saling bertaut, merasa canggung terlebih ia hanya berdua di rumah Jungkook. Gadis itu melirik sekilas dan menemukan penampilan gurunya dengan dasi yang telah di longgarkan, hanya berbalut kemeja dengan lengan di tekuk hingga siku. Untuk ukuran seorang guru SMA, Jungkook termasuk minoritas guru dengan garis wajah sempurna, tampan. Porsi tubuhnya begitu sempurna dengan garis-garis otot di lengannya. Ah, apa yang kau pikirkan Kim Yoojung?

Buru-buru ia menenggak habis minuman yang baru saja Jungkook berikan padanya. Jantungnya nyaris tidak terkontrol melihat makhluk Adam satu ini. Padahal ia sudah membenci Jungkook sejak pertemuan pertama mereka. Sialnya, hatinya selalu berkata lain jika berhadapan dengan wali kelasnya itu.

Jungkook tidak memerlukan izin bagi Yoojung ketika ia dengan sigap bersimpuh di hadapan gadis itu dan mulai membuka kotak P3K. Beberapa luka harus segera ia obati. "Lepaskan jas itu."

Yoojung tersentak. Ia baru ingat jika ia masih memakai jas milik Jungkook untuk menutupi seragamnya yang koyak. Namun beberapa detik kemudian Jungkook terlihat salah tingkah. Tentu karena ia ingat alasan mengapa ia sebelumnya memakaikan jas miliknya kepada Yoojung.

"Ah, maaf." Lelaki itu berdiri. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tunggu disini!"

Yoojung mengedipkan matanya beberapa kali dan memiringkan kepalanya melihat Jungkook yang terlihat sangat jelas salah tingkah. Namun entah mengapa itu terlihat sangat lucu sehingga ia tersenyum sedikit dan segera mengkondisikan wajahnya kembali.

Jungkook keluar dari dalam kamarnya beberapa menit kemudian membawa sweater putih miliknya dan menyuruh Yoojung untuk memakainya. Setelah berganti pakaian, Yoojung kembali duduk di sofa sedang membiarkan gurunya itu melinting lengan bajunya untuk mengobati beberapa luka.

Sejujurnya Yoojung khawatir jika Jungkook melihat luka-luka yang ayahnya berikan padanya. Namun mengingat bagaimana Hyunwoo melukainya, nampaknya Jungkook tak akan menyadari antara luka lama dan baru.

Namun, Yoojung tidak tahu bahwa sebenarnya Jungkook pun telah mengetahui hal tersebut. Lelaki itu menebak-nebak apakah memar sebelumnya juga disebabkan oleh Hyunwoo atau memang sebelumnya telah ada orang lain yang melukai Yoojung. Benarkah semua luka yang ada sebelumnya Hyunwoo yang melakukan?

Sepertinya tidak.

Jungkook begitu terlalut mengoleskan obat di luka-luka Yoojung hingga tak menyadari bahwa gadis itu sedari tadi memperhatikannya.

Kenapa, Jungkook-ssaem sangat tampan? Tapi dia juga imut. Yoojung terus membatin memperhatikan setiap sudut garis wajah gurunya. Ah, tidak adil. Kenapa tidak bisa memilih salah satunya antara tampan dan imut? Dasar serakah!

"Selesai!" Jungkook melinting kembali lengan baju Yoojung dan mendongakkan kepalanya. Ia sedikit terkejut melihat tatapan Yoojung yang mana sebenarnya terlarut mengamati wajah gurunya sehingga tidak menyadari bahwa gurunya menatapnya dengan bingung.

"Yoojung hagsaeng?"

"Hah?!" Mengerjapkan beberapa kali, Yoojung berdeham dan segera mengalihkan pandangannya karena merasa malu. Jungkook tersenyum dan bangkit dari duduk bersimpuh ya setelah merapikan kotak P3K.

"Kau serius tidak akan pulang?"

"Ah, anu.." Yoojung menggigit bibirnya. Bodohnya ia melupakan fakta bahwa ini telah malam dan tidak mungkin untuk menginap di rumah gurunya. Sialnya, ia tidak memiliki teman satupun yang bisa memberikan tumpangan agar ia tidak kembali ke rumah malam ini. Ia tidak mau kedua orang tuanya, terutama Taehyung tahu bahwa ia babak belur. Lebih baik kembali besok ketika lukanya sudah agak mendingan.

Seolah menyadari kebingungannya Yoojung, Jungkook pun membuat keputusan meski ia sedikit ragu apakah keputusannya benar atau tidak. "Baiklah. Kau bisa tidur disini malam ini. Bapak akan menelpon or..."

"Jangan!"

Menaikkan sebelah alisnya, Jungkook bertanya. "Kenapa?"

"Benarkah aku boleh tinggal disini malam ini?"

Jungkook mengangguk meyakinkan Yoojung. "Tentu. Tapi aku harus memberitahu.."

"Ssaem.." Yoojung menatap kedua obsidian Jungkook. Terlihat jelas bahwa ada sesuatu yang gadis itu coba sembunyikan. "Aku akan memberitahu mereka sendiri."

Terdiam sesaat, Jungkook menimbang. Namun pada akhirnya mengangguk untuk memilih mempercayai Yoojung. "baiklah. Pastikan kau meminta izin pada kedua orang tuamu."

Jungkook berjalan menuju kamarnya setelah meletakkan kotak obat. Menengok dan memeriksa kamarnya, kemudian mengangguk, ia tersenyum dan berkata kepada Yoojung. "kau bisa tidur di kamar bapak."

"Tidak perlu! Aku bisa tidur di sofa!" Tolak Yoojung karena merasa tidak enak.

Namun Jungkook menggeleng tegas dan segera menarik lengan Yoojung memaksanya masuk ke dalam kamarnya. "Lelaki macam apa yang membiarkan seorang gadis tidur di atas sofa?"

"Ah.. ta-tapi.."

"Selamat malam! Tidur nyenyak! Dan semoga lukamu lekas sembuh." Jungkook tersenyum lebar sebelum menutup pintu kamar meninggalkan Yoojung berdiri terpaku.

Menghela nafas panjang, Yoojung memutar tubuh perlahan dan mengamati setiap sudut kamar gurunya.

Kamar Jungkook dengan aroma lelaki yang kini sudah Yoojung kenali membuat gadis itu merasa aman. Ia melangkahkan kakinya dan segara naik ke atas ranjang. Jemarinya mengusap selimut lembut dan mencium aromanya.

"Aroma pak guru.."

Yoojung menarik selimut menutupi setengah badannya dan duduk bersandar headboard. Sedikit canggung, dan sejujurnya sedikit membuatnya tidak bisa tidur. Yoojung mendesah perlahan dan memutuskan untuk memaksakan diri agar segera tidur.

Ia mencoba memejamkan matanya, namun sialnya ingatannya membawanya pada sosok Hyunwoo yang tertawa mengerikan saat nyaris memperkosanya. Yoojung terus mengubah posisi tidur, namun selama berjam-jam ia hanya terus mendesah dan tak menemukan kenyamanan dalam posisi tidurnya.

Ia merasa terganggu akan Hyunwoo. Lelaki itu marah bukan karena masalah catatan itu, terlebih luka pada kedua sisi bibirnya yang terlihat jahitan memanjang. Seperti seseorang telah mencoba merobek mulut Hyunwoo.

"Ah, mengerikan."

Yoojung melirik jam di dinding yang mana menunjukkan pukul 1 malam. Ia mendesah karena kantuk tak kunjung datang dan ingatan mengerikan serta kebingungan yang terus menggelayuti nya.

"Apakah Pak Guru sudah tidur?" Tatapan Yoojung menatap pintu kamar yang tertutup. "Pasti sudah."

Tergerak untuk memastikan, ia turun dari atas ranjang dan berjalan berjinjit dengan pelan agar tidak menimbulkan suara sedikitpun. Membuka pintu dengan perlahan, ia mengintip sedikit dan melihat bahwa Jungkook benar-benar telah tidur.

Setelah memastikannya, barulah Yoojung melangkahkan kakinya keluar kamar dan mendekati sofa dimana Jungkook tengah terlelap begitu pulas. Ia duduk bersimpuh di sisi sofa di atas karpet beludru berwarna abu-abu.

Ia tahu tidak sopan melihat gurunya sedang tidur terlelap, terlebih dia dalam situasi menumpang seperti ini. Namun hasrat dan gejolak dalam hatinya seolah mengatakan itu tidak apa-apa. Toh, Jungkook tidak akan tahu.

Wajah pualam lelaki yang kini sedang tidur terlelap itu disertai garis-garis wajah yang begitu tegas namun tetap menampilkan kesan lembut membuat Yoojung jatuh terpana untuk kesekian kalinya. Sialan memang, Tuhan menciptakan gurunya begitu sempurna.

Yoojung mendesah dan mengutuki dirinya yang telah kesekian kalinya mengagumi Jungkook. Bahkan ia ragu jangan-jangan kini ia sudah menaruh hati pada gurunya.

Tidak mungkin, kan?

Takut meyakini bahwa perasaannya pada Jungkook adalah nyata, Yoojung segera bangkit untuk kembali ke kamar. Namun erangan Jungkook mendadak menahannya. Gurunya mengigau?

Yoojung kembali bersimpuh dan memegang lembut tangan Jungkook untuk memeriksa bahwa gurunya itu baik-baik saja. Namun, tidak, lantaran ia melihat gurunya mengerang semakin keras dan bahkan kali ini seolah akan menangis tersedu-sedu.

Panik, ia mengguncang pelan tubuh Jungkook. "Pak?!"

Keringat dingin terlihat mulai membasahi kening gurunya dan itu membuat Yoojung merasa ada yang tak beres. Barangkali gurunya itu sedang mimpi buruk, ia harus segera membangunkan gurunya. "Pak?!"

Panggilan kedua yang sedikit lebih keras akhirnya membuka kedua kelopak mata Jungkook. Lelaki itu terengah dan masih mengerjap mengumpulkan kesadaran. Lantas ia melirik Yoojung yang menatapnya khawatir.

"Bapak tidak apa-apa?"

Jungkook tidak menjawab. Yoojung menggigit bibirnya gugup melihat Jungkook hanya terus menatapnya.

"Ah, aku terbangun karena mendengar bapak mengigau." Ujarnya bohong. Tidak mungkin ia akan bilang bahwa ia datang untuk mengagumi pesona gurunya tersebut. "Em, aku akan kembali." Lanjutnya cepat karena gugup.

Namun ketika Yoojung hendak pergi, Jungkook menarik pergelangan tangannya. Yoojung terhenti dan menoleh, menatap tak mengerti Jungkook yang masih terlihat terengah-engah.

"Pak?"

Lantas tanpa aba-aba, Jungkook menariknya hingga terbaring dalam pelukan Jungkook. Membelalakkan matanya terkejut bukan main, Yoojung merasa seolah jantungnya telah berhenti berdegup. Bahkan ia merasa seolah berhenti bernafas saking terkejutnya.

"S-ssaem?"

Jungkook tak menjawab. Hanya ada suara berat nafas gurunya sedang pelukan itu semakin erat.

Yoojung menelan salivanya berat, ia gugup bukan main. Wajahnya memerah sehingga ia memutuskan untuk menenggelamkannya pada dada bidang Jungkook.

Malam itu, Yoojung tidak dapat memahami Jungkook. Namun ia membiarkan Jungkook untuk tidur memeluknya. Meski samar, Yoojung dapat mendengar suara lirih  Jungkook sebelum terlelap tidur. Entah itu ditujukan kepada siapa, yang Yoojung tahu Jungkook tiba-tiba mengecup keningnya lembut dan membuat hatinya porak-poranda.

" Jangan tinggalkan aku."

Yoojung terdiam. Saat ini ia hanya bisa berpikir bahwa ia tak lagi ragu akan perasaannya. Malam itu, Jungkook membuatnya menyadari bahwa perasaannya nyata ia miliki kepada gurunya. Ia tidak tahu lagi dan mendadak ia menjadi takut.

Apakah aku boleh mencintai guruku?

[]

Continue Reading

You'll Also Like

361K 38K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
98.9K 8.4K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
844K 45.1K 86
Cerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dala...
188K 29.3K 53
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...