[SINGTOxKRIST/PERAYA] My Evil...

aqpearls__99 tarafından

81.8K 7.9K 818

Genre : Romance, school life Rate : T-(M)ature Cast : Singto Prachaya, Krist Perawat Warning : Boys love, yao... Daha Fazla

PROLOG
1. The Beginning
2. Boy Meet You
3. Rooftop
4. Call Me "Phi"
5. Confused
6. Jealousy Singto
7. I Know, You Know
8. Dreaming
9. Dreaming 21+ (2)
10. What I Feel
11. They dont Know About Us
13. What's Wrong
14. Best Friend
15. Lovefool (1)
16. Lovefool (2)
17. Love Confession (1)

12. Your Scent

3.7K 401 45
aqpearls__99 tarafından

⚠️Awas! Hati-hati. Smut.

Suara jam di dinding terdengar berdenting nyaring. Tidak ada yang bersuara dan bergerak. Boom sibuk dengan buku teks matematika. Krist menatap kosong buku tulisnya. Sedangkan Chimon memainkan pensilnya.

"Hei fokus ke soal! Tugas kita bukan ini saja. Masih ada tugas kimia!"

Krist tersadar dan kembali fokus ke soal. Ia melirik Chimon yang sejak tadi diam.

"Tunggu! Apa kalian tidak ingin berganti pakaian? Besok seragamnya akan kembali dipakai bukan?" tanya Krist.

"Aku selalu membawa seragam ganti di bagasi mobil." Jawab Chimon.

Sedangkan Boom berkata tidak membawa seragam ganti. Krist hanya mempunyai satu untuk besok. Seragamnya yang lain masih basah. Apa Krist harus meminjamkan Boom milik Singto? Ia menggigit bibirnya, ragu.

"Kalian mandilah terlebih dahulu. Kalian bisa mandi di sini secara bergantian. Atau di lantai bawah juga ada."

"Lalu kau? Apa kau akan memakai kamar mandi yang berada di dalam kamar Singto?" tanya Chimon, entah kenapa Krist merasa Chimon sedikit berbeda.

"Ah-hah?" Krist tergagap. Ia melihat Chimon yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Ia berdiri membuka lemari, menyiapkan baju untuk dua temannya.

***

Langkah kaki Krist berjalan menuju ke dapur, mencari kue kecil untuk teman-temannya. Ia menata kue sangat rapi, kemudian bersenandung sembari membuat teh hangat. Tiba-tiba saja sebuah suara wanita paruh baya mengagetkannya.

"Tuan Krist.."

Krist menoleh. Ia tersenyum kepada wanita paruh baya yang menjadi kepala pelayan di rumahnya. "Iya bibi?"

Kepala pelayan itu memberi tahu Krist bahwa Singto tidak berangkat sekolah karena badannya demam tinggi. Kepala pelayan sudah memberikannya obat dan bubur, tapi pada saat siang hari bubur dan obatnya masih tidak berkurang sedikitpun. Posisi letaknya bahkan tidak berubah. Sampai Krist datang membawa teman-temannya, Singto baru menyuapkan nasinya.

"Jadi, ia tidak makan apapun seharian ini? Hanya makan malam bersama... Ah, baik Bi. Krist akan membawakannya bubur dan obat di kamarnya."

Pantas saja Krist melihat Singto tidak bernafsu makan. Wajahnya juga terlihat pucat. Bahkan Krist merasa selama makan malam tadi, Singto hanya memperhatikannya. Pipinya tiba-tiba menjadi hangat.

Krist menerima nampan yang berisi bubur hangat dan obat. Sebagai gantinya ia menukar nampan camilan untuk teman-temannya kepada kepala pelayan. "Baik tuan. Terima kasih." Krist sersenyum sembari mengangguk.

Pada saat menaiki tangga akan ke lantai dua, Krist merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa ia menerima permintaan kepala pelayan dengan mudah. Krist bahkan tidak tahu harus berhadapan bagaimana didepan Singto.

Mengetuk pintu Singto beberapa kali, tapi tidak ada respon. Ia membuka pintu yang ternyata tidak dikunci oleh Singto. Apakah Singto sering membuka pintunya seperti ini? Tentu saja, untuk apa ia mengunci pintunya. Tidak ada yang akan berani masuk ke kamarnya jika tak mengetuk pintu terlebih dahulu. Bahkan Krist saja tidak berani.

Ia mencium bau dirinya. Krist belum mandi tentu saja. Astaga. Semoga Singto tak mencium aroma tubuhnya.

Krist diam didepan pintu yang terbuka. Terkejut melihat kamar Singto yang didominasi oleh warna hitam. Baru pertama kali ini Krist memasuki kamar Singto. Mata bulatnya mengedar mencari sosok Singto. Matanya menangkap gundukan dibawah selimut. Krist meragu akan melangkahkan kakinya masuk kedalam.

Ia menaruh nampan dengan pelan. Tangannya terangkat ke udara. Ingin menepuk pelan Singto dan membuka gundukan dibawah selimut. Tapi ia urungkan. Ia menggaruk kecil tengkuknya.

Krist sedikit terkejut ketika Singto menggerakkan tubuhnya. Tubuhnya yang tertutupi selimut terbuka. Menampilkan wajah Singto yang pucat dan bibirnya sedikit terbuka. Telapak tangan Krist menyentuh pipi Singto yang terasa panas.

"Kau masih panas.." gumam Krist.

Seketika itu Singto membuka matanya. Matanya tertuju kepada mata bulat Krist. Telapak tangan Singto menyentuh tangan Krist yang berada diwajahnya. Menarik Krist kuat hingga terjatuh diatas tubuhnya. "Hei-"

"....."

"Tidurlah disini..."

"Aku belum ingin tidur! Bangunlah. Aku membawakanmu bubur dan obat."

Singto menatap wajah Krist dengan mengernyit. "Kau sudah tahu?" ucapan Singto membuat Krist tertawa kecil. "Bibi memberi tahuku. Kau harus makan. Aku tahu sejak tadi pagi kau belum menyuap nasimu. Minum obat saja belum."

"Aku tidak butuh itu semua!" tolak Singto dengan tatapan tajam. Krist memiringkan kepalanya. Lalu? "Aku hanya butuh.... kau." Krist melebarkan mata bulatnya kemudian tertawa kaku.

"Suapi aku." ucap Singto yang sudah seperti perintah mutlak. Krist mengangguk pelan.

Ia menyuapi Singto bubur, tapi pemilik mata tajam tersebut tidak pernah mengalihkan pandangan kepadanya. Memperhatikan setiap gerak Krist. Membuat salah tingkah dibuatnya.

Krist tersenyum senang. Hatinya merasa legah, Singto menghabiskan buburnya dengan cepat. Ia menyodorkan obat kepada Singto yang segera diterimanya. Setelah itu Krist pamit untuk keluar.

"Tetaplah disini."

"Aku harus mengerjakan tugasku."

Krist melepaskan genggaman tangan Singto dilengannya. Menyuruh Singto memakan bubur dan minum obat begitu mudah, lalu mengapa ia mengabaikan bubur dan obatnya sejak pagi?

***

Chimon dan Boom melihat Krist secara bersamaan ketika ia memasuki kamarnya. Pemilik mata bulat itu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Krist keluar kamar mandi dengan segar. Ia kembali ikut bergabung bersama dua temannya.

"Maaf lama."

Chimon melihatnya, ia berkata. "Aku kira kau mandi di kamar Phi Singto."

Krist menggeleng. "Tidak. Aku pergi ke kamarnya hanya untuk membawakan bubur dan memberi obat." Jelas Krist kepada dua temannya.

Chimon menepuk kening. Astaga! Kenapa Chimon bisa lupa jika Singto sedang sakit. Ia teringat Tay yang mengira mereka semua datang menjenguk Singto. "Apakah dia sudah tidak apa-apa? Dia sedang sakit apa? Apa kau sudah memastikan dia memakan bubur dan minum obat? Suruh ia istirahat total tanpa melakukan apaun. Pasti ia kelelahan." Chimon memberikan rentetan pertanyaan kepada Krist. Membuat Krist bingung.

Boom dapat melihat bentuk khawatir Chimon diwajahnya. Krist pun tidak bodoh, sehingga ia bingung harus menjawab. "Y-ya. Phi Singto sudah baik-baik saja." Krist menggigit bibirnya. "Ia masih demam. Seharian ia sudah banyak beristirahat. Tapi ia baru meminum obatnya." Lanjutnya.

Boom menepuk kedua telapak tangannya hingga menimbulkan suara. Menyuruh mereka berdua melanjutkan kembali tugas rumah yang belum terselesaikan.

Sejam kemudian. Boom sudah menyelesaikan tugas matematikanya. Ia akan melanjutkan mengerjakan tugas kimia miliknya. Ia melirik ke tugas milik Krist dan Chimon yang masih mengerjakan setengah.

Boom menyodorkan buku tugasnya didepan mereka berdua. Krist memandangnya takjub. 30 soal matematika dengan cara mengerjakan yang panjang dapat diselesaikan Boom dengan mudah tanpa kesulitan. Pria bertubuh tinggi itu menyuruh dua temannya untuk menyalin tugas miliknya. Sedangkan dirinya akan melanjutkan tugas kimia. Hari sudah mulai larut. Boom harus cepat. Teman-temannya pasti akan mengantuk.

"Terima kasih untuk hari ini Boom!" ucap Chimon dengan gembira.

"Ya! Tanpa kau, aku tidak akan mampu mengerjakannya. Bahkan kau menjelaskan kami cara tiap soal." Krist menepuk pundak Boom. Sedangkan Chimon mengangguk menyetujui ucapan Krist.

"Ya, tidak apa-apa. Bukankah kita teman?" ucap Boom dengan tersenyum. Boom sangat tampan dengan rambut warna hitam dan model rambut tanpa poni yang menutupi keningnya. Jangan lupakan mata bulat besarnya.

Mata Boom menangkap sebuah gitar dipojok ruangan "Hei! Kau mempunyai gitar?"

Krist mengangguk. "Kau ingin memainkannya?"

"Mainkan kami sebuah lagu Boom! Aku ingin mendengarkannya." Chimon sangat berantusias.

Boom mengambil gitar tersebut dan memainkannya. Memetik sinar gitar dengan jarinya. Chimon menghempaskan tubuh di kasur dengan menutup mata. Krist duduk memeluk lutut. Mendengarkan permainan gitar Boom membuatnya tenang.

Mereka banyak bercerita tentang sekolah, mulai dari teman, tugas dan guru. Saling bercanda dan tertawa. Mereka juga menceritakan masa lalu konyol hingga yang menyenangkan. Membuat mereka saling mengejek dan tertawa. Krist tersenyum bahagia. Bersyukur mempunyai teman seperti mereka. Ia mengira tidak akan mendapatkan teman pada saat memasuki sekolah menengah. Ternyata ia salah.

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Mereka bertiga tidur dikasur berjajar. Memandang langit-langit dalam diam. "Hei kalian berdua tidak mengantuk?" tanya Boom. Krist dan Chimon refleks menoleh secara bersamaan menatapnya. "Apa kau sudah mengantuk?" tanya Krist.

"Belum. Aku merasa tidak akan tidur malam ini. Hahaha aku kira kalian akan tertidur setelah mengerjakan tugas." Ucap Boom.

"Itu tidak akan seru! Benar kan Krist?" Krist hanya mengangguk menanggapi Chimon. "Hei kalian tidak ingin menonton film horror? Ayo lihat!"

Krist bangkit dari duduknya. Menyalakan layar berbentuk persegi panjang lebar. "Ayo!"

Mereka duduk berhimpitan. Lampu ruangan dimatikan. Boom fokus melihat tampilan layar. Chimon menutup wajahnya dengan boneka kura-kura milik Krist, sedangkan Krist menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia mengintip dari sela-sela jarinya. Hingga suara derap langkah terdengar mendekat. Sebuah pintu terbuka. Membawa cahaya lampu masuk ke dalam kamar. Mereka melihat bayangan berdiri di depan kamar hingga berteriak keras. Disaat yang bersamaan gambar hantu muncul dari tampilan layar.

Bahkan Boom yang terlihat sangat keren tak kalah keras dalam berteriak. Chimon menjerit histeris. Krist sempat berteriak tapi kemudian ia mencoba melihat dari sela jarinya.

"Hei! Ini sudah malam! Kenapa kalian berteriak hah?" suara Singto mengejutkan mereka. Ketika sadar yang berdiri adalah Singto membuat mereka menghembuskan nafas.

"Phi Singto!" panggil Chimon.

Singto masuk ke dalam, menutup pintu. Krist bahkan lupa jika Singto menyuruh tidur di kamar miliknya. Untuk apa ia kesini. Mata Singto melihat tangan Boom yang melingkar dipundak Krist. Matanya menatap Krist tajam yang kini membuka sedikit mulutnya. Apa ia melakukan kesalahan?

Singto duduk diantara Boom dan Krist. Membuat Chimon yang duduk diujung nyaris tersungkur. Singto dan Krist saling bertatapan.

"Phi, kau sudah baik-baik saja?" tanya Chimon yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Singto. Hingga suara Boom "EHEMM." mengalihkan perhatian Singto. Krist salah tingkah dibuatnya.

"Em, kalian sedang apa? Ini sudah malam. Cepat pergi tidur!"

"Kami baru menonton setengahnya!" ucap Krist mengerucutkan bibirnya.

Singto menghela nafas. Memberitahu jika ada teman maka kantuk tidak akan terasa, tapi pada saat pagi datang kemudian menjalankan aktivitas, tubuh akan merasa pusing dan tidak bersemangat. Singto memberi pengertian kepada junior-juniornya. Tidur sangat penting jika mereka tidak ingin sakit.

"Apa phi sudah sembuh?" Chimon bertanya kembali. "Em. Ya. Demamku sudah mulai menurun." jawab Singto sembari memandang Chimon. Mereka saling menatap hingga beberapa detik. Suara hantu mengagetkan mereka semua. Krist mencicit takut. Tidak mungkin ia merapatkan tubuhnya ke Singto.

Singto memahami posisinya. Ia membawa Krist kedalam pelukannya. Tidak peduli jika dua teman Krist akan melihat mereka. Kamar Krist sangat gelap. Singto tidak peduli. Ia mengusap pucuk kepala Krist. Menghirup aroma wanginya.

Tanpa sadar, Singto yang hanya ingin mengintip kegiatan mereka malah menjadi menemani mereka semua. Tangannya masih setia melingkar dipinggang ramping Krist.

Film horror telah selesai. Chimon tertidur dibahu Boom. Singto melihat Krist yang juga tertidur. Gerakan kecil Singto membuat Krist terbangun. Ia mengerjap imut.

"Pergilah tidur. Tolong bawa Chimon ke kasur. Aku akan membawa Krist di kamarku." Perintah Singto pada Boom yang kini mengangguk.

Krist melebarkan matanya. Sudah saatnya kah? Tidak bisakah ia tidur di kamarnya sendiri. Ia menggigit bibirnya. "Ayo." Singto berbisik ringan ditelinganya. Ringan tapi bagi Krist itu sangat dalam dan berat.

Boom merebahkan tubuh Chimon di ranjang. Membuatnya terbangun. Chimon mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengamati Boom yang ikut berbaring disampingnya. "Bagaimana?" tanya Chimon. Boom hanya diam, ia memejamkan matanya. "Apa kau yakin mereka bersaudara?" Chimon menoleh kesamping, menunggu jawaban.

Boom membuka kembali matanya. Ia bergerak menyamping. Mengacak rambut Chimon. "Jangan terlalu dipikirkan! Bukankah mereka tinggal bersama, berarti mereka bersaudara bukan?" jawab Boom yang kini mulai membetulkan letak selimut mereka. Meyelimuti Chimon hingga leher. "Tidurlah!"

Hati Chimon menghangat. Ia sangat berterimakasih mempunyai teman baik seperti Boom. Chimon merasa ia dan Krist terlindungi dengan adanya Boom yang terkadang lebih dewasa.

Diam-diam Chimon mengetikkan sesuatu diponselnya. Mengirim seseorang pesan.

'Phi, besok kita harus bertemu.'

***

Singto mengamati Krist yang sedang menggosok gigi disampingnya. Mereka perlu menggosok gigi sebelum tidur. Singto sejak tadi suka sekali menatapnya. Wajah Krist memerah dibuatnya. Ia berkumur dengan cepat dan berlalu pergi meninggalkan Singto.

Krist berbaring di ranjang milik Singto. Menyelimuti dirinya hingga leher. Jantungnya berdetak sangat kencang. Bukankah Krist sering kali mendapati Singto tidur disebelahnya pada saat Krist bangun pagi? Tapi ini berbeda. Singto akan diam-diam pergi ke kamar Krist disaat ia sudah tidur terlelap. Sekarang Krist masih sangat terjaga. Rasa kantuknya menghilang begitu saja.

Singto keluar dari kamar mandi. Ia melepaskan kaos hitamnya didepan Krist. Membuat Krist melebarkan matanya. "Jangan berpikir macam-macam! Atau kau bersedia jika kita melakukannya?" tawar Singto yang tersenyum menyeringai.

"Apa kau gila!" ucapan kasar Krist kembali terdengar. Singto tersenyum miring kemudian menghempaskan tubuhnya diatas Krist. Ia memeluk Krist dengan erat. "Ya! Kau berat."

"Aku menunggumu lama sekali bodoh! Aku rindu."

Krist menganga. Rindu? Singto menjadi sangat terang-terangan sekarang. Mengatakan kata rindu dengan sangat mudah. Tidak peduli reaksi Krist. Jantungnya berdetak sangat cepat. Mungkin Singto bisa merasakan detak jantungnya.

"Phi, bagaimana jika semua orang tahu bahwa kita tinggal bersama?" Krist membalas pelukan Singto. Sangat nyaman. Hangat.

"Biarkan saja. Kau nong dan aku phi. Tidak ada yang salah bukan?"

Krist hanya diam.

Singto mencium leher Krist, membuatnya menggelinjang geli. "Krist, aku sangat suka harummu." Krist tertegun. Ia berpikir Singto mengejeknya karena tadi Krist belum mandi pada saat datang mengantar bubur. "Tidak. Bukan harum dari wewangian. Tapi aroma tubuhmu." Singto mencium pipi bulat Krist.

"Harum tubuhmu membuatku merasa nyaman dan tenang." Mata mereka saling bertatapan.

Singto mencium bibir Krist. Mengulumnya. Menggigitnya kecil. Mengabsen mulut Krist. Ia menyapukan lidahnya pada langit mulut Krist.

"Hnnggg.. nggh."

Telapak tangan Singto menyingkap piyama tidur Krist. Mengusap perut ratanya. Krist menahan tangan Singto tapi tangannya tidak sekuat Singto. Alih-alih menahan tangan Singto untuk tidak berbuat nakal, ia melingkarkan tangannya keleher Singto.

"Akhh!"

Krist memutus ciuman mereka. Telapak tangan Singto meraba dadanya. Krist memandang Singto sayu. Ia menggeleng pelan. Menyuruh Singto untuk tidak melakukannya.

Semakin dilarang, Singto semakin berani. Ia menyingkap piyama Krist hingga terlihat tonjolan kecil warna merah mudah milik Krist. Singto menjilatinya. Rasa dingin membuat Krist menggelinjang geli. Suara-suara yang tidak ingin Krist dengar keluar dari mulutnya sendiri. Kenyataannya Krist tetap mendesah dibawah Singto.

Singto menghisap dua tonjolan kecil yang berada didada Krist secara bergantian. Menghisapnya kuat seakan menuntut air susu yang akan keluar. Krist hanya bisa memegang erat rambut Singto.

"AKHH! Mmhh."

Tidak hanya menghisap dan menjilat. Singto juga memilin dan menariknya. Krist menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. Berharap kamar Singto kedap suara hingga dua temannya tidak akan mendengar suara desahan Krist.

Krist membungkam mulutnya dengan kuat. Ia memukul pelan pundak Singto. "Sudah phi! Apa yang kau laku-akh-!"

"SHIA!"

Singto nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya. Ia melihat mata Krist yang sayu sedikit berair. Bibirnya terbuka. Bagian bawah tubuh Singto mulai bangkit perlahan. Panas ia rasakan. Singto dengan cepat memperbaiki piyama Krist kemudian memeluknya dari belakang.

Krist dapat merasakan tonjolan milik Singto yang menempel dibagian belakang tubuhnya. Ia menggigit bibirnya. Tidakkah Singto merasa tersiksa. Salahkan saja dirinya sendiri!

"Tidurlah Krist. Besok kita harus sekolah."

Singto mencium pucuk kepala Krist. Harum aroma tubuh Krist yang mempunyai ciri khas tersendiri membuat Singto ingin terus menciumnya. Menciumi seluruh tubuh Krist. Singto tidak akan merasa puas hanya mencium sekali dua kali. Krist terasa seperti candunya. Bodoh sekali, ia baru saja menyadarinya.

Mungkin Krist satu-satunya yang membuatnya seperti ini. Krist satu-satunya tujuan hidupnya. Tanpa Krist ia tidak bisa bangkit. Tanpa Krist ia tidak bisa mengetahui kebahagiaan. Tanpa Krist ia tidak bisa merasakan rasa nyaman kepemilikan. Dan tanpa Krist, Singto tidak mempunyai siapa-siapa disisinya. Singto merutuki kebodohannya yang terkadang tindakannya malah menyakiti Krist.

Singto mencium pucuk kepala Krist berkali-kali kemudian mengeratkan pelukannya pada Krist.

TBC.
(A/N): Aku update lagi yeay. Pengen cepet selesai terus mikir bikin cerita baru u.u)b Aku merasa ini cerita datar-datar aja🤣 Maaf kalau ada typo dan tulisan tidak beraturan.

-190422
Vi🐼let.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

219K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
82K 12.5K 17
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
359K 4K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
36.1K 5.3K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...