Elemetal Foréa

De TitanPTY

112K 4.3K 362

Aku tidak percaya tentang ramalan seseorang. Tapi, takdir punya rencana lain. Karena entah kenapa, seluruh ke... Mais

Prolog
Reizen I - Osilon Village : Part 1
Reizen I : Part 2
Reizen I : Part 3
Reizen I : Part 4
Reizen I : Part 5 (Last part)
Reizen II - Vânt City : Part 1
Reizen II : Part 2
Reizen II : Part 3 (Last part)
Reizen III - Weldron Forest : Part 1
Reizen III : part 2
Reizen III : Part 3
Reizen III : part 4 (Last part)
Reizen IV - Aéra City : Part 1
Reizen IV : part 2
Reizen IV : part 3
Reizen IV : part 4 (last part)
Reizen V - Weldron Forest 2 : Part 1
Reizen V : part 2
Reizen V : part 3 (last part)
Reizen VI - Ravenos City : Part 1
Reizen VI : part 2 ( Kitrino's POV)
Reizen VI : part 3
Reizen VI : part 4
Reizen VI : part 5 (last part)
Reizen VII : part 1
Reizen VII : part 2
Reizen VII : part 3
Reizen VII : part 5 (last part)
Reizen VIII : part 1
Reizen VIII : Part 2
Reizen VIII : part 3
Reizen VIII : part 4
Reizen VIII : part 5 ( last part)
Reizen IX : part 1
Reizen IX :part 2
Reizen IX : part 3
Reizen IX ( Bonus Part: Lacie's POV)
Reizen IX : part 4
Reizen IX : part 5 (last part)
Reizen X : Duel of Destiny ( part 1)
Reizen X : part 2
Reizen X : part 3
Reizen X : Part 4
Reizen X : part 5 ( last part)
Reizen XI : Part 1
Reizen XI : part 2
Reizen XI : Part 3

Reizen VII : part 4

1.8K 85 5
De TitanPTY

Semilir angin menerpa wajahku. Duduk di dahan pohon tertua didaratan ini sudah menjadi rutinitasku sejak pindah ke kota Ravenos ini. Sudah 3 minggu aku berada di kota ini sembari menunggu sesuatu yang tidak pasti. Dari pertama kali menginjakkan kaki di ibu kota ini sampai hari ini, Kítrino belum memberikanku informasi lagi tentang izinku untuk pergi dari ibu kota.

 Ataupun tentang apa yang sedang diselidikinya lewat kalungku. Aku tahu dia sedang sibuk - sibuknya dengan urusan menjadi raja. Aku tidak mau berurusan dengan hal - hal merepotkan tentang kerajaan, jadi aku hanya duduk diam menunggu di dahan pohon Legidösse ini sepanjang hari. Menunggu sepucuk surat undangan untuk datang ketempatnya.

Sebuah bunyi dentingan senjata terjatuh terdengar tak jauh dari tempatku duduk. Bukankah hampir tidak ada orang yang mau kemari? Atau lebih tepatnya, tidak ada yang bisa memasuki kompleks taman ini selain diriku sendiri dan anggota keluarga kerajaan. Aku melompat turun dari dahan dan berjalan menuju sumber bunyi. Sebuah goa kecil dan hampir kasat mata berada tepat di depanku. Suara dentingan senjata beradu kembali terdengar.

Aku masuk ke dalam goa kecil itu. Goa itu diterangi beberapa lampu minyak. Bayangan seseorang yang sedang berlatih menggunakan pedang mengayuh kesana kemari ke sebuah boneka yang terbuat dari kayu dan besi. Aku tidak mengira seseorang itu adalah Lacie, adik Kítrino. Aku sudah pernah bertemu beberapa kali dengannya selama 2 minggu ini entah secara kebetulan atau tidak. Terkadang ketika aku menemui Kítrino, dia juga bersamanya.

Dia begitu serius berlatih hingga tidak menyadari kedatanganku. Aku tidak ingin mengganggu, jadi aku segera berbalik kembali ke mulut goa. Krak! Aku tidak sengaja menginjak dahan kering.

" Siapa itu?!" Suara lembut dan tegas sang putri terdengar.

Aku tidak menjawab. Hanya menunggunya hingga sampai ditempatku. Wajah mulusnya yang tadi tegang berubah lega setelah melihatku. Genggaman tangannya ke pedang pun mengendur. Dia mengelap keringat yang membasahi dahinya.

" Syukurlah. Kukira salah satu pengawal itu sudah bisa memasuki kompleks taman ini seperti halnya dirimu." dia menghembuskan nafas lega.

Aku memandanginya dari atas sampai bawah. Rambut biru gelap bercampur hitam pendeknya awut - awutan dan basah oleh keringat. Baju lengan panjang biru gelap yang digulung lengannya juga sudah mulai basah oleh keringat. Dan... Clana panjang? Jarang sekali seorang perempuan menggunakan celana dinegeri ini. Terlebih untuk kaum bangsawan. Aku kembali menatap wajahnya.

" Untuk apa kau latihan sembunyi - sembunyi disini? Bukankah lebih dekat balai latihan dari pada tempat ini dari istana? "

" Perempuan, apa lagi kaum bangsawan, dilarang menggunakan senjata. " dia menjawabku sambil membuka sebuah botol minum.

Aku memutar kembali tubuhku dan berjalan keluar dari gua.

" Aku tidak akan mengganggu, jadi selamat berlatih." Dan aku keluar dari gua itu.

Aku segera meninggalkan kompleks taman. Hari masih siang, kuputuskan untuk mengunjungi Gin di balai latihan. Balai latihan berada di barat kota, bertentangan dengan kompleks taman ini. Cukup jauh memang, tapi daripada bosan, lebih baik aku ke sana. Balai latihan di ibu kota ini tidak jauh berbeda dengan balai latihan yang kumasuki di kota Aéra. Hanya saja lebih besar dan ramai oleh para pemula.

Berbagai bunyi senjata yang bertemu memenuhi seisi balai. Aku langsung ke lantai 3 tempat dimana Gin berlatih bersama Téchoun. Gin berlatih dalam rangka menghadapi ujian kenaikan pangkat yang akan dilakukan minggu depan. Dia sudah mendapatkan promosi jabatan dari Téchoun, jadi kata Gin, dia hanya perlu mengalahkan tentara tingkat II bersulam emas agar dia naik dari pangkatnya sekarang, tentara Tingkat II tanpa sulaman. Sekarang ini hanya sedikit tentara tingkat I yang berlatih. Aku melihat mereka masih beradu pedang ditengah lapangan, jadi aku hanya duduk dipinggir lapangan memperhatikan mereka.

Kalau kuperahatikan, teknik Gin sudah membaik dari pada saat pertama kali dia meminta bimbingan ke Téchoun. Aku tidak diperbolehkan ikut latihan oleh Téchoun. Menurutnya, kemampuanku sudah cukup dan hanya Zurgré atau Néir yang bisa mengajarkan sesuatu padaku. Sejak hari dimana Zurgré dijemput oleh kakak Téchoun, dia tidak pernah kembali. Téchoun juga sepertinya tidak ingin tahu. setelah kuberi tahu kemana Zurgré pergi, dia hanya mengangguk. Aku tidak mungkin meminta Néir. Dia lebih sibuk lagi daripada Zurgré.

" Nir... Vanir!" tiba - tiba wajah Gin sudah tepat dimukaku.

" Huwaa!" Aku mundur sedikit. "Jangan membuatku kaget seperti itu!"

" Haha! Dia sudah memanggilmu beberapa kali, Vanir. Tapi kau tidak menyahut. " Suara Téchoun terdengar di belakang Gin.

" Haha! Ternyata kau bisa kaget juga!" Gin tertawa kelewat senang.

" Memangnya kau pikir aku apa? Mesin? Aku juga tidak berbeda jauh dengan kalian." Gerutuku.

" Haha! Iya sih. Hanya saja kalau kamu...." Gin tidak meneruskan kalimatnya karena tertawa berlebihan.

Aku hanya terdiam memandanginya hingga akhirnya dia berhenti tertawa. Tiba - tiba, seseorang berpakaian tentara pengawal datang terburu - buru. Dia langsung memberi hormat kepada kami bertiga.

" Sir Vanir. Anda diminta yang mulia pangeran untuk menemuinya saat penjamuan minum teh sore ini di tempat kemarin anda bertemu dengannya. " Tentara itu menyelesaikan pesannya.

Ah, akhirnya datang juga panggilan itu." Baiklah. Aku terima pesan itu. Terima kasih."

Sekali lagi, tentara itu membungkuk hormat lalu meninggalkan lapangan. Gin dan Téchoun sudah mulai kembali beradu pedang. Aku hanya melambai kepada mereka berdua lalu segera pergi dari balai latihan agar sampai tepat waktu di istana yang berada diutara kota.

Aku berjalan dengan lambat menuju istana. Aku harap pertemuan kali ini Kítrino akan memberikan izin untuk aku pergi ke daerah selatan. Walaupun kemungkinan itu terlihat kecil jika dilihat dari situasi bahwa dia belum juga naik tahta. Kerumunan orang terlihat di depan papan pengumuman kerajaan di depan gerbang kastil. Kalau saja ada jalan lain menuju kastil, aku pasti memilih jalan itu dari pada melewati kerumunan lautan manusia yang sekarang ada di depanku.

Tapi, sayangnya hanya ada satu jalan untuk masuk ke kastil. Hal itu dirancang untuk pertahanan kastil sendiri. Mau tidak mau, aku harus menerobos kerumunan lautan manusia dihadapanku ini. Untung saja tubuhku sedikit besar, setidaknya aku tidak akan terbawa arus lautan manusia ini. Aku mendorong beberapa orang. Dan tidak sengaja aku menginjak salah satu kaki orang dan dia langsung memakiku. Aku tidak memerdulikan makiannya, aku hanya terus menerobos hingga melewati kerumunan dan berada tepat di depan gerbang.

 Beberapa penjaga istana berpakaian hijau kecoklatan berdiri dengan tegap sambil memegang sebuah tombak di tangan kanannya. Mereka sudah siap kalau – kalau terjadi kerusuhan diantara kerumunan ini. Aku menghampiri si penjaga. Mereka sudah tahu siapa aku, jadi mereka langsung membukakan gerbang sedikit agar aku bisa masuk. Pintu langsung menutup dengan keras dibelakangku. Tanpa memerdulikan betapa berisiknya para masyarakat yang berada di balik pintu gerbang, aku terus berjalan melewati jembatan sepanjang hampir seratus meter ini. 

Walaupun ini baru yang ke tiga kalinya aku masuk ke kastil ini, aku sudah mengenal seluk - beluk kastil ini. Entah karena denah lengkap yang diberikan Néir sebelum kunjungan terakhirku atau karena aku memang sudah pernah ke kastil ini sebelum ingatanku disegel. Dari ruang tengah berkarpet merah, aku menuju sayap timur. Dimana ada tangga langsung ke taman di atap istana. Ada begitu banyak kamar di istana ini. Aku masih bertanya - tanya untuk apa membuat kamar sebanyak itu. Di tangga lantai ke 3, aku memastikan bahwa tidak ada siapapun, lalu membuka lukisan keluarga kerajaan dan masuk ke sebuah tangga rahasia yang membawaku ke taman air terjun.

Taman yang memang setengahnya terlindungi aliran air terjun ini, membawa kesan segar di udara sepanas saat ini. Kítrino sudah duduk di kursi putih yang berada di tengah taman dengan Néir berdiri di sampingnya. Kítrino sangat berbeda saat ada dan tidak adanya Néir disampingnya. Aura kebangsawanannya terlihat jelas ketika Néir bersamanya. Ah, sebenarnya aura itu sudah terlihat ketika dia memasuki ibu kota ini. Wajah Kítrino sudah lebih baikan dari pada pertemuan terakhir kami. Kantung matanya sudah hilang walau kelelahan masih terlihat jelas di wajahnya.

" Ada apa memanggilku kesini? Apakah kali ini kau akan mengembalikan kalungku? " Tanyaku dengan sedikit kesal. Jujur aku tidak suka berada jauh dengan kalung itu. aku seperti kehilangan jati diriku setelah kalung itu terlepas dari leherku. 

" Duduklah dulu." Kítrino menunjuk bangku di depannya.

Aku menurutinya dengan duduk di kursi yang tadi ditunjuknya.

" Apakah kau melihat papan pengumuman di pintu depan?" Tanyanya membuka pembicaraan. Aku tidak mengerti kenapa dia menanyakan hal itu. padahal aku yakin itu tidak ada hubungannya dengan kalungku atau pun izinku. 

" Ya. Tapi aku tidak membacanya. Terlalu banyak orang disana. Memangnya itu pengumuman tentang apa? Apa hubungannya dengan pembicaraan kita sebelumnya? "

" Tentu saja ini ada hubungannya. Aku tidak akan memanggilmu kalau tidak ada hubungannya.Itu pengumuman tentang sebuah Duel pedang. Dan duel itu diadakan dalam menentukan penerus tahta berikutnya. Kalau aku menang, aku akan mendapatkan hakku kembali, dan kalau kalah, sepupuku, Ernest, yang akan naik tahta."

" Memperebukan tahta? Apakah kali ini kau akan menceritakan apa inti masalah penundaan tahta ini? Kau sudah mengelak untuk menceritakan kepadaku 2 kali. Dan aku harap aku mendapat kejelasan darimu sebagai alasan aku menunggu di kota ini."

Dia menatapku. Aku tidak tahu, tapi sepertinya tatapannya sedikit berbeda dari yang biasa. “ Baiklah. Aku tidak akan mengelak lagi. Sudah kubilang, kalau aku ditentang klan lain untuk mendapatkan tahtaku karena menurut mereka aku masih jauh terlalu muda untuk menjadi Raja di umurku yang baru menginjak 22 tahun.”

" Klan? "

Kítrino menghembuskan nafas panjang.

" Mungkin kau belum pernah membacanya. Aku akan menceritakan dari awal. Kerajaan ini terbangun karena 7 klan besar sepakat untuk bergabung. Yaitu klan Speranz, Oswald, Asker, Sherwn, Clein, Bryn, dan Melvin. Tujuh patung yang kau lihat di air mancur merupakan para kepala klan yang saat itu sepakat membangun kerajaan ini. Sebenarnya ada 12 klan besar manusia di daratan Celonafídi ini.

“Tapi hanya 7 klan terbesar dan sekitar 40 klan kecil saja yang ikut bergabung. 3 klan besar lainnya membentuk kerajaan sendiri dibagian utara daratan. Dan dua lainnya, hancur karena menyatakan perang terhadap kerajaan ini sekitar 50 tahun setelah berdirinya kerajaan ini. Nah, sebagai klan terbesar dan terkuat, keluargaku, klan Speranz terpilih menjadi pemimpin kerajaan ini selama beberapa milinea. Tidak ada masalah sampai saat ‘itu’ terjadi. Semua terkendali dan kondisi sangat damai saat itu. kami menjalin aliansi dengan kaum Nadliský, tentang perdagangan , pernikahan dan banyak lagi. Sampai kakek dari kakek buyutku, Raja Glenn menyatakan perang terhadap kaum Nadliský.

“Perang itu sangat merugikan kerajaan ini, baiks secara fisik, maupun emosional. Dan itu membuat kepercayaan klan lain menurun. Mereka menganggap Glenn menghancurkan semua aliansi kami dengan kaum Nadliský dan itu menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar bagi Kerajaan kami. Kepercayaan mereka sedikit kembali karena kakekku berhasil membuat genjatan senjata setelah perang panjang itu walaupun belum sepenuhnya berdamai.

Tapi, kepercayaan itu langsung sirna karena kerajaan menjadi lemah karena kondisi ayahku yang sakit - sakitan. Wilayah utara kerajaan hampir hilang karena sifat ayahku yang terlalu baik dan kondisinya yang membuatnya tidak bisa berfikir dengan jernih saat itu. Kalau bukan karena ayah Ernest, Ervant , jenderal kerajaan ini, segera pergi keutara dan membarikade kota Arven, kota itu pasti sudah hilang ditangan perampok tengkorak merah. Dan sekarang, menurut mereka aku masih terlalu muda untuk menjadi raja. Dan takut aku belum dewasa untuk memimpin kerajaan ini." Kítrino kembali menghembuskan nafas panjang.

" Lalu duel itu? "

" Duel itu merupakan kesepakatan diantara kami para kepala kekuarga klan untuk menentukan penerus tahta berikutnya. Setiap kepala keluarga bisa mencalonkan diri mereka untuk menjadi penerus tahta. Dan sekarang kandidat terbesar adalah aku dan sepupuku, Ernest. Tapi dalam duel itu. kami, sang kepala keluarga klan dan para pengawalnya, tidak diperbolehkan ikut dalam duel. Dan tentu saja orang yang dicalonkan sebagai penerus tahta tidak boleh ambil bagian di dalam duel itu. Jadi, aku mau meminta pertolonganmu untuk menjadi wakil dari klanku."

" Kenapa aku? Bukankah ada Zurgré atau Téchoun atau tentara lainnya?" Aku tidak suka ikut terlibat masalah seperti tentang perebutkan tahta ini.

" Zurgré merupakan adik dari kepala klan Oswald. Dia punya kewajiban tersendiri terhadap klannya. Kemungkinan besar mungkin dia yang akan mewakili klannya. Dan Téchoun merupakan keluarga pengawal Zurgré. Téchoun menyarankanku untuk meminta bantuanmu. Menurutnya kau memiliki kemampuan setingkat Zurgré. Dan aku setuju dengan pendapatnya, jadi aku tidak meminta salah seorang tentara untuk mewakiliku dalam duel ini. Aku juga tidak punya kenalan lain yang bisa kupercaya dalam taruhan besar seperti ini. "

Ah, jadi karena masalah ini kah Zurgré dipanggil oleh kakaknya? Mungkin.

" Apa keuntungannya bagiku? Tidakkah curang kau memintaku? Aku bahkan bukan bagian dari kalian." aku merasakan pandangan bertanya Néir.

" Aku tahu ini memang hanya keegoisanku saja. Aku tidak bisa menjanjikan sesuatu untukmu. Mungkin perlindungan dariku saat aku mendapatkan tahtaku untukmu waktu melewati perbatasan. Tidak. Tidak masalah selama itu bukan kepala keluarga dan pengawalnya. Dan kalau tidak salah keluarga Asker juga meminta bantuan dari kaum Nadliský. Tidak ada ketentuan lain selain bukan kepala klan dan para pengawalnya dan calon penerus tahta. Baik itu Orc, elf, atau kaum Nadliský sekalipun." Jawabnya sambil menggeleng.

" Baiklah. Aku akan membantumu. Setelah semua ini selesai, kau harus memberikan surat berstempel raja agar aku aman pergi melewati perbatasan." Dan aku pun bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menuju anak tangga sayap timur.

“Aku berjanji atas darahku.Ah, dan ini milikmu Vanir.” Dia melemparkan sesuatu. Dan aku langsung menangkapnya. Aku membuka telapak tanganku dan menemukan kalungku sudah berada kembali ditanganku.

“ Terima kasih sudah meminjamkannya padaku. Setelah semuanya selesai aku akan menyampaikan padamu apa yang kudapat setelah melihat kalung itu.” Dia tersenyum. Senyum yang sudah tak lama kulihat darinya. Tanpa mengatakan apapun, aku meneruskan jalanku kembali kearah menara sambil mengenakan kalungku kembali.

" Terima kasih untuk semuanya... F..." Ucapan terima kasih Kítrino tersamar karena angin kencang dan aku juga sudah mulai menuruni tangga sayap timur.

Continue lendo

Você também vai gostar

266K 22.6K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
144K 16K 23
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
679K 43K 31
Kanara menyadari dirinya memasuki dunia novel dan lebih parahnya lagi Kanara berperan sebagai selingkuhan teman protagonis pria yang berujung di camp...
263K 797 11
CERITA DEWASA KARANGAN AUTHOR ❗ PLIS STOP REPORT KARENA INI BUKAN BUAT BACAAN KAMU 🤡 SEKALI LAGI INI PERINGATAN CERITA DEWASA 🔞