My Childish [SELESAI]

By Sea_Evil

2.1M 146K 10.8K

Audora adalah gadis bar bar yang tidak suka ucapannya di bantah. Sifatnya yang urakan membuatnya di hindari b... More

pertama
kedua
ketiga
keempat
kelima
keenam
ketujuh
delapan
sembilan
Sepuluh
Sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua
tiga puluh tiga
tiga puluh empat
tiga puluh enam
tiga puluh tujuh
tiga puluh delapan
Tiga puluh sembilan
empat puluh
empat puluh satu
empat puluh dua
empat puluh tiga
empat puluh empat
empat puluh lima
empat puluh enam
empat puluh tujuh
empat puluh delapan
empat puluh sembilan
lima puluh
lima puluh satu
lima puluh dua
lima puluh tiga
lima puluh empat
lima puluh lima
lima puluh enam
lima puluh tujuh
lima puluh delapan
lima puluh sembilan
enam puluh
enam puluh satu
enam puluh dua
enam puluh tiga
enam puluh empat
enam puluh lima
enam puluh enam
enam puluh tujuh
enam puluh delapan
enam puluh sembilan
tujuh puluh
tujuh puluh satu
tujuh puluh dua
GRUP CHAT
Open PO!

tiga puluh lima

23K 1.6K 46
By Sea_Evil

"Kalo dah jelek jangan sok ganteng. Aku tabok ntar."

#jelek





Azka menyusuri koridor seorang diri. Sebab tadi dia pergi ke kamar mandi saat akan kembali ke kelas.

"Sial!" Umpatnya spontan.

Tapi detik berikutnya dia menepuk mulutnya pelan. Sepertinya karena terlalu sering bermain dengan teman adiknya jadi dia ikut berbicara seperti mereka.

Jalan terus atau putar balik?

Sebab diujung koridor depan ada Alarick yang juga akan berjalan kearahnya.

Dia bukan takut. Hanya saja dia tidak ingin Audora kembali berkelahi seperti kemarin.

Jaraknya semakin dekat. Dan dia memutuskan untuk tetap melangkah. Dia yakin cowok itu tidak akan berani lagi mengganggunya karena kejadian itu.

Dapat dia lihat jika Alarick sedang menyeringai kearahnya.

"Sialan! Tu anak gak jera atau gimana? Gue yang liat aja takut." Gerutunya dalam hati.

Dan saat sudah berpapasan Alarick berlalu di sampingnya. Tapi dia memelankan langkahnya lalu berucap. "Hai PEMBUNUH!" Dia menekan dikata pembunuh.

Alarick tersenyum puas melihat ekspresi terkejut Azka. Sekarang dia sudah tau kelemahan cowok itu.

Sementara Azka masih diam mematung ditempat. Bagaimana Alarick bisa tau? Pikirnya.

Dia menggeleng pelan. "Mungkin gue salah denger." Ucapnya.

★♣★

"Kak, gue ke belakang bentar ya. Ada panggilan alam nih." Ucap Audora cepat.

"Yaudah." Sahut Azka.

Langsung saja gadis itu lari le belakang. Sebab dia sudah tidak tahan untuk mengeluarkan isi perutnya.

Azka tersenyum geli dan kembali membersihkan meja Cafe yang kotor. "Ada-ada aja." Gumamnya.

Suara deru motor menarik perhatiannya. Sebab bukan cuma satu, tapi lebih dari sepuluh motor.

Mungkin itu hal biasa karena ini kan memang tempat nongkrong. Jadi siapapun boleh datang. Tapi yang jadi masalah adalah salah satu dari mereka sangat ia kenal. Dia Alarick!

Mereka masuk dan langsung duduk di meja dikelilingi sofa yang memang muat untuk lima belas orang.

"Kali ini gue yang bayar." Ujar Alarick. Temannya bersorak senang.

Matanya melihat sekitar dan berhenti di tempat Azka berdiri. Awalnya dia terkejut. Tapi kemudian dia menyeringai.

"Hey! Lo! Kesini!" Panggilnya sambil menunjuk Azka.

Dengan ragu Azka menghampirinya. "Mau pesan apa?" Tanya dia sopan.

"Ini pembunuh yang gue ceritain itu. Menurut lo pada gimana?" Alarick bertanya pada temannya.

Mereka memandang Azka dengan tatapan yang paling cowok itu benci.

"Kalo gue sih bakal malu banget ya." Sahut salah satu teman Alarick yang memakai banyak anting.

"Kalo gue sih udah bunuh diri." Timpal yang lain.

Azka mengepalkan tangannya kuat. Dia harus bersabar menghadapi mereka. Karena sekarang dia sedang bekerja. Dan dia tidak ingin di pecat.

"Kalo gak mau pesan gue pergi." Kata dia.

"Orangnya marah." Sindir Alarick. Yang lain hanya tertawa.

Alarick menatap Azka remeh. "Gue pesen semua yang ada di sini. Termasuk elo!" Katanya.

Di lain tempat, Audora yang baru selesai dengan urusan perutnya menggeram melihat Azka dijadikan bulan-bulanan Alarick dan temannya.

"Tu anak pengen mati muda kayaknya." Geramnya.

Dia menatap lurus Alarick lalu menghampirinya. Terlihat cowok itu seperti menjatuhkan sesuatu dan menyuruh Azka untuk mengambilnya.

Sebelum Azka benar-benar membungkuk dia menahan pundaknya. Lalu mengambil lembaran kertas berwarna merah itu dan melemparnya tepat ke wajah Alarick.

"Lo layanin yang lain aja ya kak. Biar mereka urusan gue." Kata dia pada Azka.

"Tap-"

"Pergi!" Tegasnya saat Azka ingin protes.

Terpaksa Azka pergi. Dari pada Audora mengamuk.

Sepuluh orang dan sebelas ditambah Alarick sedang menatapnya sinis. Mereka tidak menyangka jika dia bekerja di sini.

"Jadi lo mau pesan apa?" Tanya Audora dengan notes kecil ditangannya dan sebuah pulpen.

"Gue mau pelayan yang tadi." Kata Alarick.

"Sorry. Tapi kakak gue sibuk. Jadi lo mau pesen apa?" Tanya Audora lagi.

"Pelayan kok sombong." Cibir Jack -teman Alarick yang memakai banyak anting.

Audora menatapnya datar. Cowok kok kayak cewek mulutnya. Pikirnya. "Mau ngoceh atau pesan makanan?" Sindirnya.

"Gue mau request menu baru. Kepala kakak lo. Keknya enak," ujar Alarick santai.

Audora tersenyum di paksa. Sabar ya, Ra. Gak boleh kasar. Ntar di omelin Aurora kalo Caffe-nya lu berantakin.

"Erick," panggilnya lamat. Alarick membeku. Wajahnya memucat mendengar Audora memanggilnya dengan nama itu.

Skakmat!

Audora tertawa dalam hati karena bisa membalas ucapan cowok itu. Yang selalu memanggilnya dengan nama 'Erick' hanya Afa.

Brak!

Para pengunjung terkejut saat Alarick membalik meja yang ada di depannya hingga berbunyi dentuman keras.

Azka yang melihat itu ingin mendekat. Tapi Audora memberi kode agar dia tetap di tempatnya.

"Jangan kasar dong. Lo kira ini rumah lo." Kata Audora santai.

Alarick menatapnya berang dan dibalas tatapan menantang cewek itu.

"Kalo mau berantem diluar." Celetuk Aurora yang baru saja tiba. Dia menatap miris meja yang terbalik itu.

Mereka memusatkan perhatian padanya. "Lo siapa? Gak usah ikut campur urusan gue!" Ucap Alarick marah.

Aurora menatapnya menantang. "Gue yang punya ni Cafe. Kenapa?" Katanya.

"Gue mau lo pecat pelayan lo ini! Dia gak sopan sama pelanggan!" Ucap Alarick memerintah.

"Ra?"

Audora mendengus. "Lo tau gue gimana kan?" Katanya.

"Oke. Sekarang mending kalian pergi dari Cafe gue. Atau gue perlu panggilin satpam?" Ucap Aurora mengusir Alarick dan temannya.

Alarick menatapnya tak percaya. "Lo!" Geramnya. Lalu dia membanting kursi di sebelahnya.

Pengunjung terpekik kaget. Itu membuat Audora geram. Dan tentu saja Aurora. Dua gadis itu langsung menarik tangan Alarick keluar Cafe. Temannya yang lain juga menyusul.

Setibanya di luar mereka mendorongnya kasar.

"Lo punya masalah sama gue gak usah bawa-bawa orang lain! Jan kek banci!" Ucap Audora geram.

"Apa bedanya sama lo!?" Balas Alarick.

Bugh!

"Diam lo bangsat! Jangan sampek gue masukin lo lagi ke lingkaran setan! Kalo itu terjadi lo pasti beneran abis!" Teriak Audora.

Alarick meludahkan darah yang ada dimulutnya. "Bacot lo! Serang!" Perintahnya.

Sepuluh orang tadi langsung menyerang Audora bersamaan. Itu bukan hal sulit untuk gadis itu. Kemarin saja dia bisa mengalahkan anggota inti Zeus. Apalagi sekarang yang hanya anak bawang.

Aurora hanya diam menonton. Dia yakin Audora bisa mengalahkan mereka semua. Ini pertama kalinya dia diam saja melihat orang di keroyok. Karena dia tau kemampuan Audora seperti apa.

Pengunjung di dalam ikut melihat pertarungan itu. Mereka menonton dari balik kaca Cafe.

Azka keluar untuk melihat dari dekat. "Ck! Hobi banget berantem!" Gerutunya. Dia hendak turun ke perkelahian itu, tapi Aurora menahannya.

"Dia pasti gak mau lo ikut campur. Mending lo disini aja." Kata gadis itu.

Lagi-lagi Azka berdecak kesal. Tidak di sekolah tidak disini! Pasti ada saja yang melarangnya. Dan itu karena Adik nakalnya!

"Gue lama-lama bosen dilarang mulu! Gak bisa gitu gue bikin keputusan sendiri!" Kesalnya.

"Yaudah sana bantuin." Kata Aurora santai. "Tapi kalo lo luka trus Audora ngamuk dan bunuh mereka semua, jangan salahin gue." Lanjutnya.

"Itu namanya lo ngelarang secara halus!" Ucap Azka geram.

Aurora mengangkat bahunya acuh. Sama sekali tidak peduli.

Beralih ke Audora. Gadis itu masih bertarung dengan mereka. Dan dia sama sekali tidak kesulitan. Itu membuat Alarick geram.

"Sialan!" Umpatnya.

Dia menoleh ke Azka. Mungkin dia bisa menggunakan cowok itu. Dia mendatanginya. Tadinya dia kira Aurora tidak bisa berkelahi. Nyatanya dia salah.

Baru saja ingin menyentuh Azka, tubuhnya sudah di banting oleh gadis itu.

"Jangan curang!" Kata Aurora.

Sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada Alarick, buktinya saat dia hendak bangun dari posisi telentangnya. Audora menendang punggungnya hingga dia terhuyung kedepan.

Audora menarik kerah bajunya. "Banci tau gak!" Desisnya tepat didepan wajah Alarick.

"Kayaknya lo harus nginep di rumah sakit lagi deh untuk satu minggu kedepan." Katanya. "Atau mungkin lebih!" Lanjutnya.

Bugh!

Dia memukul tepat di ulu hati cowok itu. Darah segar menetes di sela giginya berlanjut ke dagu. Dan itu malah membua gadis itu senang.

Padahal baru semalam teman-temannya senang karena dia sedikit mempunyai hati. Dan hari ini itu kembali hilang!

"Udah gue bilang. Jauhi kakak gue bangsat!" Geramnya.

Lagi! Kali ini lututnya yang menghantam perut Alarick. Membuat cowok itu terbatuk.

Dan puncaknya! Gadis itu mengambil ancang-ancang akan memukul dada kiri cowok itu. Tepat di jantungnya!

Satu centimeter lagi pukulannya mendarat, tapi Azka kembali menghentikannya!

"Audora!!" Cegah cowok itu.

Tapi Audora tidak menyiakan tenaganya. Dia arahkan pukulannya keatas dan mengenai dagu Alarick. Meninggalkan lebam membiru disana. Kemudian tanpa belas kasih dia menghempaskan tubuh cowok itu keaspal.

Lalu dia menghampiri Azka. "Lo luka Kak?" Tanya dia cemas.

"Gue gak papa. Yang ada gue yang nanya. Lo luka gak? Itu pipi lo lebam." Kata Azka kesal.

"Udah biasa gue mah." Sahut Audora cuek. Dia beralih ke Aurora. "Thanks ya. Dan sorry soal Cafe lo yang berantakan." Katanya menyesal.

"Gak masalah. Asal lo mau beresin kekacauan di dalam gue santai aja." Ujar Aurora.

Audora nyengir polos. "Pasti gue beresin kok. Tenang aja." Kata dia.

Aurora menunjuk Alarick yang di papah dua orang temannya. "Itu gak sekalian aja lo beresin?" Tanya dia.

Audora mendekat dan berbisik. "Ada kakak gue," bisiknya.

Kemudian mereka berdua tertawa.

★♣★

Azka menarik napasnya panjang. Lalu menghembuskannya perlahan. "Lo pasti bisa!" tekannya.

Dengan ragu-ragu dia menghampiri Audora yang sedang duduk di ruang tamu sambil menonton tv.

"Dek," panggilnya.

"Kenapa kak?" tanya Audora heran.

Azka gelagapan saat Audora menatapnya. Jujur saja. Dia jadi takut melihat adiknya itu. Sewaktu-waktu gadis itu bisa menjadi Iblis yang menyeramkan!

"Woy! Lo ngapa dah?" tanya Audora, membuatnya tersadar dari lamunan.

"G-gue mau masuk Serigala Putih," kata Azka dengan suara yang makin lama makin pelan.

"Ditolak!" jawab Audora cepat.

Azka menatapnya tak percaya. "Gak bisa gitu dong," protesnya.

Audora menatapnya dengan senyum geli. "Jelas gue bisa. Gue, kan, ketuanya. Jadi siapa yang berhak masuk itu gue yang nentuin. Dan lo gue tolak," katanya.

"Ta-api-" Azka bingung ingin membalas apa. Susahnya berhadapan dengan Ketua! "Apa alasannya gue ditolak?" tanya dia akhirnya.

"Lo gak mungkin bisa lewati tes untuk masuk. Jadi lebih baik gue tolak dari awal," ujar gadis itu.

"Gue pasti bisa. Lo aja belum ngetes gue. Gimana lo bisa tau gue gak bakal lulus?" Protes Azka lagi.

Audora menggerakkan tangannya agar Azka mendekat. Azka menurut. Dia duduk di sebelah gadis itu. "Lo beneran mau gue tes?" tanya Audora. Azka mengangguk.

"Lo yakin bakal sanggup?" tanya gadis itu lagi. "Karena kalo lo udah mulai, lo gak bisa berhenti di tengah jalan. Walau lo kakak gue sekalipun."

Entah kenapa Azka menjadi ragu. Tapi dia harus berani ambil keputusan itu. "Iya. Gue bersedia," jawabnya.

"Oke." Audora mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ardan. "Ada yang mau gabung. Persiapkan semuanya. Kali ini gue sendiri yang bakal ngawasin," ucapnya pada orang disebrang sana.

"Oke," jawab Ardan.

Tut!

Audora menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. "Lo siap-siap. Kita ke markas buat ngetes lo," katanya.

Azka bangkit dan segera masuk ke kamar untuk mengganti pakaian.

Audora memperhatikan punggung Azka sambil tersenyum. Dia yakin jika cowok itu tidak akan lulus. Dan memang itu yang dia mau.

"Lo gak boleh lulus kak. Gue gak mau lo punya musuh. Cukup gue aja," gumamnya.

Lalu dia juga pergi ke kamar untuk berganti pakaian.

★♣★

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.4M 67.1K 24
semua part pendek. "JIKA MENCINTAI TAK HARUS MEMILIKI, MAKA BOLEHKAN SAYA MENGHAMILIMU TANPA MENIKAH" Bimanuel Dirgantara. "GUE BUKAN HOMO BANGSAT"...
4.5M 270K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
413K 22.1K 72
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...