EksFai

Od Dindyaugust

156 10 7

Apa jadinya ketika memilih untuk menikah muda,merasakan pahitnya mencari pekerjaan, memiliki pasangan yang pr... Více

FIRST LOVE, I LOVE YOU.

94 10 7
Od Dindyaugust


Kamu tau apa yang membuatku bertahan? Padahal, tentangmu semuanya itu hanya kebodohanku yang ingin mempertahankannya. Terima kasih, kau selalu ada dalam cerita hidupku. Cinta kita sederhana, saat aku tertidur dalam ketidaksadaranmu.

"Rafaila Vishaka!!!" Pria itu berjalan cepat menghampiri dengan amarah. Namun Fai masih saja duduk santai sambil memainkan ponsel nya. Ia terlalu asyik membaca sebuah komik online.

Plaaakk!!!

Sebuah tangan mendarat dengan cepat di pipi wanita itu. Tanpa banyak bicara, Fai berdiri lalu beranjak meninggalkan pria yang masih ada di hadapannya. Fai berlari keluar kelasnya, berjalan menuju tempat yang dia anggap nyaman, dimana lagi kalau bukan kantin. Ia berjalan cepat,sambil mengusap airmata yang jatuh di pipinya.

Fai memesan secangkir kopi susu panas,karena dia percaya, cuma kopi yang dapat menenangkan keadaannya saat ini. Aroma kopi yang khas, ia hirup secara perlahan, sembari memejamkan mata lalu menyeruputnya secara bertahap. Fai mengeluarkan dompetnya, menatap sebuah foto usang dengan wajah ceria, seolah mengatakan hidup ini akan baik-baik saja. Tapi kenyataan berkata lain, Fai menjalani hidup dengan iringan tangis, di saat ia kehilangan arah, air mata itulah yang kerap menemani perjalanan hidupnya saat ini.

"Fai ... " suara serak itu datang lagi. Namun kini dengan nada lembut,merendah,dan sangat berhati-hati.

"Aku minta maaf ya, gue emosi, aku..." belum sempat pria itu selesai bicara, Fai langsung memeluknya erat.

"Maafin aku Sha, aku yang salah gak izin ke kamu buat menjual laptop itu. Aku butuh uang, kontrakan nunggak, kebutuhan sudah menipis,saat ini aku gak ada pilihan lain selain jual laptop itu. Dan juga, aku belum dapat panggilan dari mana-mana" balasnya dengan lembut sambil menangis.

"Fai, harusnya aku ... Maafin aku, ini jadi tugas kamu ,aku janji, aku bakal cepat cari kerjaan" ujarnya sambil memberikan belaian hangatnya di kepala Fai. Seketika merekapun larut dalam kehangatan sendu.
*****

Eksha Janitra. Satu-satunya pria yang sangat di sayangi oleh Fai. Pria pertama yang membuat Fai terlalu mencinta. Fai mengenalnya saat memasuki tahun pertama kuliah. Eksha sosok pria yang sangat Fai kagumi. Tentu saja, selain ketampanan yang Eksha miliki, iapun termasuk mahasiswa yang berbakat di salah satu bidang perkuliahan. Begitupun dengan Fai. Selain cantik, hobinya membaca selalu menjadi perhatian untuk Eksha. Tak butuh waktu lama, Eksha bisa merebut hati Fai, hingga akhirnya kisah itu mereka ciptakan.

_____

"Sha, aku dapat kerjaan,tapi ..." Fai mendatangi Eksha yang duduk santai di sofa.

"Tapi apa? " tanya Eksha penuh penasaran.

"Iya, tapi di sebuah klub malam,boleh? " Fai menjawab dengan sangat hati-hati dan nada yang sangat rendah, bahkan ia ketakutan.

Seketika raut wajah Eksha berubah, ia memangdangi Fai begitu tajam.
"Klub? Klub kata kamu? Mau jadi apa? Hah? Kamu pinter, tapi kamu kerja di klub? Mau jadi kupu malam? Iya??!! " Suara Eksha meninggi,ia cukup kesal dan marah mendengar perkataan Fai.

"Sha, dengerin aku dulu dong. Aku Cuma jadi admin reservasi doang,aku  gak bakal macem-macem. Sumpah,boleh ya Sha.." Fai berusaha tenang,agar Eksha tidak panik. Ia mencoba menenangkan Eksha sambil sedikit memohon penuh harap.

"Mulai kapan masuk? Jam berapa pergi dan pulang? Pakaian nya ? " kembali Eksha bertanya,namun dengan nada yang sedikit rendah,lalu ia meneguk kopinya.

Fai sedikit tersenyum tipis. "Lusa aku kerja Sha, aku masuk dari jam 6sore pulang jam 3 dini hari. Pakaian aku, pakai seragam klub." Jawabnya lagi dengan sangat hati-hati.

Eksha terdiam,ia menyalakan rokoknya. Matanya memandang kosong kedepan,lalu..."Kamu harus bisa imbangi jam kuliah." Jawabnya,lalu ia berdiri dari duduknya dan mengajak Fai untuk berdiri sambil memegang pundak Fai. Mereka saling bertatap.

"Maafin aku Fai. Aku sampai detik ini belum dapat panggilan kerjaan. Aku masih nunggu, aku harap kamu sabar ya." Eksha langsung memeluk wanita nya itu. Tak lupa dengan belaian lembut di kepala Fai. "Aku sayang kamu Fai, aku bakal ada untuk kamu. Aku harap, kamu masih bertahan" Ucapnya lembut. Fai hanya mengangguk,diam dan memeluk erat Eksha.

_____

08.00 a.m
"Pagi sayang.... " Eksha menghampiri kekasihnya. Ia membawakan sarapan pagi yang ia beli saat di jalan tadi.

Tapi Fai tak menyahut. Eksha mendekat. Ia melihat Fai masih terlelap. Tapi dengan wajah yang pucat. Eksha curiga,lalu ia meletakkan tangannya di kening Fai. Fai sakit. Badannya panas dan telapak kakinya dingin. Dengan sigap Eksha mengambil air hangat untuk mengompres kening Fai.

Ia terus saja memanggil Fai. "Fai,Fai sayang bangun dong,aku beli sarapan nih. Sarapan dulu yuk. Bangun sayang,udah siang nih.." Ia terus saja membangunkan Fai.
Fai tetap diam tak menyahut. Ia masih dalam keadaan tertidur pulas. Eksha terus berusaha membangunkannya. Mengganti terus air kompresan,menyelimuti badannya,memberi minyak hangat di telapak kaki yang dingin itu. Eksha gelisah.
Sudah hampir dua jam ia menunggu Fai untuk terbangun. Ia memperhatikan wajah Fai semakin pucat,kuku Fai mulai membiru. Tak ada pikiran lain,ia langsung menghubungi sebuah taxi untuk menjemputnya. Kesigapan Eksha,langsung mengambil jaket untuk di pakai Fai,kaos kaki,serta selimut tebal.

Taxi datang,mereka segera meluncur ke Klinik terdekat. Eksha mulai semakin gelisah,di fikirannya ia harus segera menyadarkan Fai dari tidurnya. Dalam mobil, Eksha terus membelai lembut kepala Fai,menggenggam erat tangan kekasih yang sedang ia pangku. Ia pun menelfon dosen untuk izin tidak masuk hari ini.

Sesampainya di klinik, Eksha langsung membawa Fai ke UGD,dan menunggu hasil pemeriksaan dokter. Eksha tak bisa diam,ia terus menggenggam tangan Fai yang semakin dingin. Dokter dan perawat langsung memasang oxigen serta mengambil darah untuk chek laboraturium.

*****
"Anda keluarga dari mbak ini?" tanya dokter, setelah hampir 2 jam lebih ia menunggu hasil.

"Benar pak. Bagaimana hasilnya? Eksha mengatur nafasnya,badannya gemetar.

"Baik. Saya jelaskan . Sesuai hasil labor sementara,!Mbak Fai terkena gangguan Hormon Tiroid(Hipotiroid) . Gejala yang di alami Mbak Fai adalah kurang berenergi secara tiba-tiba,lemas dan lesu. Metabolisme yang terganggu juga menyebabkan penderita tidak tahan akan cuaca dingin. Untuk diagnosis lebih lanjut,perlu pemeriksaan khusus tentang Hipotiroid ini. Jadi,diperlukan chek labor lebih dalam lagi. " penjelasan dokter yang cukup membuat Eksha tercengang.

Ia seolah tak ada tenaga untuk berdiri lagi. Ia tak menyangka Fai mengidap sakit itu.
Eksha berjalan menuju cafetaria klinik. Ia menenangkan diri dengan sebuah kopi hitam. Pikirannya berkecamuk. Ia masih tak percaya,kenapa selama ini dia tidak mengetahuinya,sakit yang di derita oleh Fai. Atau memang penyakit itu baru Fai rasakan? Entahlah. Ia terus bertanya-tanya pada hatinya. Ia memandang layar ponselnya lalu menelfon seseorang..

"Aren,lo dimana? Ia menelfon sahabatnya. Dengan suara yang sedikit tertekan.

"Gue di kampuslah,ada apa?"

" Temeni gue. Sekarang gue di klinik deket kontrakan,lo kesini sekarang ya. Gue butuh lo." Ia mnyuruh sahabatnya agar segera menemui dirinya.

"Hah? Lo sakit? Sakit apa? Mendadak banget,Fai mana? Aren sedikit kaget.
Karna ia gak pernah mendengar Eksha masuk klinik selama ini.

" Bukan,bukan gue. Justru Fai yang sakit " ia menahan tangisnya.

"Fai? Fai kenapa? Yaudah bentar lagi gue kesitu,lo kirim aja lokasinya."

*****
14.00 siang.

Eksha duduk disamping ranjang Fai menggenggam erat jemari Fai, berharap gadis itu segera bangun. Eksha mendekat. Lalu berbisik halus.

"Fai,Fai sayang.. kamu mau ngopi gak? Temenin aku dong." Suara Eksha sedikit berat,ia masih menyembunyikan airmatanya, tapi airmata itu tak bisa berbohong hingga terjatuh tepat di pipi Fai. Ia mengecup mesra kening wanita itu. Ia duduk kembali,merapihkan rambut Fai yang sedikit berantakan.

"Sha ... Sha ... Eksha ..." suara lirih itu .

Eksha menghapus airmatanya. Ia menatap Fai sambil tersenyum manis. "Fai udah bangun? Tunggu jangan banyak gerak ya, aku panggil suster dulu " dengan cepat Eksha memencet bel pemanggil suster.

Tak beberapa lama kemudian suster datang,membawa alat perlengkapan pemeriksaan.

TOK!..TOK!..TOK!..

Pintu kamar terbuka. Aren sudah datang.

"Sha, Fai kenapa? tanya Aren menghampiri Eksha yang masih memerhatikan suster dalam pemeriksaan Fai.

"Fai ... (Ia menatap lemah kearah Fai) Nanti gue ceritain Ren. " Eksha hanya menanggapi singkat. Ia masih terlalu fokus terhadap wanita yang terbaring lemah itu.

"Oke,lo udah makan? Tadi gue mampir beli makan bentar buat lo,nih" Aren mengeluarkan nasi kotak dan minuman untuk Eksha.
Ia fikir, Eksha membutuhkan tenaga banyak untuk merawat Fai.

"Thanks ya.. Nanti gue makan. "

"Pak,Mbak Fia sudah sedikit normal. Tapi tolong,dijaga suhu badannya ya. Jangan sampai kedinginan,dan jangan banyak di ajak bicara dulu. Biar tekanan darahnya tidak turun lagi." Suster mengingatkan Eksha,lalu pamit keluar.

" Fai, makan dulu yuk, ini buburnya udah di siapin, kamu belum ada makan dari pagi," Eksha menawarkan bubur yang sudah di siapkan oleh suster,bdengan lembut dan hati-hati ia menyiapkan makanan Fai.

Fai menggeleng lemah,"Makasih Sha. Tapi lidah aku pahit banget. Aku mau minum aja dulu ya,"Fai menolak untuk makan. Matanya masih sayu. Eksha mengambilkannya minum. Dan membantu Fai untuk meminumnya.

"Sha, dingin ..." Lirih Fai sambil menggenggam tangan Eksha. Eksha mengerti,lalu ia melepaskan jaket nya untuk di pakai Rafaila.

"Masih dingin? Tanya Eksha manis.

"Engga. Aku mau senderan ya Sha,bantuin aku setengah duduk ya." Ucapnya manja.

Eksha membantunya untuk setengah duduk lalu bersender.

"Aren? Lo ga kuliah? tiba-tiba Fai bertanya,ke Aren yang dari tadi hanya terdiam tak berani bertanya apapun .

"Eh, kebetulan jam kosong Fai " Aren jawab sambil tersenyum. Ia sengaja berbohong,takut kalau-kalau jadi fikiran Fai.

"Ohh gitu, kesini di telfon Eksha ya?".

"Iya Fai,gapapa kok" jawabnya . Aren hanya banyak memilih diam.
Namun,dengan melihat cara Eksha memperlakukan Fai dengan manis dan hati-hati,ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi. Yah dia berfikir ini tak seperti biasanya.

Sore itu juga,dokter menyarankan Eksha untuk membawa Rafaila ke rumah sakit yang telah dirujuk. Karna Fai butuh perawatan yang lebih intensif. Tanpa pikir panjang, Eksha mengikuti saran dokter. Karena baginya, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, Rafaila sembuh dan mendapatkan kembali senyum di wajah cantiknya.

*****
Seminggu yang lalu ...

"Eksha, mau sampai kapan sih kamu santai-santai? " gerutu Fai.

" Apaan sih Fai? Kamu diem aja kenapa sih. Aku masih mau nikmatin hari-hari aku dulu. Kamu tuh, yang cepet kelarin kuliahnya, biar kamu diem dirumah" Jawab Eksha,sambil meneguk kopinya,dan bermain serius didepan laptopnya.

"Oke, aku bakal cepet kelarin,habis itu aku mau kerja ya. Gak kayak kamu,yang males-malesan." Fai kesal,lalu ikut menyeruput kopi milik Eksha.

Hari-hari Rafaila dan Eksha selalu berwarna. Terkadang,mereka ribut hanya masalah sepele. Tentu saja,itu takkan memakan waktu yang lama. Eksha masih suka bermain,berkumpul bersama teman-temannya. Sedangkan Rafaila,lebih memilih membaca buku atau bahkan mengajar les parttime,disela kesibukan akhir semesternya. Dengan begitu,ia dapat penghasilan yang cukup untuk membayar kontrakan,makan sehari-hari,atau bahkan kebutuhannya.

Untung saja,biaya kuliah adalah hasil beasiswa yang ia dapatkan. Tapi,ia tak pernah mengeluh sedikitpun. Ia selalu menikmati hari-harinya. Baginya,Eksha adalah penyemangatnya selalu.

Tak jarang,ia mendapatkan Eksha dalam keadaan mabuk seusai berkumpul dengan teman-temannya. Hanya hati Rafaila yang mampu bertahan menghadapi Eksha. Karna yang Fai tau,Eksha membutuhkan dirinya. Hanya dirinya yang mampu menjadi sandaran terbaik untuk Eksha.

"Bagaimanapun kamu Sha, aku tetap bertahan. Kamu tau kan? kenapa aku bertahan? Tanya Fai kepada Eksha,sambil menjatuhkan kepalanya di pundak Eksha.

"Karna bersama kamu, aku bahagia. Aku  nyaman,hidup aku setidaknya lebih berarti bersama kamu" Jawab Eksha dalam keadaan setengah tidak sadar.

Sambil memeluk Fai mesra. Rafaila hanya tersenyum. Membaringkan Eksha di sofa,menyelimutinya,lalu mengecup keningnya.

"Makasih udah selalu ada, selalu ada dalam cerita hidupku, Sha"bisik Fai mesra hingga akhirnya iapun tertidur di dada Eksha.

*****
Dirumah sakit.

"Hai, kamu kenapa?"tanya Fai mengagetkan lamunan Eksha.

"Kamu udah bangun?" Eksha membantu Fai untuk setengah duduk.

"Iya,capek tiduran mulu. By the way, aku kapan bisa pulang nih? Aku pengen tidur dirumah. Rindu udara rumah,pengen ngopi,hehehe" akhirnya Fai bisa tersenyum.

" Kamu pengen kopi? Ntar aku beliin yah yang spesial. Tapi, harus sembuh dulu ya. Kamu gak kangen aku?" tanya Eksha, sembari merapikan selimut Fai yang berantakan,lalu menutup setengah badan Fai dengan selimut.

Rafaila tersenyum.
Siapa yang tidak merindukan Eksha? Bahkan waktunya selalu ia habiskan untuk merindu saja.

" Iya,kangen. Kangen marah-marahin kamu,Sha. Kangen nyadarin kamu kalau lagi mabuk,
kangen bikinin kopi, kangen kamu yang tiba-tiba marah,terus nampar aku" Jawab Fai tersenyum dengan pandangan sayu ke Eksha.

Seketika Eksha terdiam,ia tak bisa menjawab perkataan terakhir Fai. Perkataan yang membuatnya remuk,membuatnya kesal,bahkan marah pada diri sendiri. Perkataan yang tidak seharusnya yang pantas untuk di rindukan.

Kemana saja aku selama ini? Aku selalu menyusahkan Fai. Bahkan,aku sering menamparnya. Aku jahat,aku laki-laki bodoh yang dengan mudah melayangkan tangan di pipi mulusnya, aku yang tak tau diri. Membiarkan Fai,berjuang sendiri.
Membiarkan Fai berjalan di tengah keramaian dalam kesendirian. Yang selalu egois memarahinya tanpa bertanya. Atau sekedar bertanya, "apakah itu sakit,Fai?" Air mata Eksha jatuh kembali. Kali ini mengalir deras,ia memeluk wanita lemah itu semakin erat.

"Fai,maafin aku ya. Maafin ... Aku salah, aku gak pernah perhatiin kamu. Aku egois, aku gak pernah tanya apa kamu baik-baik aja,apa kamu sakit,atau apa kamu lelah dengan sikap ego aku Maafin aku ya Fai" berulang kali Eksha meminta maaf ,menyesal. Dengan isakan tangis yang sesak dalam dadanya.

"Aku sayang kamu Fai, aku udah sia-siain kamu, aku gak beri kamu perhatian spesial slama ini, hanya semau aku  aja. Aku laki-laki yang selalu mengandalkan kamu l, tapi kamu gak pernah ngeluh, gak pernah sedikitpun menjauh,bahkan marah." Eksha masih saja terus mengoceh dalam isak  tangisnya.

Perlahan, Fai membalas pelukan Eksha, ia hanya bisa diam,ia menangis dalam pelukan Eksha yang mendekap erat. Suasana dikamar menjadi haru. Dua insan itu saling melepas rindu dalam syahdu airmata penyesalan. Pengakuan yang tak pernah Fai harapkan,akhirnya terjadi.
Ia benar-benar semakin percaya. Lelaki yang ia cintai,yang ia pilih sebagai pendamping hidupnya itu bakal berubah dengan sendirinya. Tak ada yang sia-sia ia lakukan selama ini. Mencintai dengan tulus,menerima dengan ikhlas segala kekurangan suaminya itu.

Usia muda mereka sejak tiga tahun lalu,memilih untuk hidup bersama. Memiliki suami yang pengangguran walau berbakat,sikap preman yang hobi meminum alkohol,dan tempramental dadakan saat ego tidak stabil. Semua itu yang membuat Rafaila jatuh cinta kepada Eksha. Ia memiliki harapan yang baik untuk hidup bersama Eksha. Dan siap apapun resikonya,memilih Eksha sebagai suaminya.

Rafaila yang selama ini berjuang menghidupi ekonomi mereka. Yang ia fikirkan,ia bahagia bersama orang yang ia cintai. Masa kelamnya bersama keluarga,selalu membuatnya trauma. Bayang-bayang masa lalu itu selalu muncul. Membuat ia tak percaya pada siapapun. Kecuali Eksha. Lekaki pertama yang membuatnya kagum. Hingga menciptakan rasa.
Untung saja, Eksha tak bermain dalam perasaan itu. Ia langsung menikahi Rafaila pada usia 22tahun. Karna ia tau,hanya Rafaila yang mampu menerima segala kekurangan Eksha. Terlebih sosok Rafaila yang selalu membuat Eksha senyum.

Cinta mereka sederhana,di usia muda mereka memilih untuk berumah tangga,tanpa memikirkan betapa rumitnya dalam urusan ketika sudah menikah. Tapi nyatanya,mereka telah melewati tiga tahun pertama dengan bersama-sama. Mereka yakin,mereka bisa melewatinya walau awal pondasi mereka hanya sebuah cinta. Dengan bersama mereka melewati rasa susah,senang,sedih,tawa,haru tak lagi sama saat berpacaran. Semua terasa lebih dekat. Tentu saja,hari-hari mereka selalu indah bersama rajutan cinta yang mereka pertahankan.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1M 103K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
3.5M 38K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.5M 135K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.9M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...